Burung cerdas ini berkamuflase di tengah kota untuk hindari predator

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Burung cabak (Senthil Kumar Damodaran/Flickr)

Burung cabak kota adalah salah satu jenis burung pemakan serangga yang bisa dijumpai di kawasan perkotaan. Umumnya bisa dijumpai di dataran renda pada tempat kering dan terbuka, di dekat pantai.

Ciri khas dari burung cabak kota yaitu gemar terbang berputar-putar sembari mengeluarkan suara yang keras dan berulang-ulang, ketika senja atau dini hari. Di Indonesia kurang lebih ada 13 spesies burung cabak yang sudah teridentifikasi.

Lalu bagaimana jenis burung ini? Dan bagaimana cara burung ini melakukan kamuflase untuk hindari predator? Berikut uraiannya:

1. Burung cabak kota

Burung cabak (Feather as a Light/Flickr)

Burung cabak kota adalah salah satu jenis burung pemakan serangga yang bisa dijumpai di kawasan perkotaan. Umumnya bisa dijumpai di dataran rendah pada tempat kering dan terbuka, di dekat pantai.

Dalam bahasa Inggris burung cabak kota disebut dengan Savannah Nightjar, memiliki panjang tubuh sekitar 22 cm dari paruh ke ekor. Warna bulunya yang hampir mirip dengan tanah kering membuatnya samar sekilas tidak bisa dikenali.

Burung ini memiliki kebiasaan berputar-putar pada senja dan dini hari, sambil mengeluarkan suara tinggi meratap, cwuirp, berulang-ulang secara teratur. Dia juga tertarik dengan lampu-lampu kota untuk memburu serangga yang beterbangan di sekitarnya.

  Udang mantis, hewan pemilik tinju tangguh sejak usianya sembilan hari

Pada siang hari burung ini diam berbaring di atas tanah atau pada atap gedung yang rata di perkotaan. Cabak kota tercatat berbiak di antara bulan Mei sampai Desember. Satu atau dua butir telurnya, berwarna kuning tua dengan bintik-bintik noda dan garis coklat.

Burung ini menyebar luas mulai dari India, Tiongkok selatan, Asia Tenggara, hingga Filipina. Umumnya terdapat di dataran rendah pada tempat yang kering dan terbuka, di dekat pantai, termasuk pula di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya.

Di kawasan Wallacea, cabak kota tercatat sebagai burung penetap umum. Menghuni padang rumput, sabana, hutan terbuka, lahan budi daya, dasar sungai yang mengering, dan lain-lain.

2. Membuat takjub

Burung cabak (野地耕植/Flickr)

Nurdi Kristianto, penghobi foto burung liar asal Sidoarjo, Jawa Timur, mengaku takjub dengan perilaku bertelur burung cabak kota. Diketahui tempat bertelur burung ini sekadar diletakkan pada lekukan tanah kering tanpa bahan sarang apapun.

Karena berdasarkan pengalamannya selama memotret burung di alam liar, mayoritas anggota kelompok hewan bertulang belakang yang mempunyai bulu dan sayap itu bersarangnya di atas pohon atau bangunan-bangunan.

  7 hewan yang bisa terancam punah akibat pemanasan global

Ian, sapaan akrabnya pun menjelaskan ketika siang hari, burung ini tidak bisa terbang jauh dari tempat singgahnya. Karena itu, baginya burung cabak kota merupakan salah satu burung yang mudah di foto.

“Awalnya saya berniat memotret ular, tetapi nggak tahunya ada burung yang tiba-tiba terbang dari tanah. Ndak berselang lama dia turun lagi dengan jarak yang tidak terlalu jauh,” kenangnya yang dimuat Mongabay Indonesia.

Dirinya pun berharap kepada para fotografer satwa liar agar lebih hati-hati saat memotret di kawasan pertambakan, hal ini agar keberadaan burung cabak kota ini bisa terus berkembangbiak.

“Salam lestari untuk para fotografer satwa, mari kita sama-sama menjaga keanekaragaman hayati yang ada di negara kita,” serunya.

3. Cara hindari predator

Burung cabak (Senthil Kumar Damodaran/Flickr)

Achmad Ridha Junaid, Biodiversity Officer Burung Indonesia menjelaskan di Indonesia jumlah spesies burung cabak kota kurang lebih ada 13 spesies yang sudah teridentifikasi. Secara umum statusnya dalam IUCN masuk kategori beresiko rendah.

Meski begitu, jelasnya, ada dua jenis burung cabak di Indonesia yang berstatus terancam punah, di antaranya yaitu Bonaparter’s nightjar dan Diabolical nightjar. Sedangkan jumlah spesies burung cabak di dunia kurang lebihnya ada 97.

  Cikalang, burung perompak yang bisa menujukkan indikator alam

“Secara biologis burung cabak rata-rata aktifnya pada malam hari, atau berkarakter nocturnal. Sehingga saat siang hari mereka cenderung berdiam diri di atas tanah terbuka,” terangnya.

Karena itu burung cabak memiliki kemampuan kamuflase untuk menghindari predator alaminya seperti ular (Serpentes) dan burung elang di siang hari. Semakin dia tenang dan tidak banyak bergerak maka semakin sulit dideteksi oleh mangsanya.

“Burung cabak kota merupakan jenis burung yang adaptif sehingga faktor keterancamannya tidak terlalu masif. Selain itu, populasinya juga masih melimpah,” jelasnya.

Artikel Terkait

Terbaru

Humanis

Lingkungan

Berdaya

Jelajah

Naradata