Mengenal si pemalu raja udang kalung-biru

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Raja udang kalung-biru (Partha Roy/Flickr)

Meski namanya raja udang kalung-biru, tapi hewan yang dimaksud bukanlah spesies udang besar berwarna biru. Nama tersebut sama sekali jauh dari jenis hewan yang ada di laut, melainkan hewan darat yang bisa terbang, yakni burung.

Raja udang kalung-biru atau javan blue-banded kingfisher, adalah burung endemik Indonesia yang sesuai namanya berasal dari Pulau Jawa. Spesies burung ini pertama kali diklasifikasikan oleh seorang zoologist berkebangsaan Belanda, yaitu Coenraad Jacob Temminck pada tahun 1830.

Mengutip greeners, nama kalung-biru merujuk pada ciri berupa corak warna bulu kebiruan, dan melebar di bagian depan tubuhnya layaknya kalung.

1. Sering tertukar

(Zaidie Abdul Aziz/Flickr)

Rupanya di Indonesia, kelompok burung kingfisher atau raja udang lebih umum dikenal sebagai burung cekakak. Membahas mengenai ciri tubuh, burung ini sering tertukar dengan spesies kerabatnya, yaitu small blue kingfisher atau raja udang biru kecil.

Hal tersebut lantaran bentuk tubuh keduanya nyaris serupa. Padahal jika ditelisik lebih detail, perbedaan nampak jelas di mana raja udang biru kecil berbulu biru lebih muda dan dominan di bagian punggung. Lain itu, raja udang biru kecil juga punya corak putih hingga putih kusam di bagian dada.

  Menguak kucing batu, hewan 'misterius' yang bersembunyi di hutan Indonesia

Sementara itu raja udang kalung-biru punya warna bulu dominan hitam di bagian punggung. Ditambah lagi ada pula corak biru lebih gelap di bagian tenggorokan hingga dadanya.

Ditambah lagi, biasanya burung betina memiliki corak sedikit berbeda dari pejantan. Perbedaan yang dimaksud berupa bulu perut berwarna jingga-merah karat, dengan bagian tenggorokan berwarna krem.

Lain itu, burung dengan nama ilmiah Alcedo euryzona ini juga memiliki ukuran lebih besar, karena bisa tumbuh hingga 18 sentimeter. Sementara raja udang kecil hanya bisa tumbuh hingga kisaran 13 sentimeter saja.

2. Raja udang kalung-biru punya dua sub-spesies

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Rhian Davie (@r_davie)

Fakta menarik lainnya, burung raja udang kalung-biru disebut terbagi lagi menjadi dua sub-spesies. Sub-spesies yang dimaksud adalah Alcedo euryzona euryzona yang memang merupakan endemik Jawa. Sementara satunya lagi Alcedo euryzona peninsulae, yang lebih dikenal dengan nama umum malay blue-banded kingfisher.

Jika raja udang kalung-biru dari sub-spesies euryzona memang hanya tersebar di Pulau Jawa, lain halnya dengan subspesies peninsulae. Sub-spesies tersebut diketahui tersebar di Semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, Sumatra, dan Kalimantan.

  Dua spesies baru, burung sikatan dan kacamata laut ditemukan di Pegunungan Meratus, Kalimantan

Mengutip laman Kehati, salah satu hal yang bisa membedakan kedua sub-spesies raja udang kalung-biru adalah individu betina. Di mana pada ras Kalimantan dan Sumatra memiliki garis dada, sedangkan ras Jawa tidak.

3. Burung pemalu yang terancam

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Hery Sudarno (@herysudarno)

Sebagai burung pemakan ikan kecil, raja udang kalung biru tersebar secara alami di kawasan hutan dataran rendah tropis atau subtropic. Mereka juga kerap ditemui di hutan mangrove dengan ketinggian 1.250 mdpl, dan sungai berbatu.

Meski sangat menyukai dan makanan utamanya adalah ikan, spesies satu ini juga kerap memangsa serangga, reptil, udang, dan kepiting kecil.

Di samping karakteristik tersebut, raja udang kalung-biru juga dikenal sebagai burung pemalu yang sulit ditemukan. Jika beruntung, salah satu satu titik penemuan burung satu ini terdapat di kawasan TN Gunung Halimun Salak.

Untuk sub spesies yang tersebar di wilayah Sumatra dan Kalimantan, populasi raja udang kalung-biru terbilang masih banyak. Yakni di kisaran 10 ribu hingga 20 ribu ekor. Sayangnya, nasib berbeda dimiliki sub-spesies yang bersifat endemik Jawa.

  Mengenal bambu endemik Indonesia serta manfaatnya bagi masyarakat

Lebih detail, kalung-biru endemik Jawa sudah masuk klasifikasi terancam punah atau critically endangered versi IUCN. Populasinya di alam bahkan diperkirakan hanya tersisa antara kisaran 50-249 ekor.

Bisa diduga, salah satu alasan menipisnya populasi burung endemik Jawa ini karena perburuan liar dan masifnya aktivitas alih fungsi hutan.

Artikel Terkait

Terbaru

Humanis

Lingkungan

Berdaya

Jelajah

Naradata