Hama merupakan salah satu musuh terbesar para petani terutama petani padi di sawah. Bukan hanya memengaruhi kualitas panen, pada kondisi lebih serius keberadaannya dapat menyebabkan gagal panen yang menimbulkan kerugian besar secara materi.
Hingga saat ini, salah satu solusi yang masih banyak dipakai untuk memerangi hama adalah dengan menggunakan pestisida. Namun di saat bersamaan, solusi tersebut juga memiliki kekurangan tersendiri.
Kekurangan yang dimaksud adalah ketidakseimbangan ekosistem, dan dampak buruk dari hasil panen saat dikonsumsi oleh manusia. Berangkat dari kondisi tersebut, sejumlah inovasi terus dilakukan untuk menghadapi ancaman hama dengan cara terbaik.
Salah satu cara untuk memerangi hama yang terbilang unik dan hingga saat ini memiliki dampak negatif paling sedikit, dapat dijumpai di Flores. Lebih tepatnya, cara yang dimaksud berada di Desa Detusoko Barat, Kabupaten Ende.
1. Teknologi light trap hama

Pada area persawahan seluas 13 hektare di Desa Detusoko Barat, telah digunakan sebuah inovasi bernama teknologi light trap (TLT) atau jebakan lampu. Lebih detailnya, puluhan alat tersebut dipasang di seluruh area sawah untuk menjebak hama yang biasa menyerang pada waktu malam hari.
Mengutip Mongabay Indonesia, inovasi ini sebenarnya merupakan hasil dari kelompok mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Flores (UNIFLOR). Pemanfaatan jebakan yang mereka buat mulai digunakan pada tahun 2021, dengan memasang sebanyak 70 unit lampu jebakan dengan warna yang berbeda.
Adapun ragam warna lampu yang dimaksud terdiri dari merah, biru, oranye, dan hijau. Dalam praktiknya, bola lampu berwarna dimasukkan ke dalam botol plastik air mineral bekas dengan tiang dari pipa paralon.
Lampu kemudian disambungkan ke panel surya berbentuk segi empat di bagian atas botol, yang dilengkapi tombol on dan off. Lain itu, Bagian bawah lampu dipasangi baskom plastik yang ditaruh air sabun.
Pada bagian air itu lah nantinya sekumpulan hama akan terjebak, namun air harus diganti hingga 2-3 hari sekali. Hal tersebut dilakukan karena saat musim panas, airnya cepat menguap sehingga harus sering dikontrol.
2. Ragam manfaat yang didapat

Ada berbagai manfaat yang didapat dari penggunaan jebakan hama satu ini. Yang pertama, sudah pasti adalah penggunaan pestisida yang berkurang secara signifikan. Menurut data UNIFLOR, diketahui jika para petani di desa setempat sebelumnya menggunakan empat jenis pestisida dengan efek negatif yang signifikan.
“Pestisida tidak memberikan efek kepada hama yang menjadi target tetapi justru mematikan makluk hidup lain yang bukan menjadi target,” kata Sri Wahyuni, selaku Dekan Fakultas Pertanian UNIFLOR.
Sementara itu penggunaan TLT semenjak diterapkan pada tahun 2021, terbukti menurunkan penggunaan pestisida sebesar 83,86 persen.
“Bila dikonversikan ke dalam jumlah uang maka petani berhemat Rp1,3 juta dalam satu musim tanam,” tambah Sri lagi.
Bicara mengenai tingkat keberhasilannya, terungkap jika masing-masing warna memiliki persentase keberhasilan menangkap hama yang berbeda. Berdasarkan pendataan yang dilakukan, didapati jika lampu warna hijau dapat menangkap 1 persen hama, merah 4 persen, oranye 5 persen, biru 41 persen dan ungu 49 persen.
Penjelasan lebih detail disampaikan oleh Kevin Wede, salah satu mahasiswa yang terlibat dalam penggarapan inovasi tersebut.
“…untuk serangga sendiri punya daya tarik terhadap cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda, jadi dari hasil penelitian kemarin, serangga yang banyak terperangkap itu warna ungu dan biru,” terang Kevin, menukil ekorantt.com.
3. Kekurangan dan solusi

Area sawah di Desa Detusoko Barat sendiri hingga saat ini dikenal dengan komoditas unggul berupa padi lokal Are Banga Laka (beras merah). Komoditas tersebut cukup unggul dengan harga jual mencapai Rp25 ribu/kilogram.
Dengan penggunaan inovasi TLT, ragam jenis hama yang dapat ditangkap terdiri dari wereng cokelat, penggerek batang padi putih, bergaris, dan kuning. Lain itu, ada juga hama berjenis pelipat daun dan walang sangit.
Disebutkan jika dalam waktu satu sebulan, wereng coklat yang terperangkap mencapai 269 ekor. Sementara hama terendah adalah walang sangit dengan 17 ekor, dari total tangkapan sebanyak 881 ekor serangga.
Di lain sisi, perangkat TLT ini rupanya kerap menangkap sejumlah makhluk atau serangga lain yang tidak merusak hama. Lebih detail, disebutkan ada 5 jenis predator yang bukan merupakan serangga sasaran namun terjebak perangkap tersebut.
Karena itu disarankan agar pemasangan TLT tidak dilakukan sepanjang waktu, melainkan pada fase-fase kritis tanaman padi saja. Sehingga dalam mengendalikan hama tanaman padi, tetap menggunakan teknik pengendalian hama terpadu.