Cikalang, burung perompak yang bisa menujukkan indikator alam

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Cikalang (gerquk/Flickr)

Cikalang merupakan jenis burung laut dengan panjang sayap mencapai dua meter dan tajam pada bagian ujung itu. Terkadang, tampak menakutkan ketika terbang. Sehari-hari cikalang mencari makan dengan cara memburu ikan dari atas permukaan air bahkan kadang mengambil ikan dari burung lain.

Dengan keahlian manuvernya, dia mengejar burung lain tanpa putus asa mendapatkan pakannya. Inilah kenapa cikalang disebut sebagai perompak laut. Di dunia, ada lima jenis cikalang yaitu Fregata magnificens, Fregeta aquila, Fregata minor, Fregata ariel, dan Fregata andrewsi.

Lalu bagaimana kisah cikalang? Dan mengapa dirinya disebut sebagai burung perompak? Berikut uraiannya:

1. Burung cikalang

Cikalang (Emmanuel Rodriguez/Flickr)

Burung laut cikalang dalam bahasa Inggris disebut Frigatebird. Hewan ini digambarkan sebagai sebuah kapal perang cepat yaitu “La Fregate”. Sebutan ini diambil dari nama pelaut Prancis, sedangkan pelaut Inggris menyebutnya “Man of War”

Burung dengan panjang sayap mencapai dua meter dan tajam pada bagian ujung itu, terkadang tampak menakutkan saat terbang. Sehari-hari cikalang mencari makan dengan cara memburu ikan dari atas permukaan air. Kadang, mengambil ikan dari burung lain.

  Cerita gurita yang akan mati setelah kawin dengan pasangannya

Dengan keahlian manuvernya, dia mengejar burung lain tanpa putus asa, hingga mendapatkannya dari jenis cangak abu, kowak malam abu, dara laut sayap hitam, kokokan laut, kuntul kerbau, angsa batu kaki biru, angsa batu kaki merah, angsa batu cokelat, jenis camar, pelikan, dan jenis buntut-sate.

“Inilah kenapa Cikalang dijuluki perompak laut,” tulis Fransisca N Tirtanigtyas yang dimuat Mongabay Indonesia.

Cara lain adalah mengambil telur atau anak burung dari koloni burung laut lainnya. Jenis ini juga sangat tertarik datang bila ada kapal yang menarik ikan atau saat nelayan menyortir ikan dari jaring. Cikalang termasuk jenis burung diurnal, sore hari mereka terbang berputar di atas pulau dan memilih pohon tinggi untuk tidur.

2. Cikalang jadi indikator

Cikalang (Chip Methvin/Flickr)

Cikalang termasuk predator puncak. Di ekosistem perairan, jenis ini menjadi indikator keberadaan ikan dan kesehatan perairan. Seperti jenis Magnificent Frigatebird yang mengetahui adanya ikan sarden (suku Clupeidae), sebagai tangkapan nelayan juga.

Keberadaan cikalang di Teluk Jakarta oleh nelayan juga digunakan sebagai penanda cuaca. Dalam penelitian Rowan Mott dkk tahun 2013 dan 2014 menunjukan, cikalang kecil dan cikalang besar berfungsi sebagai biomonitor di perairan yaitu mengetahui jejak logam berat berupa merkuri di bulunya.

  Dikenal ganas, mengapa buaya takluk pada kuda nil?

Menurut Rowan, pengaruh antropogenik saat cikalang mencari makan sangat mempengaruhi tinggi rendahnya keberadaan merkuri di bulunya. Paparan kontaminasi logam berat lebih tinggi saat ia mencari makan dekat keberadaan manusia dibandingkan saat menjauh.

Migrasi dan penyebaran cikalang kecil berada di Laut China Selatan dan Laut Jawa, sedangkan pada cikalang besar lebih ke timur laut, termasuk Laut Flores dan Laut Arafura. Hal ini menunjukkan, pencemaran merkuri di laut Asia Tenggara dan China Selatan menjadi potensi ancaman bagi burung laut.

“Pada populasi burung liar, virus ini didapat karena lingkungan yang tercemar. Magnificent Frigatebird bisa saja mendapatkan virus bukan dari asalnya atau dari sekitar tempat berbiaknya, karena jenis ini rata-rata mampu melakukan perjalanan 223 km saat mencari makan. Bisa saja, mereka mendapatkan virus saat mencari makan di perairan tercemar,” jelas Bernoit de Thoisy pada Journal of Wildlife Diseases tahun 2009.

3. Konservasi cikalang 

Cikalang (gerquk/Flickr)

Di Indonesia, dua jenis cikalang yaitu cikalang christmas dan cikalang besar telah dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2018 Tentang Jenis Tumbuhan Dan Satwa Yang Dilindungi.

  Owa jawa, primata setia yang kian terancam punah

Sementara itu, sekitar 18 ribu pasang jenis Fregata magnificens terancam karena masuknya satwa feral dan gangguan manusia. Kapal yang sering bersandar dekat pulau tempatnya berbiak dan adanya hewan tentunya menggangu habitat cikalang ini.

Ancaman lain, seperti tertangkap tidak sengaja di jaring ikan, terkena kail pancing juga menjadi salah satu ancaman yang dapat mengurangi populasi global cikalang. Ini menjadi upaya penting yang perlu dilakukan untuk melindungi cikalang dengan menjadikan kawasan berbiak cikalang menjadi daerah konservasi.

“Membasmi satwa feral di dalam kawasan berbiak, dan menjadikannya spesies dilindungi melalui perundungan,” papar Fransisca.

Artikel Terkait