Buah merah merupakan tanaman favorit masyarakat Papua. Buah yang mempunyai nama ilmiah Pandanus Conoideus dan termasuk famili Pandanaceae ini merupakan tumbuhan endemik Papua yang tersebar hingga Papua Nugini.
Pohon buah ini dapat ditemukan di dataran rendah hingga dataran tinggi Papua. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua memperkirakan lebih dari 30 kultivar pandan buah merah dapat di jumpai di Papua. Masing-masing daerah memiliki nama berbeda tiap karakter buahnya.
Masyarakat Papua juga memanfaatkan buah ini sebagai obat tradisional dan pangan. Apalagi mengingat kandungan nutrisi yang ada dalam buah merah penting bagi kesehatan tubuh. Selain dikonsumsi langsung dengan dipanggang atau direbus, buah merah juga dijadikan berbagai jenis makanan.
Melihat pentinya buah merah bagi masyarakat Papua, bagimana sejarahnya buah ini menjadi begitu erat dengan masyarakat Papua. Lalu apa manfaat dari buah ini sehingga begitu digemari oleh masyarakat? Berikut uraiannya:
1. Buah prasejarah
Buah merah memiliki nama lokal yang merujuk pada perbedaan ukuran, warna buah, warna daun, dan rasa. Beberapa nama ini antara lain, maler, ugi, oakelu, kenen, wona, kuambir, gepe, barugum, magari, werene, dan baga.
Beragamnya nama ini ternyata terkait kehadiran buah merah yang merupakan tanaman prasejarah Papua. Dilansir dari Mongabay Indonesia, Senin (21/2/2022) Papua yang terletak di Khatulistiwa dengan hutan hujan tropis, membuat pembukaan lahan pertanian tidak mudah, dan hanya mengandalkan alat-alat batu.
Peneliti arkeologi BRIN Hari Suroto menyatakan dari analisis polen terhadap sisa serbuk sari tanaman buah merah yang ditemukan di Kalela, Lembah Baliem, diperkirakan pertanian awal di Papua berlangsung pada 6.000 tahun silam.
“Buah merah sudah lama dikonsumsi masyarakat Suku Dani di Lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya, Papua. Buah merah dalam bahasa Dani disebut Kuansu,” ujarnya bedasarkan analisis yang dilakukan oleh Haberle dari Australian National University pada tahun 1991.
Hari menambahkan di kalangan Suku Amungme, ada beberapa versi awal mula buah merah. Salah satunya dipercaya Suku Amungme muncul dari tanah, tempat mereka selalu berada. Kegelapan membuat mereka memilih untuk meninggalkan lubang atau gua.
Mulut gua tersebut bernama Mepingama yang berada di sebelah pohon tua dekat Wamena, Lembah Baliem. Para manusia gua ini keluar dengan membawa berbagai benih tanaman yang diperlukan untuk ditanam, ada umbi-umbian berupa talas, pisang, dan buah merah.
2. Sistem pertanian yang efisien
Pada masa prasejarah, penduduk Papua di dataran rendah mengembangkan sistem pertanian yang efisien. Pasalnya di daerah ini memiliki pohon-pohon yang begitu besar, dan curah hujan tinggi, sehingga membuat pembukaan lahan dengan pembakaran sulit dilakukan.
Mereka lebih memilih mengandalkan penanaman umbi-umbian yang tumbuh merambat dan tidak membutuhkan banyak sinar matahari. Sehingga tidak perlu keluar banyak tenaga hanya untuk menebang pohon besar dengan alat batu.
Hari dalam buku Prasejarah Papua menjelaskan bahwa di dataran tinggi Papua yang teletak antara 1.300 hingga 2.300 meter di atas permukaan laut, penduduknya juga mengembangkan sistem pertanian yang tidak kalah efisien. Apalagi kondisi di dataran tinggi juga sama dengan yang ada di dataran rendah.
Sementara itu pada ketinggian 1.550 mdpl, hanya dapat ditumbuhi jenis-jenis tanaman tertentu. Tanaman ini seperti keladi, buah merah, pisang Australimus (jenis pisang asli Papua dengan tangkai buah tegak lurus), ubi rambat, dan tebu.
“Buah merah memiliki bentuk menyerupai pandan dengan tinggi mencapai 16 meter ditopang akar tunjang. Adapun buahnya berbentuk lonjong dengan kuncup yang tertutup daun buah,” ujar Hari.
3. Buah yang penting bagi orang Papua
Pada penelitian yang berjudul Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk) Bioresources Pegunungan Tengah Papua dan Upaya Konservasinya dijelaskan bahwa buah merah merupakan tanaman bioresources lokal masyarakat pegunungan tengah Papua.
Tanaman ini penting setelah tanaman pangan seperti hipere (Ipomoea batatas L), hom (Colocasia esculenta l), Pisang (Musa Paradisiaca), alpukat (Persea americana), dan nangka (Atrocarpus integra).
“Masyarakat Papua Nugini menyebut pandan yang buahnya dimakan dengan nama marita, sedangkan di Wemena, Paua, buah pandan yang bernama merah ini disebut tawi. Dalam bahasa Indonesia disebut buah merah karena buahnya berwarna merah dengan bentuk khas,” tulis Albert Husein Wamo, Peni Lestari, dan Ninik Setyowati yang dimuat dalam Jurnal Biologi Indonesia (2019).
Bagi masyarakat Papua, buah merah memilki arti penting karena beberapa hal yakni minyaknya yang bisa digunakan sebagai minyak makan dan bahan dasar obat. Potongan buah merah yang direbus bersama daun ubi jalar digunakan sebagai pakan babi. Daunya diketahui dapat dijadikan bahan anyaman.
Sumber foto:
- Hamparan seni
- Dinkes Jayapura
- Suara Papua
- Wikimedia