Semburan lumpur Lapindo kembali menjadi buah bibir usai disebut-sebut menyimpan incaran negara-negara besar di penjuru dunia. Temuan harta karun di kawasan lumpur Lapindo tersebut dijelaskan oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berupa logam tanah jarangĀ
Studi terkait lumpur lapindo dengan LTJ sudah dimulai sejak 2020. Badan Geologi Kementerian ESDM melakukan studi di 9 lokasi berbeda dan salah satu lokasinya adalah lumpur Lapindo. Namun terkait dengan jumlah logam langka tersebut, peneliti sampai sekarang belum bisa mengetahui secara pasti.
Lalu bagaimana potensi lumpur Lapindo ini? Benarkah bisa digunakan untuk masa depan? Berikut uraiannya:
1. Berkah di tengah bencana

Lumpur Lapindo adalah bencana bagi sebagian orang. Semburan lumpur Lapindo sendiri pertama kali keluar pada 29 Mei 2006. Artinya usia bencana ini sudah memasuki tahun ke 16 dan hingga sekarang penyebabnya masih misterius.
Namun di balik itu, peneliti menemukan harta karun yang sangat berharga terkandung di lumpur Lapindo. Adanya harta karun di Lumpur Lapindo diumumkan pertama kali oleh peneliti Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Penelitian ini sudah berlangsung sejak 2020 dan harta karun yang dimaksud adalah rare earth atau logam tanah jarang. Badan Geologi Kementerian ESDM melakukan studi di 9 lokasi berbeda dan salah satu lokasinya adalah lumpur Lapindo.
Terkait dengan jumlah logam langka tersebut, peneliti sampai sekarang belum bisa mengetahui secara pasti, karena masih mengintegrasikan temuan dengan Puslitbang tekMira Kementerian ESDM. Kementerian ESDM juga mencatat adanya potensi logam Raw Critical Material di lapisan bekas semburan lumpur Lapindo.
“Selain logam tanah jarang ada logam lain termasuk Critical Raw Material yang jumlahnya lebih besar,” jelas Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Eko Budi Lelono yang dimuat Liputan6.
2. Ditemukan sejak lama

Ternyata informasi mengenai potensi ini sudah lama ada, tetapi sangat tertutup. Hal tersebut diungkapkan oleh Dosen Kimia Analisis dan Kimia Lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (FST Unair), Ganden Supriyanto.
“Isu mengenai penemuan logam tanah jarang di lumpur Lapindo Sidoarjo itu sebetulnya sudah lama ada, namun informasinya sangat tertutup sehingga masyarakat belum banyak yang mengetahuinya,” ungkap Ganden dilansir dari laman Unair yang dimuat Kompas.
Tetapi karena kondisi sosial masyarakat yang masih belum stabil, informasi mengenai penemuan logam tanah jarang di lumpur Lapindo belum banyak diinformasikan ke media maupun masyarakat. Bahkan Gaden memiliki data mengenai kandungan logam tanah jarang dari lumpur Lapindo yang diteliti China.
“Kan sudah kita analisa kan di China dan memang terlihat logam tanah jarangnya tinggi di daerah tersebut,” jelasnya,
Ganden mengungkap, alasan luapan lumpur yang ditahan di tanggul lumpur Lapindo Sidoarjo kemungkinan dikarenakan adanya kandungan logam tanah jarang yang bernilai tinggi. Sehingga pembuangan lumpur lapindo ke Sungai Porong volumenya tidak begitu banyak.
3. Manfaat LTJ

Logam tanah jarang (LTJ) merupakan mineral yang berguna bagi perkembangan teknologi. Menurut United States Geological Survey (USGS), LTJ merupakan komponen penting bagi 200 lebih produk industri teknologi tinggi. Industri kaca merupakan industri yang paling banyak membutuhkan LTJ sebagai bahan baku.
Pada industri ini, lanthanum banyak digunakan dalam pemolesan kaca dan sebagai zat aditif untuk memberikan warna. Sebesar 50 persen bahan lensa kamera dan ponsel terbuat dari lanthanum. Selain itu, LTJ tertentu juga digunakan sebagai kombinasi membuat fosfor.
“Fosfor merupakan zat yang dapat memendarkan cahaya sendiri. Zat ini banyak digunakan dalam produk tabung sinar, TV layar datar, layar ponsel, hingga papan skor stadion,” tulis Adilan Bill Azmy dalam Apa itu Logam Tanah Jarang dan Lithium dalam Lumpur Lapindo.