Meski menjadi permasalahan serius, sebenarnya sejak dulu hingga kini keberadaan sampah dapat bermanfaat dan memiliki nilai tersendiri jika dikelola dengan baik. Pengelolaannya sendiri bergantung pada jenis sampah yang ada, yakni dengan cara biodegradable dan compostable.
Kedua cara pengelolaan tersebut bergantung pada dua jenis sampah yang selama ini diketahui, yaitu sampah organik dan sampah non-organik
Bukan hanya itu, bentuk pemanfaatan dari hasil pengelolaan kedua sampah yang dimaksud dan prosesnya juga berbeda. Lalu apa sebenarnya makna dan perbedaan dari biodegradable dan compostable yang perlu diketahui? Berikut penjelasannya.
1. Pemahaman biodegradable dan compostable

Mengutip Ocean Watch Org, biodegradable sebenarnya adalah definisi dari terurainya sampah secara umum, namun dalam pemahaman dalam kurun waktu lebih cepat. Dalam prosesnya, sampah jenis ini terurai dan terdegradasi dengan bantuan mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan ganggang.
Sekarang sudah cukup mulai banyak bermunculan produk atau kemasan dengan label ‘biodegradable’. Biasanya deretan produk atau kemasan tersebut dapat terurai dengan waktu lebih cepat, yakni dalam kisaran waktu 3-6 bulan
Kalaupun ada yang terdegradasi dalam waktu lama, biasanya barang atau sampah yang dimaksud bisa dimanfaatkan menjadi barang lain.
Di sisi lain compostable secara spesifik merupakan proses degradasi atau terurainya jenis sampah organik, menjadi unsur alami yang dapat bermanfaat untuk lingkungan, atau lebih tepatnya tanah.
Namun dalam prosesnya, sampah organik membutuhkan campur tangan manusia untuk bisa melalui proses compostable. Durasi atau waktu dalam prosesnya pun terbilang lebih cepat, yakni berkisar antara 180 hari.
2. Mengapa penting memahami perbedaan keduanya?
Perbedaan utama dari iodegradable dan compostable adalah manfaat yang diperoleh. Dalam prosesnya, compostable lebih mudah terurai menjadi unsur alami tanah. Proses biologis dalam pengomposan menghasilkan senyawa anorganik, karbondioksidan, air, dan biomassa.
Di mana deretan senyawa tersebut baik untuk tanah, tumbuhan, dan lingkungan. Apalagi, prosesnya juga tidak meninggalkan residu.
Berbeda dengan biodegradable, yang dalam prosesnya membutuhkan waktu yang lama, dan pada kebanyakan jenisnya justru terurai menjadi mikroplastik, dan berbahaya bagi lingkungan. Yang di mana dalam sejumlah penelitian, mikroplastik tetap diidentifikasi sebagai komponen beracun bagi lingkungan.
Di sisi lain, memang dalam proses pengelolaan biodegradable lebih mudah dibandingkan compostable. Lantaran dalam prosesnya tak memerlukan lingkungan khusus, melainkan hanya memerlukan suhu, waktu, serta tingkat kelembaban yang tepat.
3. Contoh jenis sampah
Masih mengutip sumber yang sama, kedua proses iodegradable dan compostable juga dibedakan berdasarkan jenis sampah yang dikelola.
Sampah yang bisa dikelola dengan proses biodegradable umumnya berbahan terbuat Poly Butylene Adipate-Co-Terephthalate (PBAT), Poly Butylene Succinate (PBS), Polylactic Acid (PLA), serta Polycaprolactone (PCL), yang kerap terlihat di berbagai barang.
Contoh paling sederhananya adalah kemasan makanan dalam bentuk kertas, atau kantong plastik yang dibuat dari serat singkong.
Sementara itu, sampah yang dikelola dengan secara compostable terdiri dari bahan atau sampah organik seperti sisa sampah dapur rumah tangga, dan sejenisnya.