Dua spesies baru, burung sikatan dan kacamata laut ditemukan di Pegunungan Meratus, Kalimantan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Burung Sikatan (Balakrishnan A/Flickr)
Burung Sikatan (Balakrishnan A/Flickr)

Burung endemik Kalimantan kini bertambah ragamnya, setelah dua spesies baru burung yang berasal dari genus Cyornis dan Zosterops telah ditemukan di Pegunungan Meratus, bagian tenggara Pulau Kalimantan. 

Ahli ornitologi telah mendeskripsikan dua spesies baru tersebut dari genus flycatcher Cyornis dan genus mata putih Zosterops. Temuan ini telah dideskripsikan dalam Journal of Ornithology

Penasaran bagaimana kedua burung ini bisa ditemukan? Lalu apa yang spesial dari kedua jenis burung endemik ini? Berikut uraiannya:

1. Penemuan dua jenis burung

Burung Sikatan (Lonelyshrimp/Flickr)
Burung Sikatan (Lonelyshrimp/Flickr)

Dua spesies baru burung yang berasal dari genus Cyornis dan Zosterops ini ditemukan oleh ornitolog Birdtour Asia, James Eaton. Dikatakan Cyornis adalah genus burung pengicau dalam keluarga flycatcher sambar dunia lama (Muscicapodae). 

Genus ini terdiri dari 25 spesies, yang kebanyakan dimorfik seksualnya dapat dilihat dari perbedaan bulu dan kemungkinan juga dapat ditemukan di seluruh Asia Selatan, anak benua India hingga Asia Tenggara, Filipina dan Indonesia. 

Flycatcher Cyornis jantan memiliki warna biru di bagian atas dan terutama biru dan putih atau oranye dan putih di bagian bawah, meskipun beberapa spesies monomorfik secara seksual dan tidak memiliki warna cerah.

  Air tertua di dunia berusia 2 miliar tahun ditemukan, bisa jelaskan awal mula dunia!

Zosterops merupakan genus burung passerine yang memiliki ciri khas mata putih dalam famili Zosteropidae. Tersebar di alam Afrotropis, Indomalayan, dan Australasia, genus ini terdiri dari lebih 100 spesies.

Burung-burung ini terkenal sebagai penjajah pulau tertinggi, itulah sebabnya begitu banyak spesies mata putih yang berbeda berevolusi begitu cepat. Karena itu populasi pulau yang berbeda menjadi terisolasi dan terpisah dari populasi sumbernya.

Fitur paling khas dari mata putih Zosterops adalah cincin bulu putih yang mencolok di sekitar mata, meskipun beberapa spesies tidak memilikinya.

2. Surga para burung

Burung Sikatan (Lonelyshrimp/Flickr)
Burung Sikatan (Lonelyshrimp/Flickr)

Kini, spesies Cyornis dan Zosterops baru diketahui menghuni Pegunungan Meratus di bagian tenggara Pulau Kalimantan. Rekan penulis James Eaton dari Birdtour Asia menyebut banyak dari burung ini adalah spesies pegunungan, dengan sekitar 27 spesies endemik atau hanya terdapat di dataran tinggi Kalimantan.

“Keanekaragaman hayati burung dan endemik Borneo (termasuk wilayah Malaysia dan Brunei) sangat mengesankan, dengan sekitar 50 spesies endemik yang dideskripsikan dari pulau di bawah pengaturan taksonomi sebelumnya,” kata Eaton yang dinukil dari National Geographic.

Eaton menyatakan, Pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan menjadi salah satu daerah yang paling tidak dikenal dan mungkin yang paling terisolasi.

  Kabar bahagia dari Tambora, elang flores berhasil menetas

Tempat ini merupakan dataran tinggi sepanjang 140 kilometer dari utara hingga selatan. Diselimuti oleh sekitar 2.460 kilometer persegi hutan bawah pegunungan dan hutan pegunungan, dengan ketinggian 1.892 mdpl dengan puncaknya Gunung Besar.

3. Berkerabat dengan sikatan

Burung sikatan (Dhanatas Thovanich/Flickr)
Burung sikatan (Dhanatas Thovanich/Flickr)

Eaton mengungkapkan spesies Cyornis yang baru saja ditemukan itu, memiliki kekerabatan yang cukup dekat dengan Sikatan Dayak Biru (Dayak Blue Flycatcher/Cyornis Montanus).

Namun, sikatan yang ditemukan kali ini memiliki perbedaan morfologis yang cukup menonjol, misalnya warnanya yang biru muda di bagian atas, dan sedikit warna putih dengan semburat merah muda di bagian bawah.

Sedangkan Zosterops yang juga ditemukan paling dekat dengan burung kacamata laut (Zosterops chloris) namun dibedakan dengan bagian atas berwarna zaitun dan bagian bawahnya lebih gelap.

Kedua spesies baru itu kemungkinan besar hanya berada di Pegunungan Meratus yang dikelilingi oleh hutan sekunder daratan rendah yang terdegradasi atau lanskap pertanian yang dikonversi.

“Mereka tampaknya telah menyimpang dari spesies saudara mereka melalui isolasi geografis di pegunungan terpencil ini yang diperparah oleh dinamika populasi yang berubah dalam komunitas burung pegunungan yang miskin,” ujar peneliti menjelaskan.

  Jelajah Pulau Rambut, memotret spesies burung air dari penjuru Asia dan Australia

Para peneliti kemudian meminta kedua spesies baru burung ini mendapatkan status IUCN Red List, status Rentan untuk spesies baru bedasarkan kriteria B1 da B2.

Meskipun, kata peneliti, kedua spesies tersebut relatif umum di kawasan terbatas Pegunungan Meratus, perubahan habitat yang terus berlanjut dan ancaman perburuan yang segera terjadi mungkin dapat membahayakan.

Artikel Terkait

Terbaru

Humanis

Lingkungan

Berdaya

Jelajah

Naradata