Pemukiman di daerah pedesaan atau pelosok daerah biasanya memang memiliki kesan sejuk dan tenang. Jauh dari hiruk-pikuk perkotaan, udara yang bersih membuat wilayah desa memiliki atmosfer berbeda dengan udara di kota. Kondisi yang sama juga dapat dijumpai pada salah satu wilayah pemukiman di Kabupaten Bogor, yakni kampung Tokyo.
Jika mendengar namanya sekilas mungkin terdengar unik, karena Tokyo sendiri pasalnya merupakan nama Ibu Kota dari negara Jepang. Tapi, nama tersebut rupanya menjadi julukan bagi desa wisata yang ada di Indonesia.
Kira-krira seperti apa rupa dari Kampung Tokyo yang ada di Bogor, dan mengapa memiliki nama julukan demikian?
1. Tentang Kampung Tokyo
Desa atau Kampung Tokyo yang dimaksud sebenarnya adalah sebuah pemukiman yang berlokasi di Dusun Malani, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Lebih tepatnya, wilayah ini berada di kawasan kaki gunung Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).
Satu alasan yang membuat pemukiman ini dijuluki Kampung Tokyo adalah karena adanya bangunan rumah yang memiliki desain layaknya bangunan-bangunan di Tokyo.
Jika berkunjung ke sana, pendatang akan melihat rumah para penduduk yang memiliki struktur bangunan layaknya di Jepang. Yakni berupa keseragaman, berjajar, dan berhadap-hadapan.
Rancangan itu pula yang membuat Kampung Tokyo jika dilihat dari jauh nampak begitu rapih dan tertata. Apalagi dengan pemandangan di sekelilingnya berupa hamparan perkebunan teh yang hijau.
2. Asal-usul

Berdasarkan keterangan Basri, selaku ketua RT setempat, dijelaskan bahwa awalnya pemukiman itu pertama kali dibangun era kedudukan Belanda. Secara total ada sebanyak 32 rumah yang dibangun, menggunakan material kayu dan bambu yang dianyam, sederhana namun apik.
Hingga saat ini, diketahui jika hampir seluruh rumah tersebut hingga saat ini masih berupa bangunan asli yang belum mengalami perbaikan, untuk menjaga keasliannya. Secara detail, bangunan-bangunan tersebut berada di atas lahan seluas 3.700 meter persegi.
Membahas mengenai penduduk, sebagian besar masyarakat yang tinggal di rumah-rumah kampung Tokyo Malani kesehariannya bekerja di perkebunan teh Nirmala Agung. Perkebunan teh itulah yang nampak mengelilingi Kampung Tokyo.
Perlu diketahui bahwa meski dijuluki Kampung Tokyo, namun masyarakat di pemukiman ini pada dasarnya adalah masyarakat Sunda asli.
Mereka disebut masih menjalankan berbagai acara/tradisi yang dijaga dan dilestarikan seperti memperingati hari baru Islam dan acara yang disebut sedekah bumi. Di mana dalam acara tersebut, sebagian hasil bumi yang diperoleh dikembalikan lagi ke alam sebagai tanda berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3. Destinasi desa wisata
ÂÂÂÂÂView this post on InstagramÂÂÂÂÂÂÂÂÂÂÂ
Karena berada di kawasan wisata Taman Nasional Gunung Halimun Salak, wilayah pedesaan ini nyatanya juga menjadi destinasi desa wisata yang mendukung. Bagi wisatawan yang datang dari Ibu Kota, perjalanan untuk menuju kawasan ini menghabiskan waktu tempuh sekitar 4 jam perjalanan.
Sebagai catatan, akses jalan ke Desa Malani atau Kampung Tokyo bisa dikatakan susah-susah gampang. Pasalnya, akses jalan ke tempat ini masih banyak yang belum memadai dan masih berupa bebatuan.
Meski begitu, tak sedikit wisatawan yang sudah sering berkunjung ke wilayah ini. Yang menarik, di sini juga sudah ada fasilitas menginap. Terdapat akomodasi penginapan berupa rumah tinggal atau homestay, di mana pengunjung dapat memilih salah satu dari rumah warga asli untuk ditinggali.
Di desa ini pula nantinya wisatawan akan disuguhkan dengan beberapa objek wisata alam, seperti terasering 1001 undak, perkebunan teh Nirmala, Curug Dombang dengan air terjun yang memiliki diameter 12 meter dan kemiringan 40 derajat, hingga pengalaman berkemah di pinggir sungai.
Sebagai informasi, harga tiket masuk ke kawasan itu dikenakan biaya Rp12.500/orang.