Fakta unik Lutung Simpai, primata surili endemik Sumatra

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Lutung simpai | @Berta Alviyanto (shutterstock)

Tak dimungkiri lagi jika Indonsia menjadi rumah beragam jenis primata, mulai dari monyet, orangutan, beruk, tarsius, dan siamang. Bahkan di antaranya merupakan satwa endemik yang tak dapat ditemui di negara lain.

Ekosistem primata juga nyatanya cukup penting bagi keberlangsungan lingkungan, karena keberadannya dapat melengkapi siklus kehidupan ekosistem hutan dari benih-benih pohon dan biji buah yang mereka sebarkan.

Indonesia juga memiliki beragam primata surili, di antaranya surili natuna, surili jawa, dan surili sumatra. Surili sumatra oleh masyarakat lokal sering disebut lutung simpai, cha-cha, atau kera putih. Sementara orang Inggris menyebutnya sebagai mitred leaf monkey.

Meski termasuk primata unik, banyak juga ancaman bagi kehidupan lutung simpai, terutama soal hilangnya habitat sebagai lahan hidup mereka. Biang keroknya apalagi jika bukan karena penebangan hutan.

Kegiatan itu mengakibatkan pasokan makanan berkurang, mengubah ekologi perilaku, dan membuat kelompok harus menyebar lebih luas untuk mencari makan.

Berikut lutung simpai.

1. Jambul unik serupa mahkota

Lutung simpai (Presbytis melalophos) memiliki ciri fisik berupa jambul di kepala serupa mahkota, bagian mata dengan bulatan seperti cincin yang terkesan seperti kantung mata, memiliki alis tipis, tulang hidung menonjol, bibir kecil, dan warnanya bisa abu-abu, hitam, atau kecokelatan.

  Mengenal namdur, ‘arsitek’ bersayap endemik Papua

Panjang tubuh lutung jantan dan betina kurang lebih sama, yakni sekira 45-49 cm dengan bobot antara 5-6 kg. Ciri lainnya dari lutung ini adalah ekornya yang panjang, bahkan hingga 1,5 kali dari panjang tubuhnya.

Termasuk hewan diurnal, lutung simpai berkegiatan aktif pada siang hari. Ia juga merupakan satwa arboreal yang banyak menghabiskan hidupnya di atas pohon. Dengan fisik ramping dan ekor panjang, primata ini dapat menjaga keseimbangannya.

Lain itu, tangannya yang panjang dengan jari yang kuat juga membantu mereka berayun dari satu pohon ke pohon lain di dalam hutan. Lutung simpai juga punya kaki yang cukup panjang sehingga memudahkan mereka dakam melompat dan berlari.

50 persen dari makanan satwa herbivora ini adalah buah-buahan, dan sisanya bisa biji-bijian, kacang-kacangan, serta bunga. Mereka biasanya minum dari buah-buahan berair atau dari embun tanaman dan air hujan di lubang pohon.

2. Hidup berkelompok sebagai pegiat regenerasi hutan

Secara ekologis, lutung simpai sangat membantu dalam proses regeneras hutan. Mereka makan dari 197 spesies pepohonan berbeda yang secara langsung atau tidak menyebarkan biji-biji tumbuhan dari kotorannya yang telah melewati proses fermentasi bakteri pada ususnya.

  Populasi bertambah, anak badak sumatra lahir di TN Way Kambas

Hidup berkelompok dan terdiri dari satu jantan dengan 5-7 betina, hewan ini akan mencapai kematangan seksual pada usia 34-47 bulan (jantan) dan 35-60 bulan (betina). Lutung simpai berkembang biak sepanjang tahun dengan masa kehamilan rata-rata 155-226 hari. Untuk rentang hidupnya rata-rata bisa mencapai 16 tahun di penangkaran.

Lutung betina menentukan gerakan kelompok mereka dan bertanggung jawab untuk pertemuan dengan kelompok lain. Namun, betina tidak lazim terlibat konflik antar-kelompok.

3. Habitat dan sebaran lutung simpai

Lutung simpai hidup secara terbatas, yakni hanya di Sumatra. Mulai dari Sungai Rokan, Sungai Batanghari, Bukit Barisan, Sungai Musi, Gunung Tamalau, Pulau Pini, dan Taman Nasional Batang Gadis. Lutung endemik ini sangat menyukai habitat berupa hutan hujan tropis, perkebunan di dataran rendah, hingga pegunungan dengan ketinggian 2.500 mdpl.

Namun belakangan, populasinya kian menurun karena rusaknya habitat akibat deforestasi dan alih fungsi lahan. Di alam sendiri, predator lutung simpai adalah raptor atau burung pemangsa dan ular piton. Selain itu, kehidupannya juga terancam oleh adanya perburuan dan sebagai hewan peliharaan.

  Menguak kucing batu, hewan 'misterius' yang bersembunyi di hutan Indonesia

Sejak 1999, lutung simpai telah masuk dalam daftar hewan dilindungi oleh pemerintah Indonesia dan telah mendapatkan status terancam atau Endangered (EN) dari IUCN, serta masuk daftar daftar Appendix II CITES.

Yuk, sama-sama lestarikan ekosistem dan habitat mereka.

Foto:

  • Berta Alviyanto (shutterstock)
  • Rakhmad Riyadi (shutterstock)

Artikel Terkait

Terbaru

Humanis

Lingkungan

Berdaya

Jelajah

Naradata