Dijadikan simbol lelaki hidung belang, buaya ternyata hewan yang setia

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Buaya (Muh Haishor Fakhri/Flickr)
Buaya (Muh Haishor Fakhri/Flickr)

Panggilan laki-laki buaya darat, acap kali melekat kepada pria hidung belang atau laki-laki yang mengkhianati dan menduakan pasangannya. Padahal kenyataannya buaya merupakan binatang reptil yang memiliki sifat setia kepada pasangan. 

Buaya jantan bisa dibilang sebagai hewan paling setia dan cukup menyayangi pasangannya. Bila sang betina mati, buaya jantan tak akan mencari binatang lain. Mereka lebih memilih menghabiskan sisa hidupnya sendirian. Buaya bahkan menjadi binatang yang “dihormati” suku Betawi.

Lalu bagaimana buaya menjadi simbol khas dari “lelaki hidung belang”? Dan benarkah buaya merupakan hewan yang setia dengan pasangannya? Berikut uraiannya:

1. Lahirnya simbol buaya darat?

Buaya (Saptono Budi S/Flickr)
Buaya (Saptono Budi S/Flickr)

Banyak perbedaan mengenai munculnya istilah buaya darat. Kisah ini misalnya dikaitkan dengan legenda Baltazur dari Riau yang mengisahkan bahwa Buaya Baltazur yang konon sering memangsa gadis-gadis muda. Namun mereka ditemukan berbadan utuh tetapi keperawanan yang hilang.

Ada juga pendapat yang menyebut seringnya buaya memakan mangsa diam-diam menjadi konotasi yang pas bagi istilah buaya darat. Hewan ini bahkan tetap memakan mangsanya walaupun sudah menjadi bangkai. Karena kebiasaan itu, muncul istilah buaya darat yang dikaitkan dengan kebiasaan manusia yang selalu mencari mangsa.

  Dikenal ganas, mengapa buaya takluk pada kuda nil?

Samsudin Adlawi, seorang wartawan senior dalam majalah Tempo punya pendapat lain tentang istilah buaya darat yang menurutnya berawal dari cerita masyarakat Soronganyit, Jember, Jawa Timur tahun 1971. Dikisahkan di Soronganyit terdapat sebuah tambak buaya.

Jadwal aktivitas kawanan buaya di sana begitu ketat. Kapan buaya harus di darat dan harus berada di air harus terjadwal. Suatu hari ada seekor buaya jantan menghilang. Warga pun geger dibuatnya, mereka takut dimangsa buaya yang kabur tersebut.

Selang tiga bulan berlalu, buaya ini malah ditemukan bersama buaya betina yang bukan pasangan sahnya. Karena itulah warga yang menemukan buaya ini serempak mengumpat “Dasar Buaya”. Sejak itulah bila ada lelaki yang punya hubungan gelap dengan perempuan yang bukan pasangan sahnya disebut sebagai lelaki buaya darat.

2. Buaya hewan yang setia

Buaya (Yudha P Sunandar/Flickr)
Buaya (Yudha P Sunandar/Flickr)

Seiring dijadikannya sebagai simbol pria mata keranjang, buaya ternyata sangat jauh dari stigma yang disematkannya. Karena sejatinya hewan ini merupakan binatang yang setia. Hal ini dibuktikan dalam jurnal yang dikeluarkan kelompok peneliti dari Rockefeller Widlife Refuge (RWR) di Louidiana, Amerika Serikat pada 2008.

Dalam penelitiannya selama 10 tahun, mereka fokus meneliti kesetiannya buaya. Hasilnya mereka dibuat takjub karena buaya jantan tidak akan berpaling ke betina lainnya, dan begitu sebaliknya. Buaya juga akan menjaga telur-telur tersebut hingga tiba waktunya bayi-bayi menetas.

  Berkenalan dengan Corky, Orca dengan kisah hidup paling tragis di dunia

Kemudian setelah telur menetas dan suara bayi-bayi buaya terdengar, induk buaya akan menggali sarangnya, induk buaya akan menggali sarangnya. Induk ini akan mengambil bayi-bayi itu menggunakan mulut dan membawanya ke air. Fenomena ini menarik, karena tidak biasa aligator punya sisi parenting dalam diri mereka.

Karena itulah buaya dianggap sebagai hewan yang setia kepada pasangan. Kalaupun si betina mati terlebih dahulu, maka si jantan tak akan kawin lagi atau mencari pasangan baru. Selain itu dalam penelitian itu ditemukan sekitar 70 persen buaya akan memilih pasangan yang sama setiap musim kawin tiba.

Pasangan buaya yang berkembang biak bersama pada 1997 masih kawin dengan pasangan yang sama pada 2005. Lalu, terbukti dari tes yang dilakukan bahwa satu buaya jantan bertanggung jawab atas keturunan yang dihasilkan oleh satu buaya betina pada tahun 2000, 2002 dan 2004.

3. Simbol budaya

Buaya (Fazliman Djalius/Flickr)
Buaya (Fazliman Djalius/Flickr)

Buaya yang identik dengan pria mata keranjang, ternyata menjadi simbol yang dihormati oleh suku Betawi. Simbol ini bisa dilihat dalam pernikahan orang Betawi yang tak bisa lepas dari roti buaya. Biasanya mempelai pria akan membawakan roti berbentuk buaya ketika datang ke mempelai wanita.

  3 spesies ubur-ubur unik yang ada di dunia

Jika tidak, bisa dianggap tidak menghargai. Lamaran akan ditolak, pernikahan bisa batal. Menurut peneliti sejarah Betawi, JJ Rizal menyatakan munculnya tradisi roti buaya tidak lepas dari kultur penduduk Jakarta dahulu yang merupakan masyarakat sungai. Jakarta dikelilingi 13 sungai.

“Sering diberitakan muncul buaya di sungai-sungai itu. Dan interaksi masyarakat Betawi paling intens dengan buaya,” kata Rizal menerangkan yang disadur CNN Indonesia.

Buaya bahkan dianggap sebagai hewan yang suci bak sapi di India. Rizal menyebut di beberapa tempat masih ada yang memberikan sesajen ke buaya, misalnya di Sungai Pesanggrahan. Karena dianggap sebagai hewan yang suci, buaya kemudian dimasukan dalam siklus terpenting dalam masyarakat Betawi, seperti saat menikah.

Roti buaya juga tidak hanya dijadikan simbol kesetiaan antara pria dan wanita. Rizal menyebut ada istilah Buaya Betawi yang dipakai untuk mereka yang setia memperjuangkan pengentasan terhadap penderitaan masyarakat. Karena orang ini dianggap setia pada masyarakat Betawi.

Artikel Terkait

Terbaru

Humanis

Lingkungan

Berdaya

Jelajah

Naradata