Ada berbagai jenis hama yang sejak lama telah menjadi musuh besar bagi para petani. Umumnya berupa serangga, setiap daerah biasanya memiliki jenis hama berbeda, yang terkadang bersifat endemik.
Seperti salah satu jenis hama yang menyerang wilayah Sumba, dan keberadaannya kian hari dilaporkan semakin parah, yakni belalang kembara. Dalam beberapa bulan terakhir, disebutkan bahwa populasi hewan satu ini sekarang sedang mengalami ledakan drastis.
Karena bersifat hama, ledakan populasi tersebut menimbulkan keresahan besar bagi masyarakat Sumba, khususnya para petani. Separah apa sebenarnya dampak yang disebabkan dari kemunculan serangga satu ini?
1. Hama endemik Sumba

Belalang kembara yang memiliki nama latin Locusta migratoria, merupakan jenis belalang endemik dari Sumba. Jenisnya telah ditetapkan sebagai hama tanaman holtikultura, karena dapat memakan daun-daun tanaman. Hal tersebut juga menyebabkan terganggunganya fungsi fisiologis dari tanaman yang diserang.
Gejala serangan dari hama satu ini biasanya berupa robekan pada daun. Sementara itu pada tingkat serangan yang parah, akan menyisakan tulang daun saja, bahkan dapat memakan batang dan tongkol tanaman jagung. Kerusakan tanaman akibat serangan hama ini dapat mencapai 90 persen, sehingga dapat mengakibatkan gagal panen jika tidak dilakukan tindakan pengendalian.
Di lain sisi, perilaku ledakan populasi dan ganasnya belalang kembara diketahui berhubungan dengan pola iklim dan curah hujan. Di mana kekeringan identik sebagai ciri umum tahun belalang kembara mengalami peningkatan populasi.
Tak heran, jika ledakan populasi yang terjadi tahun ini dikaitkan dengan fenomena krisis iklim yang saban hari semakin memprihatinkan.
2. Lebih parah
Di media sosial, cukup banyak beberapa cuplikan video atau foto yang dibagikan masyarakat lokal. Gambar tersebut memperlihatkan gambaran belalang kumbara yang memenuhi jalanan, bahkan hinggap di dinding dan halaman rumah.
Sementara itu di ladang, belalang yang jumlahnya mungkin sudah jutaan tersebut nampak terbang berkerumun memenuhi langit Sumba.
Lebih detailnya, serangan hama satu ini banyak terjadi di hampir sebagian besar wilayah Sumba, seperti Sumba Tengah dan Sumba Timur. Mengutip forestdigest.com, disebutkan jika pertumbuhan populasi sebenarnya sudah terjadi sejak bulan Januari.
Namun seiring berjalannya waktu, ledakannya semakin parah tak terkendali. Menurut data dari Tani Center IPB, hingga pertengahan Maret saja ada sebanyak 483,4 dari 9.034,9 hektare tanaman padi di Sumba Timur yang terserang hama ini. Lain itu, ada juga 2.772,3 dari 9.803,4 hektare lahan jagung yang diserang hama serupa.
Tak hanya bagi para petani, tragisnya serangan hama ini juga menyulitkan para peternak. Pasalnya, pakan untuk hewan ternah habis lantaran dilahap tanpa sisa oleh hama tersebut.
Heinrich Dengi, warga Sumba Timur bahkan mengungkap jika serangan hama kembara kali ini lebih parah dibanding tahun-tahun sebelumnya.
“Kalau dibandingan tahun sebelumnya serangan hama belalang tahun ini bahkan lebih besar. Lima tahun sebelumnya serangan hama belalang hanya pada musim kering panjang dengan hujan sekali, namun dalam 2 tahun terakhir serangan bahkan terjadi di musim hujan.
Lima tahun lalu serangan hama hanya di Sumba Timur tetapi 2 tahun terakhir sudah 4 kabupaten di Pulau Sumba terserang hama belalang,” papar Heinrich, mengutip Media Indonesia.
3. Ancaman kelaparan
Sebelumnya berbagai upaya sudah dilakukan untuk meredam permasalahan serius satu ini, seperti menyemprot insektisida dan lain sebagainya. Namun, masih menurut Heinrich, hal tersebut rupanya tidak membuahkan hasil. Yang ada, belalang kembara justru tetap hidup dan semakin bertambah banyak.
Sementara itu, serang belalang ini juga diyakini masih akan terjadi karena mereka masih dalam fase migratori. Atau dalam istilah lain, fase dimana belalang ini bergerak secara masif menyerbu dan memakan semua tanaman.
Dalam jangka panjang, Heinrich juga menyebut dampak lanjutan yang dikhawatirkan akan terjadi jika situasi ini tak teratasi.
“Serangan belalang ini sangat menghawatirkan warga pasalnya warga mengalami gagal panen dan ancaman kelaparan mengintai di hari-hari kedepan,” ungkapnya.
Saking banyaknya belalang kembara yang ada, pada tanggal 3 Mei lalu saja, tim pertanian di Kabupaten Sumba disebut berhasil mengumpulkan sebanyak 1 juta ton hama tersebut. Di lain sisi, sejumlah yayasan diketahui melakukan aksi solidaritas pengumpulan dana dalam membantu warga yang terdampak.
Selain donasi, mereka juga melakukan aksi berupa gerakan barter, dengan menukar 2 kilogram belalang kembara dengan 1 kilogram beras.