Bagas, julukan babi hutan populer di kalangan pendaki Gunung Cikuray

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
babi hutan (budak/Flickr)

Gunung Cikuray adalah gunung bertipe Stratovolcano yang terletak di Desa Dangiang, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Gunung dengan ketinggian sekitar 2.821 meter di atas permukaan laut ini jadi salah satu destinasi yang cukup diminati bagi kalangan pendaki.

Menjadi gunung tertinggi ke-4 di Jawa Barat, gunung Cikuray juga memiliki daya tarik tersendiri bagi pendaki. Membutuhkan waktu mendaki rata-rata sekitar 8 jam, saat tiba di puncak dengan lanskap tanah gundul pendaki akan disuguhkan dengan lanskap kota Garut dan Tasik yang memukau.

Yang menarik bukan hanya keindahan alam, di sisi lain ada ciri khas populer yang dimiliki oleh gunung Cikuray. Ciri khas yang dimaksud adalah keberadaan babi hutan yang bisa dibilang cukup populer di kalangan pendaki.

Saking populernya, babi hutan di wilayah tersebut bahkan memiliki julukan sendiri di kalangan pendaki, yakni Bagas. Apa yang membuat babi hutan tersebut banyak dikenal?

1. ‘Penodong’ makanan

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by indoflashlight (@indoflashlight)

Selama ini babi hutan lekat akan deksripsi hewan yang ganas dan kerap menyerang manusia atau hewan lain di sekitarnya. Namun berdasarkan kesaksian sejumlah orang yang pernah mendaki gunung Cikuray, babi hutan Bagas terbilang cukup berbeda.

  Benarkah Berang-berang berperan dalam menekan perubahan iklim?

Penamaan Bagas berasal dari kata Bagong Ganas, di mana Bagong sendiri merupakan istilah babi hutan dalam bahasa Sunda. Bagas selama ini dikenal kerap menghampiri para pendaki untuk ‘memalak’ makanan yang mereka bawa. Meski tujuan utamanya bukan untuk menyakiti, namun Bagas disebut biasa mengejar atau mengendus tas hingga bawaan para pendaki untuk mendapatkan makanan.

Meski begitu, menurut keterangan para pendaki sendiri ada yang berani mendekati Bagas dan memberikan makanan langsung pada hewan tersebut. Walau tak sedikit juga yang masih terkejut saat Bagas muncul secara tiba-tiba dan lebih memilih berlindung dengan memanjat pohon.

2. Teror tenda

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by TEMAN BERPETUALANG (@teman_berpetualang)

Di lain sisi, ada juga yang membagikan cerita jika Bagas kerap ‘meneror’ tenda pendaki saat tidur di malam hari. Hal tersebut biasanya dilakukan saat ada aroma makanan yang tercium dan mengundang perhatian. Tal jarang Bagas kerap mengacak-ngacak tenda yang sampai hancur.

  Hewan penyerbuk berpotensi punah, benarkah akan menyebabkan perang?

Beberapa kali sempat beredar video ketika Bagas memporak-porandakan tenda hanya untuk mencari makanan. Sementara itu para pendaki akhirnya berlindung di atas pohon dan melakukan berbagai cara untuk mengusir hewan tersebut.

Meski begitu, teror jahil dari Bagas rupanya tak menyurutkan niat sejumlah pendaki untuk kembali menanjak ke puncak Gunung Cikuray. Bagi mereka yang sudah langganan menjajal gunung ini, keberadaan Bagas justru sudah menjadi hal biasa.

Tak sedikit yang biasanya membagikan tips agar aman dari teror jahil Bagas. Apabila tidak sempat berlindung di atas pohon, pendaki disarankan agar tidak panik dan tetap diam tenang saat berhadapan dengan hewan tersebut.

Di saat bersamaan juga disebutkan jika hingga saat ini belum pernah ada korban jiwa atau cedera akibat diserang Bagas. Seorang pendaki bernama Sandi Riswandi bahkan mengungkap, bagi mereka yang ingin bermalam lebih baik memasang tenda dekat puncak.  Selain lebih aman, nyatanya di puncak Cikuray sendiri memang ada penjaga yang biasanya memantau kondisi sekitar.

  Mengenal 3 kucing hutan nan eksotis asli Sumatra

3. Karakteristik babi hutan

Ilustrasi babi hutan (artEfactO1984/Flickr)

Bagas memang dikenal sebagai babi hutan yang cenderung tidak menyerang sampai menyakiti atau cedera. Namun penting bagi banyak orang khususnya pendaki untuk mengatahui karakteritsik dan bahaya dari babi hutan yang sebenarnya, terutama di alam bebas lain.

Sebagai hewan pemakan segala, bagian yang paling berbahaya dari babi hutan adalah taringnya. Tak sedikit kejadian manusia yang tewas akibat luka setelah diseruduk oleh babi hutan. Apabila terseruduk oleh taring tersebut, luka yang ditimbulkan bisa saja cukup dalam.

Mengutip Detik.com, babi hutan biasanya menyerang manusia karena pertemuan secara tiba-tiba yang menyebabkan hewan tersebut terkejut dan menyerang secara spontan. Biasanya bila manusia berada pada jarak serangan, maka babi akan mempertahankan diri dan menyerang.

Tapi bila manusia yang berpas-pasan kabur dari jangkauan babi dengan memanjat pohon atau tiang, biasanya mereka akan pergi dengan sendirinya.

Artikel Terkait

Terbaru

Humanis

Lingkungan

Berdaya

Jelajah

Naradata