Berbicara antara hubungan manusia dengan alam, tentu sejatinya memang tak dapat dipisahkan. Terkadang, perilaku hewan menjadi inspirasi bagi manusia dalam melakukan tindakan-tindakan, baik itu secara kesenian maupun tindakan lainnya, yang mencerminkan keindahan. Salah satunya adalah keindahan seni tari yang terinspirasi dari perilaku burung-burung.
Memang, manusia sejatinya merupakan makhluk peniru. Filsuf Yunani kuno, Plato dalam bukunya yang berjudul The Republic mengatakan bahwa alam dan seisinya menjadi objek yang ditiru oleh manusia untuk menjadi sebuah karya seni.
Menurutnya, para seniman menjadikan berbagai hal yang terjadi di alam sebagai inspirasinya untuk menghasilkan sebuah obyek seni.
Bahkan menurut ahli sejarah musik dan tari asal Jerman C. Sachs, tari merupakan gerakan yang berirama. Sementara itu, burung merupakan hewan indah yang sangat mengerti tentang irama. Kemolekan gerakan burung yang bergerak seirama dengan suara yang dikeluarkannya membuat makhluk itu seolah-olah sedang menari dengan gemulai.
Seperti apa yang dilakukan oleh burung parotia, burung endemik papua ini cukup piawai menari untuk memikat pasangannya. Bahkan disebutkan sebelum melakukan tarian, burung patoria biasanya membersihkan area tari dari dedaunan dan kotoran lainnya, hal itu untuk memperlihatkan keindahan tariannya secara utuh.
Seperti dijelaskan perkumpulan Burung Indonesia, hal ini yang memberi inspirasi berbagai seniman di Indonesia untuk mewariskan tarian yang mempesona dari ke berbagai generasi. Tiap daerah memiliki gerakan tari yang berbeda-beda sesuai dengan jenis burung yang ada di sekitar mereka.
Lantas, seperti apakah seni tari asal Indonesia yang terinslirasi dari gerakan-gerakan indah para burung?
Tari Cenderawasih

Cenderawasih mendapat julukan sebagai “Burung Surga” karena bentuk tubuhnya yang sangat indah dan mempesona. Hal ini memberikan inspirasi seniman asal Provinsi Bali bernama N.LN. Swasthi Wijaya untuk mengadaptasi burung asli Papua itu ke dalam gerakan tari yang menawan.
Tari Manuk Rawa

Tarian ini terinspirasi dari perilaku sekelompok burung air (manuk rawa) seperti dalam kisah Wana Parwa dari Epos Mahabarata. Tarian ini diambil dari tari klasik Bali yang dipadukan dengan gerakan tari Jawa dan Sunda. Tarian ini diciptakan oleh dua seniman bernama I Wayan Dibia (koreografer) dan I Wayan Beratha (komposer).
Tari Papuliq Kutuk
Tarian ini berasal dari suku Dayak Penyak Tunjung, Kalimantan Timur yang bercerita tentang gadis yang suka melukai burung. Akibatnya, gadis itu dikutuk oleh penguasa alam menjadi seekor burung. Kutukan ini berakhir saat sang gadis bertemu dengan pria yang tulus mencintainya.
Tari Merak

Tari merak adalah tarian yang menggabungkan tarian Jawa dan Sunda untuk mengekspresikan keindahan burung tersebut. Kesenian ini diciptakan oleh seniman Sunda bernama R. Tjetje Soemantri yang mengangkat kemegahan burung merak dalam pentas seni tari.
Tari Gagak

Tarian ini bercerita tentang pertempuran pasukan Tegal Badeng (Badung) dengan pasukan Guwak (burung gagak). Tarian ini dianggap suci oleh masyarakat Selulung (Kintamani-Bangli).