Mengenal burung gosong maluku, satwa endemik yang selalu bertelur pada bulan purnama

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Burung gosong maluku (sam woods/flickr)
Burung gosong maluku (sam woods/flickr)

Sebanyak enam ekor burung gosong maluku (Eulipoa wallacei) dilepasliarkan ke habitatnya di pesisir pantai Negeri Haruku, Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah. Burung yang dilindungi ini dilepasliarkan pada Selasa (8/3/2022) oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Maluku.

Di daerah Ambon, burung ini populer dengan nama momoa. Sedangkan untuk di Simau, masyarakat menyebutnya dengan salabia. Burung momoa ini ternyata masih berkerabat dengan maleo. Namun kini populasinya kian menurun akibat maraknya praktik perburuan.

Lalu bagaimana cerita pelepasliaran burung endemik Indonesia ini? Dan mengapa burung ini terus berkurang populasinya? Berikut uraiannya:

1. Pelepasliaran burung dari Maluku

Burung gosong maluku (sam woods/flickr)
Burung gosong maluku (sam woods/flickr)

Burung langka yang dilepaskan merupakan hasil dari penetasan semi alami telur gosong maluku yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Kehutanan Universitas Pattimura. Kegiatan ini merupakan kerja sama antara BKSDA Maluku dengan universitas Pattimura.

Kepala BKSDA Maluku, Danny Hendry Pattipeilohy mengatakan bahwa pihaknya telah berkolaborasi dalam upaya penyelamatan telur gosong maluku yang berasal dari kegiatan pengamanan peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL) ilegal.

“Selanjutnya, (telur burung gosong maluku) dijadikan sebagai bahan praktik lapangan mahasiswa Program Studi Kehutanan Universitas Pattimura dalam upaya program penetasan semi alami,” jelasnya yang disadur dari Garda Animalia.

Melalui unggahan di akun instagram BKSDA Maluku, disebutkan sebanyak 50 butir telur burung gosong maluku telah disimpan di lokasi penetasan alami yakni Rumah Kewang Negeri Haruku. Upaya penetasan telur tersebut telah dilakukan sejak 18 Desember 2021, dan diketahui hingga akhir Januari 2022 sudah 10 telur yang berhasil menetas.

  Tusam Sumatra, pinus endemik Tapanuli Selatan dengan segudang manfaat

“Pada akhir bulan Januari 2022 telah menetas sebanyak 10 ekor sampai dengan waktunya pelepasliaran sebanyak 6 ekor dinyatakan layak dan siap untuk dilepasliarkan,” tutur Danny. 

2. Burung endemik dari Indonesia

burung gosong maluku (Bram Demeulemeester/Flickr)
burung gosong maluku (Bram Demeulemeester/Flickr)

Maluku tidak hanya memiliki pemandangan yang indah, tetapi burung-burung berkaki besar merupakan kekayaan alami yang tidak kalah menarik. Salah satunya burung gosong maluku yang masih masuk dalam kelompok megapoda yakni burung dengan kaki besar yang memiliki telur besar serta tidak mengerami telurnya.

Kakinya yang besar dipakai untuk mencari makan ataupun untuk menggali sarang. Burung gosong maluku memiliki tubuh sekilas seperti ayam kampung dengan ukuran tubuh antara 33 sampai dengan 34 cm. Bulunya berwarna cokelat, tunggingnya berwarna putih, dan untuk bagian kakinya berwarna cokelat kekuningan.

Dipaparkan oleh Jalak Suren, populasi hewan endemik asal Indonesia ini hanya bisa dijumpai di hutan perbukitan serta hutan pegunungan pada kepulauan Maluku. Burung langka ini merupakan burung gosong maluku yang apabila bertelur selalu pada malam hari di saat bulan purnama.

  Dianggap punah 140 tahun lalu, burung Auwo menampakkan diri di Papua Nugini

Berdasar penelitian, terdapat beberapa kemungkinan penyebab burung ini lebih memilih bertelur pada waktu bulan purnama. Pada waktu ini diduga begitu berperan untuk mengurangi risiko predasi telur oleh pemangsa atau predator. Ada juga yang menyebut bulan purnama berperan sebagai navigasi untuk menemukan lokasi bersarang.

Sarangnya pada umumnya terdapat di daerah pasir yang terbuka, daerah sekitar pantai gunung berapi serta berada di daerah-daerah yang hangat dari panas bumi. Burung ini berdiam di hutan di beberapa Kepulauan Maluku, seperti Halmahera, Meiti, Bacan, Ternate, Buru, Boanao, Seram, Ambon, sera Haruku.

 3. Terancam punah

Iconographie ornithologique (Biodiversity Heritage Library/Flickr)
Iconographie ornithologique (Biodiversity Heritage Library/Flickr)

Tetapi pemilihan bertelur ketika bulan purnama, belum mengurangi risiko ancaman kepunahan dari satwa ini. Karena pemangsa utama telurnya, ternyata manusia. Mereka masih kerap memburu sarang-sarang momoa dan mengambil semua telurnya.

Beberapa satwa lainnya seperti biawak, ular, burung pemangsa, dan babi juga menjadi ancaman bagi predasi alami. Pembangunan kawasan pantai, polusi dan sampah serta ekstrasi pasir telah menambah ancaman bagi burung endemik ini untuk bertelur, ditambah ancaman diforestasi.

  5 hewan endemik Indonesia nan eksotik yang terancam punah

Di kawasan Simau, warga mulai sadar mengenai ancaman ini. Sehingga mereka mulai aktif melakukan patroli. Selain itu juga ada pembatasan jumlah telur momoa yang bisa diambil agar burung dengan kaki besar ini tetap lestari pada habitatnya.

Kini jumlahnya diperkirakan tinggal 10 ribu ekor dan terus mengalami penurunan jumlah yang drastis. Kegiatan pemanenan telurnya (yang memiliki kandungan nutrisi tinggi) secara berlebihan merupakan penyebab penurunan jumlah populasinya, meski di beberapa tempat pemanenan telur telah dikelola dengan peraturan tradisional.

Lembaga konservasi, The International Union for Conservation of Nature (IUCN) menyebutkan status dari gosong maluku sebagai burung endemik rentan terhadap kepunahan (vulnerable). Gosong maluku yang merupakan burung endemik dan hanya ditemukan di Indonesia, seharunya dijaga untuk mempertahankan kekayaan fauna asli.

Artikel Terkait

Terbaru

Humanis

Lingkungan

Berdaya

Jelajah

Naradata