Menguak kucing batu, hewan ‘misterius’ yang bersembunyi di hutan Indonesia

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Kucing batu (Scott Robinson/Flickr)
Kucing batu (Scott Robinson/Flickr)

Dua sosok hewan yang tampak seperti macan dahan atau leopard terlihat melintas di hutan rimba salah satu gunung di Indonesia. Hewan ini memiliki ekor yang panjang dengan bulu tebal dan corak loreng di tubuhnya. Kedua makhluk ini adalah kucing batu.

Spesies ini adalah kucing langka yang hidup di wilayah Sumatra. Keduanya tertangkap kamera pengintai yang dipasang di salah satu sudut Gunung Leuser, Provinsi Aceh dan Sumatra Utara (Sumut). Kucing batu merupakan hewan nokturnal atau dengan kata lain hanya aktif pada malam hari.

Lalu apa sebenarnya spesies kucing langka ini? Dan bagaimana kondisinya di alam saat ini? Berikut uraiannya:

1. Kucing batu yang langka

Kucing batu (Zaharil Dzulkafly/Flickr)
Kucing batu (Zaharil Dzulkafly/Flickr)

Kucing batu atau disebut marbled cat (Pardofelis marmorata) sangat dicari oleh para peneliti. Hanya melalui kamera pengintai, hewan langka yang hidup di Pulau Kalimantan dan Sumatra itu akhirnya bisa terekam penampakannya. 

Diberitakan Livescience yang disadur dari Detik, para peneliti selama ini kesulitan untuk bisa menemukan kucing batu. Pergerakannya yang gesit dan lincah di saat gelap, membuat informasi tentang si kucing belum terlalu banyak, terutama soal populasinya. 

  Harimau sumatra yang baru dilepas sebulan ditemukan mati di TNKS

Karena itulah, tim peneliti memasang kamera pengintai. Dalam proses yang berlangsung berbulan-bulan di pedalaman hutan Kalimantan, pada 2016 lalu hewan berkulit seperti macan tutul itu bisa terekam kamera. Para peneliti menemukan hewan tersebut di area hutan yang belum dieksploitasi manusia. 

Sedangkan pada 2020 lalu, terekam juga video penampakan dua kucing batu yang kemudian di posting di Instagram Taman Nasional Gunung Leuser. Video ini berdurasi 24 detik dan mendapatkan berbagai tanggapan dari nitizen. Para warganet menduga dua makhluk itu adalah pasangan.

Paling terbaru pada Desember 2021, TN Gunung Leuser juga kembali memposting tiga kucing liar yang dilindungi dalam sebuah postingan Instagram. Ketiga kucing liar tersebut terdiri dari kucing kuwuk, macan dahan sunda, dan kucing batu. Video ini menampilkan masing-masing kucing liar sedang berjalan pada malam hari.

2. Kabar soal kucing batu

Kucing batu (Bram Demeulemeester/Flickr)
Kucing batu (Bram Demeulemeester/Flickr)

Kucing batu pada awalnya dianggap sebagai kerabat dekat macan dahan (Genera neofelis) karena banyak kesamaan morfologi. Namun, analisis genetik menunjukan kucing batu memiliki hubungan yang lebih dekat dengan kucing emas asia (Catopuma temminckii) dan kucing teluk kalimantan (Catopuma badia).

  Orangutan, primata yang dipercaya sebagai reinkarnasi leluhur namun tetap diburu

Kucing batu memiliki dua spesies yang tersebar di wilayah berbeda. Spesies kucing batu Pardofelis marmorata hidup di Kalimantan, Sumatra, Semenanjung Malaya. Sedangkan spesies Pardofelis marmorata longicaudata hidup di Nepal hingga Assam, Bangladesh, Asia Tenggara Utara dan Tanah Genting Kra.

Bedasarkan analisis genetik terkini menunjukan kemungkinan perbedaan antara populasi kucing marmer Indochina dan Sundaic pada tingkat spesies. Tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengklasifikasi bila ada dua spesies berbeda dan adanya subspesies baru di Kalimantan.

 Kucing batu sangat bergantung pada hutan, terutama hutan tropis yang lembab, Di Sumatra, kamera jebakan menujukkan kucing batu mendiami daerah dengan ketinggian 1.000 mdpl. Hewan ini dikenal sebagai pemanjat ulung.

Sebagian besar waktunya dihabiskan di atas pohon, seperti tidur dengan ketinggian 25 meter. Meski belum jelas apa yang menjadi makanan utamanya. Namun peneliti menduga, mereka sering memakan burung, tupai pohon, kelelawar, dan hewan pengerat.

3. Populasi terancam

Kucing batu (Zaharil Dzulkafly/Flickr)
Kucing batu (Zaharil Dzulkafly/Flickr)

Kucing batu pertama kali terdokumentasi di alam liar pada tahun 1994 di Suaka Margasatwa Huai Kha Khaeng, Thailand. Bedasarkan Red List IUCN, status kucing batu masuk dalam hewan terancam punah, jumlah populasi mereka di alam tidak diketahui.

  Mengapa nyamuk lebih memilih menggigit manusia ketimbang hewan?

Di India, populasi kucing batu sangat terbatas, mereka hanya bisa ditemukan di kaki bukit Himalaya bagian timur, serta dikaitkan dengan habitat gugur dan semi-hijau yang lembab. Deforestasi hutan, termasuk penebangan pohon, pembukaan lahan untuk kelapa sawit dan perkebunan menjadi ancaman utama spesies kucing langka ini.

Kucing batu di Indonesia termasuk satwa yang dilindungi sesuai dengan peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Hanya saja Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar belum memiliki catatan pasti soal jumlah populasi kucing batu.

Meski belum ada catatan pasti mengenai jumlah populasi kucing batu di wilayah Sumbar. Diyakini jenis kucing liar ini masih cukup banyak hidup di wilayah hutan Sumbar, terutama di wilayah Pesisir Selatan, Solok, hingga Agam.

“Kita juga sedang melakukan kajian mendalam untuk mengidentifikasi populasi kucing hutan seperti kucing batu, hingga jenis keluarga kucing yang lebih besar seperti harimau sumatra,” kata Kepala BKSDA Sumbar Erly Sukrismanto yang disadur dari Republika.

Artikel Terkait