Inovasi petani Blitar agar hasil panen tinggi tanpa bahan kimia

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Petani China (SIDDIG OMER MOHAMED/flickr)

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengapresiasi hasil panen padi hingga 8,9 ton per hektare di Blitar, Jawa Timur, setelah menggunakan Biosaka yang dibuat secara mandiri oleh petani.

Biosaka merupakan campuran pupuk yang dibuat dari ramuan yang dibuat secara manual dengan tangan. Terbuat dari minimal lima jenis rumput atau daun yang sehat yang dicampur air, tanpa campuran apapun.

Lalu bagaimana hasil dari Biosaka ini? Dan benarkah cocok digunakan untuk meningkatkan hasil panen? Berikut uraiannya:

1. Pertanian dari Biosaka

Ilustrasi petani (sobat lama/Flickr)

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengapresiasi hasil panen padi hingga 8,9 ton per hektare di Blitar, Jawa Timur, setelah menggunakan Biosaka yang dibuat secara mandiri oleh petani.

Syahrul meyakini bahwa pertanian Indonesia tetap akan terjaga walau adanya climate change dan tantangan apapun ke depan. Karena bila adanya inovasi akan membuat pertanian Indonesia tetap terjaga.

“Makannya, kita bersyukur memiliki aplikasi Biosaka sehingga tidak bergantung pada pupuk kimia,” kata Mentan yang dimuat dalam Antaranews.

Menurut Mentan, penggunaan Biosaka sangat cocok di Pulau Jawa yang unsur haranya sudah bertahun-tahun diendapkan bahan kimia. Diungkapkannya dengan Biosaka, kesuburan tanah bisa dikembalikan.

  Desa Penangkalan dan kisah petani perempuan sebagai pejuang pangan

“Penggunaan Biosaka ini bisa mengurangi penggunaan pupuk kimia di atas 50 persen. Ini bisa dikerjakan oleh siapa saja, termasuk ibu-ibu tani,” terangnya.

2. Mengenal Biosaka

Ilustrasi petani (Maude Bardet/Flickr)

Elisitor Biosaka pertama dicoba sejak tahun 2006 oleh petani dari Blitar bernama Muhammad Anshar. Biosaka merupakan bahan dari larutan tumbuhan atau rerumputan yang diketahui mampu melindungi dari serangan hama dan penyakit.

Biosaka terbuat dari minimal lima jenis rumput atau daun yang sehat, dicampur air, tanpa campuran apapun hingga menjadi ramuan homogen, harmoni dan koheren lalu disemprot ke tanaman dan bisa disimpan hingga lima tahun.

Biosaka merupakan singkatan dari “bio” yang berarti tumbuhan dan “saka”, singkatan dari selamatkan alam kembali ke alam. Biosaka merupakan campuran pupuk yang dibuat dari ramuan yang dibuat secara manual dengan tangan.

“Dalam membuatnya tidak menggunakan mesin, hanya dengan tangan,” jelas Anshar.

Anshar mengakui awalnya hanya ingin membantu petani, namun malah berkembang dengan baik di Blitar. Dirinya kemudian mulai mengembangkan secara masif Biosaka pada tahun 2011 melalui pemberdayaan dan petani.

  Semangat kelompok wanita tani upayakan ketahanan pangan desa

Kemudian sejak pertengahan tahun 2019, Anshar mulai melakukan pendampingan di wilayah Kabupaten Blitar, khususnya petani di wilayah Kecamatan Wates. Saat itu, jumlahnya hanya 1-2 petani.

Namun melalui getuk-tular dan dibantu petugas pertanian lapangan, perkembangan selama 2 tahun pendampingan teknologi Biosaka sudah mulai diuji coba pada skala luas. Kini hampir setiap kecamatan wilayah Blitar sudah menerapkan.

“Kami belum bisa pastikan beberapa petani yang menerapkan, tetapi terus bertambah,” ujarnya.

3. Beragam manfaat

Ilustrasi petani | Shutterstock

Anshar lantas menjelaskan apa kelebihan Biosaka tersebut pertama yakni efektifitas kinerja yang baik. Reaksi Biosaka dapat dilihat dalam waktu 24 jam setelah aplikasi. Kemudian yang kedua dapat digunakan pada seluruh fase tanaman.

Selanjutnya yang ketiga adalah proses produksinya pun sangat cepat, karena tidak menggunakan metode fermentasi yang biasanya memakan waktu paling cepat 1 minggu. Keempat cara penggunaannya mudah dan penggunaan dosisnya sangat sedikit.

“Penyemprotan dari mulai tanam sampai panen dilakukan sekitar 7 kali aplikasi,” paparnya.

Sementara yang kelima dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 50-90 persen, sehingga jauh menghemat biaya produksi. Ketujuh bahan baku Biosaka juga tersedia setiap saat di lingkungan petani, di mana dan kapanpun.

  Mayoritas petani berusia di atas 40, ancaman kedaulatan pangan?

Tetapi ungkapnya, masih ada kekurangan Biosaka adalah tidak dapat diproduksi dengan mesin. Kekurangan lain, bahan baku yang terus berganti pada saat pembuatan, walau masih bisa menggunakan teknologi alam.

“Setelah saya mempelajari, hama selalu berganti dan beradaptasi. Hasil penelitian saya ternyata teknologi alam bisa dimanfaatkan petani untuk adaptasi lingkungan. Teknologi alam menjadi kelebihan Indonesia,” paparnya.

Artikel Terkait