Pada Rabu, 17 Oktober 1990 menjadi hari yang tidak biasa bagi warga Dusun Plosokuning, Desa Wonoboyo, Klaten. Pada hari itu, sebidang lahan sawah milik warga sedang digali demi keperluan pembangunan saluran irigasi.
Enam penemu artefak bahkan sampai diundang oleh Presiden Soeharto di Candi Prambanan. Keenam orang itu termasuk pemilik lahan mendapatkan tali asih dari Presiden Soeharto sebagai bentuk apresiasi atas penemuan harta karun kuno.
Lalu bagaimana kisah desa penemu harta karun terbesar di Indonesia ini? Dan bagaimana juga penemuan harta karunnya? Berikut uraiannya
1. Desa harta karun

Pada Rabu, 17 Oktober 1990 menjadi hari yang tidak biasa bagi warga Dusun Plosokuning, Desa Wonoboyo, Klaten. Pada hari itu, sebidang lahan sawah milik warga sedang digali demi keperluan pembangunan saluran irigasi.
Ketika penggalian mencapai kedalaman 2,5 meter, cangkul salah satu warga membentur benda yang ternyata adalah guci keramik dari China. Setelah dibuka, ternyata di dalam guci itu tersimpan banyak artefak emas.
Setelah menemukan guci berisi emas, Witomoharjo langsung melaporkan penemuannya kepada perangkat desa setempat. Setelah dilakukan penggalian lagi, ternyata ada dua guci lain yang ditemukan.
Masing-masing guci diperkirakan memiliki berat 8 kg. Selain itu, ditemukan juga mangkuk serta piring berbahan emas. Desa pun menjadi heboh dan banyak warga yang ingin melihat penemuan harta karun tersebut.
“Saat itu di sekitar lokasi hingga balai desa penuh warga yang ingin melihat. Di balai desa, warga tidak boleh masuk ke dalam dan hanya bisa melihat dari kaca. Saat dipukul dengan pacul, ternyata guci tetap tidak bisa dibuka. Akhirnya terpaksa dibongkar setelah dipanaskan menggunakan las,” kata Widodo yang dimuat Merdeka.
Setelah penemuan itu, para arkeolog melakukan penelitian di tanah tersebut dan menyewanya selama tiga tahun. Sementara itu enam warga yang menemukan harta karun itu menerima uang dari pemerintah sebagai apresiasi.
2. Mendapatkan uang

Enam penemu artefak bahkan sampai diundang oleh Presiden Soeharto di Candi Prambanan. Keenam orang itu termasuk pemilik lahan mendapatkan tali asih dari Presiden Soeharto sebagai bentuk apresiasi atas penemuan harta karun kuno.
Diingat oleh Surip, pemilik lahan saat itu menerima uang sekitar Rp250 juta. Sementara, para penggali tanah uruk mendapatkan uang yang kemudian dibagi. Seingatnya uang yang paling banyak diterima adalah penggali tanah uruk sekitar Rp35 juta.
“Sebagian digunakan menggelar pentas hiburan, salah satunya ketoprak. Selebihnya dipakai untuk keperluan pribadi mereka,” tulis Taufik Sidiq yang dimuat Solopos.
Ditulis oleh Taufik, lahan yang dahulunya menjadi tempat penemuan harta karun itu hingga kini masih digunakan untuk bercocok tanam. Lahan itu termasuk salah satu yang akan dilewati Tol Solo-Jogja,
Kini sebagian ruas jalan Tol Solo-Jogja yang melintasi wilayah Desa Wonoboyo, Kecamatan Jogonalan akan dibuat jalan layang. Hal ini dilakukan untuk menghindari kawasan Situs Wonoboyo yang termasuk sebagai cagar budaya.
General Manager Lahan dan Utilitas PT Jogjasolo mengatakan ruas jalan tol yang melewati kawasan situs akan dibuat jalan layang. Panjang jalan layang itu sekitar 80 meter dan berada 9 meter di atas kawasan situs.
3. Disimpan dalam museum

Kepala Desa (Kades) Wonoboyo, Supardiyono menjelaskan artefak perhiasan kuno yang ditemukan saat ini disimpan di Museum Nasional. Dirinya menceritakan saking banyaknya, salah satu lantai museum seluruhnya berisi temuan Wonoboyo.
“Paling berat itu temuan mata uang emas yang jumlahnya ada 17.600 keping. Total beratnya sekitar 17 kilogram,” ungkapnya.
Jumlah total berat perhiasan kuno yang ditemukan di Situs Wonoboyo diperkirakan mencapai 30 kilogram. Hal itu berdasarkan kumpulan makalah berjudul Temu Evaluasi Penelitian Wonoboyo tahun 1992.
Timbul Haryono dalam tulisannya menjelaskan bahwa temuan sekitar 30 kilogram itu tak hanya menakjubkan dari sisi jumlah barang. Dari temuan itu juga terungkap informasi baru terkait beberapa aspek budaya masyarakat Jawa Kuno.
Pemerintah Desa Wonoboyo juga membangun museum di tanah kas desa sebagai penanda bahwa di wilayah mereka pernah ditemukan guci emas kuno. Museum dibangun untuk pembelajaran generasi muda.
Pembangunan museum dilakukan di atas tanah kas desa seluas 6.000 meter persegi di Dukuh Plosokuning. Selain museum berukuran 7 meter x 7 meter di lokasi itu juga dibangun waterboom.
“Dalam Perda No.11/2011 tentang RT/RW Klaten disebutkan wilayah kamis disebut Situs Wonoboyo. Kemudian dari RPJM desa dikembangkan dan kami dibangun museum itu,” kata Supardiyono.