Desa Batu Ampar, Kepahiang, Bengkulu mempunyai produk andalan untuk oleh-oleh wisatawan. Peyek daun kopi namanya. Peyek daun kopi ini terbuat dari daun kopi yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Rasanya cukup renyah dan gurih.
Kudapan daun dari Desa Batu Ampar ini sangat terkenal di Bengkulu. Bahkan kudapan daun tersebut menjadi oleh-oleh andalan desa yang telah mengproklamirkan diri sebagai desa wisata. Beberapa lomba pun telah diikuti oleh masyarakat Desa Batu Ampar untuk mempromosikan produk ini.
“Kepada pengunjung kami suguhkan peyek daun kopi dan stik bunga kecombrang,” ujar Dewi Herlinda yang merupakan Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Batu Ampar yang disadur dari Mongabay.
Lalu bagaimana proses pembuatan peyek daun kopi sehingga menjadi oleh-oleh andalan desa ini? Bagaimana juga proses petani mengolah hingga mendapatkan keuntungan, berikut uraiannya:
1. Bermula sejak tahun 2019
Dewi setiap siang selalu memandang lepas hamparan pohon kopi di kebunnya. Dirinya begitu teliti mencari daun kopi dengan ukuran tiga atau empat jari orang dewasa. Di depannya ada batang kopi agak tua, kepalanya lantas mendongak, matanya menyipit, mengamati pucuk daun yang ada di kepalanya.
Wanita ini lantas berjinjit, tanganya gesit menggapai batang, ditariknya agar rendah. Jarinya begitu lincah, memetik daun muda dan setelahnya dirinya lepaskan kembali batang tersebut. Menurutnya ukuran daun kopi yang dirinya ambil untuk membuat peyek daun kopi telah sesuai.
Siang itu, Dewi mengambil daun kopi sebanyak setengah tas anyaman plastik. Menurutnya jika daun tua dibuat peyek daun kopi tidak akan lengket. Sedangkan bila terlalu muda, rasa peyeknya akan terasa pahit. Karena itu yang paling renyah dan gurih adalah daun yang tidak muda dan tidak tua.
Produksi pertama peyek daun kopi dan stik bunga kecombrang diluncurkan sejak Agustus 2019, ketika acara peringatan kemerdekaan Indonesia. Melihat antusiasnya yang cukup besar, membuat Dewi bersama rekan-rekanya melanjutkan produksinya tersebut.
Hasilnya lumayan, setiap bulan sebelum pandemi terjadi, mereka bisa memproduksi peyek lebih dari empat kilogram. Satu kilogram bisa terjual seharga Rp60 ribu.
“Ini menjadi pamasukan tambahan. Kebun kopi itu musiman, satu tahun sekali atau dua kali panen,” ujarnya.
2. Produk andalan desa
Bahan pokok untuk dua makanan, peyek daun kopi dan stik bunga kecombrang mudah ditemukan di Batu Ampar, sebuah desa yang terletak di Kaki Bukit Hitam. Kawasan yang menjadi bagian dari lanskap Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Kaba, Rejang Lebong.
Karena itulah, Dewi terus mendorong ibu-ibu untuk memproduksi peyek. Produk ini akan dikemas dalam kantong plastik dan dijual di toko-toko oleh-oleh khas desa yang letaknya di sebelah Sekolah PAUD dan rumah kepala desa.
Di toko desa, tidak hanya menjual dua produk itu, tetapi juga makanan hasil olahan lain, seperti bambu muda (rebung), gula aren, serta produk anyaman bambu.
Di Desa Batu Ampar, saat ini telah diterbitkan enam izin penyelenggaraan industri rumah tangga pangan (IRTP) dan 4 IRTP Baru. Pengembangan produk-produk desa ini, untuk menambah pendapatan keluarga dan menunjang program desa terkait ekowisata.
“Upaya nyata yang dikembangkan adalah memunculkan kuliner lokal,” jelas Kepala Desa Batu Ampar, Harwan Iskandar.
Melihat geliat kuliner khas di Desa Batu Ampar, membuat Balai Pengawas Obat dan Makanan di Bengkulu menetapkan desa ini sebagai utusan lomba Desa Pangan Aman Nasional pada akhir 2020 lalu, untuk mewakili Provinsi Bengkulu.
Lomba ini menjadi bagian dari program gerakan keamanan pangan desa yang diinsiasi BPOM sejak 2014. Tujuannya meningkatkan kemandirian masyarakat desa untuk menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang ama sampai tingkat perseorangan, juga memperkuat ekonomi desa.
Perlombaan ini diikuti 34 provinsi dari seluruh Indonesia. Pada tahap verifikasi dokumen tahap awal oleh juri nasional, Desa Batu Ampar berhasil masuk tujuh besar. Desa yang masuk nominator ini akan diverifikasi faktual/lapangan oleh tim juri nasional.
Hal ini untuk melihat kesesuaian antara dokumen proposal dan kondisi sesungguhnya di lapangan. Verifikasi di Desa Batu Ampar dilaksanakan pada Selasa, 8 Juni 2021. Tim berasal dari BPOM dan perwakilan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
3. Meraih juara ketiga
Bertepatan dengan peringatan Hari Keamanan Pangan Sedunia (World Food Safety Day) yang jatuh pada tanggal 22 Juni 2021, BPOM mengumumkan juara lomba Desa Pangan Aman. Desa Batu Ampar, Bengkulu terpilih sebagai juara ketiga.
Desa Batu Ampar bersaing ketat dengan Desa Panggunghharjo di Bantul Yogyakarta dan Desa Bukit Intan Makmur di Rokan Hulu Riau yang ditetapkan menjadi juara satu dan dua.
Kepala BPOM, Penny K Lukito menyatakan pihaknya akan memberikan intensif berupa pendampingan, bimbingan teknis dan pemberian fasilitas kepada para pemenang,
“Penghargaan tersebut juga menambah indeks Desa Membangun yang dikeluarkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi,” katanya yang dikutip dari situs BPOM.
Foto:
- Viral publik
- commons wikimedia
- buliran
- batu ampar