Ikan cupang sudah tidak asing lagi bagi para pecinta ikan hias. Memiliki warna atau corak tubuhnya yang unik serta sifat alami pejantannya yang agresif membuatnya menarik. Ikan yang mendapat julukan fighter fish (ikan petarung) ini sering dikonteskan atau dipertarungkan di tingkat regional, nasional, maupun internasional.
Namun bila cupang hias sukses di tingkat internasional, nasib kurang baik malah dialami oleh ikan cupang alam atau spesies Wild Betta spp. terutama jenis endemik yang menghadapi ancaman kepunahan. Ancaman ini datang dari ulah manusia yang merusak ekosistem ikan endemik ini.
Lalu bagaimana ikan cupang alam ini bertahan selama ini? Dan apa saja ancaman yang dialami oleh ikan cupang ini hingga terancam punah? Berikut uraiannya:
1. Makanan dan reproduksi

Gema Wahyu Dewantoro dari Puslit Biologi LIPI menyebut ikan cupang termasuk ikan bersifat karnivora yang memakan hampir semua binatang kecil yang hidup di air. Ikan cupang juga diketahui sebagai pengontrol populasi nyamuk.
Sebelum melakukan reproduksi, ikan cupang dan betina akan melakukan ritual saling berkejaran. Setelah berhasil mendekati, jantan akan memperlihatkan sirip-siripnya ke betina, kemudian dengan segera melipatkan dirinya ke seluruh tubuh ikan betina.
Menurut Gema, pada saat itulah hampir secara bersamaan betina melepas telur dan jantan mengeluarkan sperma. Kemudian telur-telur ikan yang sudah dibuahi akan melayang turun dan dengan cepat disambar jantan, karena apabila telur terlambat dan sampai jatuh ke dasar dapat menyebabkan gagal menetas.
“Jumlah telur yang dihasilkan 700 sampai 900 butir. Selanjutnya, telur-telur tersebut akan menetas menjadi larva ikan dalam jangka waktu 3 sampai 4 hari,” jelasnya yang dilansir dari Mongabay Indonesia.
2. Ikan cupang alam

Masyarakat Bangka Belitung mempunyai ikang cupang alam yang sering disebut ikan tepalak. Sikap agresif ikan tepalak jantan atau cupang jantan merupakan bentuk respons teritorial. Mereka bertanggung jawab untuk membangun sarang, menarik betina, memperoleh wilayah, dan membesarkan anak.
“Perilaku agresif cupang jantan diperlukan dalam proses reproduksi, seperti untuk memperebutkan wilayah serta mengusir pejantan lain guna menarik betina,” tulis Susan M Greene dan Allen D Szalda dalam artikel berjudul Fins of Fury or Fain eant: Fluoxetine affect the aggressive behavior of fighting fish (Betta Splendens).
Tetapi sikap agresif cupang jantan terkadang tidak menarik bagi betina, karena hal ini menimbulkan risiko signifikan kepada betina, yang ukurannya jauh lebih kecil. Hal inilah yang membuat cupang jantan perlu menyesuaikan perilaku saat mendekati saingannya tanpa menakuti betina.
Sedangkan pada tahun 2020, Indonesia merupakan daerah endemik persebaran ikan cupang alam terbesar di dunia. Sementara cupang tercatat ada 79 jenis, dan sekitar 51 jenis berada di Indonesia. Namun kini ikan cupang alam semakin sulit dijumpai di habitat alamnya.
Kelompok cupang di beberapa daerah terdistribusi secara luas di Asia Tenggara termasuk di Sumatra dan Bangka Belitung. Anggota dari kelompok ikan cupang alam liar ini terdiri dari sekitar lebih 55 spesies dan terbagi menjadi 13 kelompok spesies ditinjau dari karakter morfologis.
3. Populasinya yang terancam

Dibanding ikan cupang hias, saudaranya yang berada di alam kini malah terancam populasinya. Kerusakan habitat rawa menjadi ancaman terbesar dalam kelestarian spesies endemik ikan cupang alam di Bangka Belitung. Salah satu faktornya adalah perluasan perkebunan sawit skala besar serta aktivitas pertambangan yang merusak hutan.
Dijelaskan oleh Ahmad Fahrul Syarif dibandingkan spesies ikan lokal lainnya yang lebih adaptif terhadap perubahan lingkungan. Ikan cupang endemik mempunyai kerentanan untuk punah di alam apalagi spesies ini perlu habitat yang unik.
“Oleh karena itu, pengembangbiakan spesies endemik ikan cupang hingga saat ini masih sulit dilakukan, karena kelestarian habitatnya menjadi penting,” lanjut peneliti dari jurusan akuakultur Universitas Bangka Belitung.
Cupang alam juga sebenarnya tidak kalah indah dan menarik jika dibandingkan ikan cupang hias, walaupun warnanya tidak terlalu beragam. Namun, ikan ini memiliki peran penting dalam rantai ekosistem yakni sebagai pengontrol pertumbuhan serangga yang berkembang di perairan, seperti jentik nyamuk dan sebagainya.
Karena itu diharapkan kalangan penghobi atau pembudidaya cupang hias peduli pada kelestarian cupang alam. Gerakan konservasi ikan lokal maupun endemik juga perlu dilakukan. Karena hingga sekarang belum ada peraturan yang jelas terkait perlindungan jenis ikan endemik maupun lokal.