4 jenis bambu yang sering digunakan untuk konstruksi jembatan

Dalam bidang konstruksi, entah itu jembatan, jalan, atau rumah, umumnya digunakan material berupa beton atau baja sebagai pondasi. Tapi di sisi lain, ada satu material dari alam yang juga tak kalah diandalkan, yakni bambu untuk konstruksi.

Bukan hal baru, ada sejumlah alasan yang membuat bambu cukup diperhitungkan dalam memperkuat konstruksi. Beberapa di antaranya karena bambu punya sifat dasar kekuatan yang tinggi dan berat volume rendah. Lain itu, sifat konstruksi bambu juga ringan dan elastis, sehingga tahan terhadap gempa dan mudah diperbaiki jika terjadi kerusakan.

Contoh penggunaan bambu sebagai konstruksi penguat jalan adalah proyek sirkuit Formula E di Jakarta dan tol Semarang-Demak yang sedang dibangun. Sementara itu, dari 1.250 spesies bambu yang ada di dunia, hanya ada empat jenis yang dipakai sebagai konstruksi di Indonesia.

Apa saja jenis bambu yang dimaksud? Berikut detailnya:

1. Bambu wulung

Memiliki nama latin Gigantochloa atroviolacea, jenis bambu satu ini juga biasa disebut bambu hitam (black bamboo) sesuai dengan warna kulit batangnya. Meski begitu, ada juga bambu wulung yang memiliki warna batang hijau kehitaman/ungu tua.

Satu buluh bambu wulung diketahui bisa tumbuh hingga setinggi 15 meter. Sementara itu garis tengahnya bisa mencapai ukuran 6-8 sentimeter dengan panjang tiap ruas di kisaran 40-50 sentimeter.

Bambu wulung diketahui menyebar di wilayah Asia tropis mencakup India, dan kawasan Malesia. Sementara itu di Indonesia, jenis bambu satu ini banyak ditanam di wilayah perdesaan Jawa terutama di Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

Dalam hal konstruksi, bambu satu ini banyak digunakan sebagai rangka atap. Bahkan wujudnya juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan material pembuatan furnitur.

2. Bambu legi

Bambu yang memiliki nama ilmiah Gigantochloa atter ini juga dikenal dengan nama bambu ater dan buluh jawa. Garis tengah dan panjang tiap ruasnya sama seperti bambu wulung, hanya saja jenis satu ini bisa tumbuh lebih tinggi hingga kisaran 22-25 sentimeter.

Penyebarannya berada di kawasan Asia tropis mulai dari kawasan Indochina, Malesia, dan Papuasia. Keberadaannya banyak ditemukan di wilayah tropis yang lembap, dan berada di ketinggian hingga 1.400 dpl.

Dalam bidang konstruksi, bambu legi banyak dimanfaatkan sebagai rangka rumah, rangka dinding, dan pagar.

3. Bambu petung

Memiliki nama ilmiah Dendrocalamus asper, jenis bambu satu ini termasuk dalam kategori bambu besar. Bukan tanpa alasan, karena berbeda dengan dua jenis bambu sebelumnya, garis tengah dari jenis bambu satu ini dapat mencapai kisaran 20-25 sentimeter. Lain itu, tingginya juga bisa dapat tumbuh hingga kisaran 20 meter.

Bambu ini memiliki warna batang bervariasi mulai dari hijau, hijau tua, hijau keunguan, dan hijau keputihan. Melengkapi warna-warna tersebut, biasanya di bagian permukaan kerap terlihat totol putih muncul dari liken (lumut kerak).

Jenis bambu saat ini yang banyak digunakan untuk konstruksi skala besar. Beberapa di antaranya untuk memperkuat rangka jembatan, jalan, tiang rumah, pembuatan perahu, dan lain-lain.

4. Bambu ampel

Batang dari bambu bernama ilmiah Bambusa vulgaris ini cukup unik, karena wujudnya mengkilap. Yang menarik, selain banyak tumbuh atau dibudidayakan di perdesaan, jenis bambu satu ini di perkotaan justru banyak dijadikan tanaman hias.

Lebih tepatnya, jenis bambu yang dijadikan sebagai tanaman hias adalah sub-spesies atau varietasnya yang terdiri dari bambu kuning dan bambu gading. Jenis satu ini dapat tumbuh dengan ketinggian mencapai 20 meter, panjang ruas hingga 45 sentimeter, dan garis tengah maksimal 10 sentimeter.

Ada kegunaan unik dari bambu ampel selain dijadikan sebagai bahan kontruksi seperti tiang rumah. Tumbuh di wilayah Papua, bagian buluhnya banyak dijadikan sebagai bahan pembuat sisir tradisional dan koteka oleh masyarakat adat setempat.