Lama dikenal sebagai rumah dari ragam flora atau tumbuhan unik, tak heran jika Kalimantan punya jutaan tumbuhan atau tanaman buah endemik. Ada satu jenis buah unik yang punya cara unik buat dikonsumsi, yakni Kemayau.
Memiliki nama latin Dacryodes rostrata forma cuspidate, buah ini sudah masuk kategori sulit ditemukan di Kalimantan. Seperti apa sebenarnya wujud dan cita rasa dari buah Kemayau?
1. Mengenal kemayau

Buah kemayau sebenarnya dikenal memiliki beberapa nama berbeda. Di wilayah Paser, buah satu ini lebih umum dikenal dengan nama keram. Beberapa daerah lain ada juga yang lebih mengenal buah ini dengan nama kumbayau dan bulam.
Jika dilihat sekilas, buah kemayau memang hampir mirip dan menyerupai anggur. Memiliki bentuk lonjong dengan panjang sekitar lima sampai enam sentimeter, dan lebar sekitar satu sampai dua sentimeter.
Saat masih muda buah kemayau berwarna hijau, namun berubah menjadi ungu agak kehitaman saat tua dan matang. Untuk pohonnya sendiri, memiliki tinggi beragam dan dapat tumbuh hingga kisaran 17 sampai 30 meter.
Pohon kemayau biasa ditemui di daerah tanah pegunungan atau dataran rendah yang tak terlalu basah. Namun selain di alam liar atau hutan, pohon ini juga tak jarang ditanam di tanah kebun milik warga.
Memiliki batang putih keabuan dengan tekstur licin, biasanya buah kemayau diambil dengan cara memanjat pohon langsung. Namun untuk pohon dengan ukuran lebih tinggi, biasanya digunakan tangga pasak yang ditancapakan pada bagian batang pohon.
2. Keberadaan yang terbatas

Bicara soal musim berbuah, dijelaskan bahwa kisaran bulan Februari-Maret jadi saat di mana buah kemayau dapat dipanen. Tak hanya dikonsumsi oleh manusia, buah ini juga menjadi sumber makanan penting bagi berbagai jenis hewan. Hewan yang biasanya memakan buah kemayau di antaranya burung pergam, primata, dan mamalia pengerat.
Saat ini, keberadaan pohon dan buah kemayau memang dapat dikatakan jarang ditemui. Mengenai populasi atau sebarannya sendiri tidak ada penelitian terbaru yang mencermati eksistensi pohon ini.
Pendataan terakhir yang dilakukan IUCN pada tahun 1998 menempatkan pohon ini pada status least concern. Namun warga asli Paser mengungkap jika pohon kemayau banyak hilang karena disebabkan oleh penebangan untuk membuka lahan kelapa sawit.
Laini itu, cara memanen buah yang salah dengan menebang pohon atau menghabiskan dahannya juga jadi masalah utama. Meski begitu, saat ini terdapat beberapa warga yang diketahui melestarikan pohon kemayau di perkebunan pribadi. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah punahnya berbagai hewan yang menjadikan buah ini sebagai makanan utama.
3. Cara dinikmati yang unik

Buah satu ini ternyata punya cara menikmati yang unik. Berbeda dengan buah lain yang bisa langsung dinikmati begitu dipetik, kemayau harus lebih dulu direndam dalam air panas.
Perendaman tersebut berlangsung selama dua hingga tiga menit agar dagingnya lembut. Baru kemudian dikupas dan dipisahkan dari bijinya. Tidak berhenti di situ, cita rasa berbeda juga akan didapat jika waktu menikmati buah ini berbeda dari saat direndam dengan air panas.
Jika segera dikupas setelah direndam, daging buahnya akan berwarna kuning kadang merah keungunan dan lunak. Rasa buah satu ini mirip dengan alpukat namun lebih berlemak. Ada juga yang menilai bahwa rasanya seperti ubi jalar, gurih, dan berlemak seperti mentega.
Sejumlah warga asli terkadang menikmati kemayau dengan mencampurnya bersama madu asli dan gula merah. Sementara jika buah dikupas dan dikonsumsi beberapa saat setelah direndam air panas, dagingnya akan berwarna keabuan dan terasa asam.
Karena ada beberapa orang yang belum mengetahui cara mengonsumsi yang benar, tak jarang ada yang merebusnya dengan waktu cukup lama. Padahal, cara tersebut justru akan membuat daging buah semakin keras.