Alap-alap sering disangka mirip dengan burung elang. Meskipun sama-sama berasal dari ordo Falconiformes, tetapi keduanya berbeda famili. Jika elang termasuk dalam familili Accipitridae, maka alap-alap kawah termasuk dalam famili Falconidae.
Alap-alap hingga kini masih disebut sebagai hewan tercepat di dunia, bahkan mengalahkan citah (cheetah). Kecepatan alap-alap bahkan setara dengan mobil balap Formula 1 (F1). Sementara, kemampuan burung ini dalam berburu pun menjadikannya teman baik para petani.
Lalu bagaimana alap-alap bisa memiliki kecepatan setara mobil balap? Lalu bagaimana kondisinya di alam liar? Berikut uraiannya:
1. Alap-alap satwa tercepat di dunia

Alap-alap memiliki kerangka tubuh yang memang sudah dirancang untuk dapat terbang cepat. Burung langka dengan nama ilmiah Falco peregrinus ini memiliki sayap dengan rentang mencapai 74-120 cm. Panjang tubuhnya berkisar antara 33-38 cm dengan varian bobot mulai 330 gram hingga 1,5 kilogram.
Berbekal otot dada yang kuat serta bulu yang ramping, sehingga memudahkan tubuh alap-alap kawah bisa terbang dengan bebas. Berbeda dengan elang yang mampu memangsa hewan hingga berukuran besar, seperi serigala, alap-alap hanya mampu memburu hewan-hewan dengan ukuran kecil.
Untuk menemukan mangsa, burung tercepat ini akan memantau keadan sambil terbang di langit. Ketika sudah menemukan buruannya, hewan ini akan langsung menukik untuk menyerang mangsa dengan kecepatan mencapai 320 km/jam.
Di sadur dari Garda Anamalia, Universitas Belanda dan Universitas Oxford dengan menggunakan simulasi komputer 3D mencatatkan, bahwa pada 2018 kecepatan alap-alap kawah bisa mencapai 390 km/jam (242 mph) yang setara mobil Formula 1.
2. Berteman baik dengan petani

Alap-alap memiliki hubungan baik dengan petani. Lazimnya, hewan yang datang ke sawah untuk memakan tanaman di sana dan membuat petani kesal, berbeda dengan spesies burung satu ini. Alap-alap kawah datang ke sawah untuk membantu petani.
Burung ini mengoptimalkan paruhnya yang pendek dan sedikit melengkung untuk mencabik-cabik tikus sawah. Lain itu, alap-alap kawah juga senang memburu mangsa yang terbang dengan menabraknya menggunakan sayap terlipat dan cakar tajam.
Beberapa hewan yang menjadi santapannya yakni merpati, burung-burung pantai, burung hantu, jalak, gagak, dan kelelawar. Sedangkan ketika memasuki usia 1-3 tahun, pasangan betina dan jantan dari burung pemangsa ini telah siap melakukan reporduksi.
Dalam-kasus alap-alap kawah, sang betina memiliki ukuran tubuh yang lebih besar 30 persen dari ukuran sang jantan. Musim kawin spesies ini terjadi pada bulan Februari-Maret untuk satwa yang berada di Belahan Bumi Utara, dan Juli-Agustus untuk yang berada di Belahan Bumi Selatan.
Sekali bertelur, alap-alap akan meneteskan satu hingga lima butir telur. Telur tersebut nantinya akan dierami selama 29-33 hari di sarangnya. Tempat yang digunakan untuk bersarang biasanya akan digunakan kembali secara turun-temurun selama ratusan tahun.
3. Termasuk dalam daftar satwa yang dilindungi

Alap-alap menjadi hewan yang persebarannya mengalami peningkatan secara global. Dalam daftar merah IUCN, total populasi dewasa ini berkisar antara 100.000-499.999 individu.
Dahulu, alap-alap kawah sempat mengalami penurunan drastis di Amerika, bahkan juga terancam punah pada tahun 1970 karena penggunaan Dichoro Diphenyl Trichlorethane (DDT) dan pestisida.
Namun, setelah adanya larangan penggunaan DDT, serta adanya program penangkaran yang digalakkan oleh pemerintah Amerika, akhirnya berhasil terjadi peningkatan jumlah individu secara signifikan, yakni sebanyak 127 persen dalam satu dekade di wilayah Amerika Utara.
Di Indonesia, alap-alap kawah masuk ke dalam daftar satwa yang dilindungi oleh pemerintah bedasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018.
Meskipun spesiesnya masih bisa kita jumpai di banyak ruang terbuka seperti lahan pertanian, atap gedung perkotaan, jembatan, dan lain sebagainya.
Tidak mustahil keberadaanya juga terancam, karena tren pemeliharaan burung pemangsa ini masih menjadi salah satu ancaman serius.
Apabila aktivitas ini terus dilakukan tanpa ada upaya untuk melakukan pengembangbiakan dan ditambah adanya perubahan ekosistem, serta tercemarnya habitat. Hal tersebut menjadi penyebab populasi satwa dilindungi tersebut berujung kepada kepuhanan.
Karena itu mari kita menjaga kelestarian hewan ini.