Keunikan kelelawar soppeng yang dipercaya sebagai penjaga kota

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Kelelawar (Anwar siak/Flickr)

Di kota Watansoppeng, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan ini habitat kalong atau kelelawar mudah ditemui, bahkan di tengah kota. Bila datang di siang hari, di tempat yang jadi objek wisata Sulsel ini akan tampak ratusan kalong tidur terbalik di ranting pohon.

Uniknya, kalong-kalong ini tidur bergerombol tepat di pohon-pohon asam yang berada di tengah kota, di samping masjid terbesar di Soppeng Masjid Agung Darussalam. Karena inilah, kota Watansoppeng dikenali sebagai Kota Kalong.

Lalu bagaimana sejarah kalong yang berada di kota ini? Dan mengapa hewan ini cukup dekat dengan masyarakat? Berikut uraiannya:

1. Kota kalong

Kelelawar (tmtrclubmotor/Flickr)

Kelelawar atau kalong merupakan binatang malam yang biasanya keluar hanya di malam hari, kemudian bersembunyi di siang hari. Hewan ini biasanya tidur di gua-gua tersembunyi, maupun di pepohonan kebun dan hutan yang rindang.

Tetapi hewan yang biasanya sulit ditemui ini, berbeda bila berada di Kota Watansoppeng, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan. Di kota yang berjarak sekitar 180 km ke arah utara dari Makassar ini habitat kalong mudah ditemui, bahkan di tengah kota.

Bila wisatawan datang pada siang hari, di tempat wisata ini akan tampak ratusan kalong tidur terbalik di ranting pohon asam. Mereka tidak takut dengan kehadiran manusia yang berlalu lalang di bawahnya.

  Mengenal jenis sapi kurban yang ada di Indonesia

Karena inilah, kota Watansoppeng dikenali sebagai Kota Kalong. Uniknya, kalong-kalong ini tidur bergerombol tepat di pohon-pohon asam yang berada di tengah kota, di samping masjid terbesar di Soppeng, Masjid Agung Darussalam.

Diwartakan Tribun-timur.com, pohon-pohon asam berdiri megah mengelilingi taman kota. Di sinilah ratusan kalong bergelantungan di ranting-ranting. Warga dan wisatawan bisa melihat langsung kalong hanya dengan mendatangi taman ini.

Ribuan hewan yang disebut sebagai kalong oleh warga setempat tinggal di seluruh pepohonan hingga membuat bau pesing tercium sangat tajam. Meski begitu, warga setempat tidak terganggu dengan bau tersebut.

“Sudah jadi aturan di sini untuk melestarikan kelelawar yang ada sejak ratusan tahun tersebut. Aktivitas kelelawar di sini merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Soppeng yang tak bisa terpisahkan,” kata Alim, pelajar asal kabupaten Soppeng yang merantau ke kota Makassar diwartakan Liputan6.

2. Penjaga kota

Kelelawar (Robycrux/Flick)

Alim menjelaskan keberadaan kelelawar yang bergelantungan sejak pagi hingga siang di semua pohon, khususnya pohon asam tersebut diyakini masyarakat sebagai sesuatu yang sakral dan mengandung nilai mistis.

Dipaparkannya dari cerita nenek moyang warga Soppeng, ribuan kelelawar itu dianggap bisa memberikan kabar baik maupun kabar buruk bagi warga setempat. Bila kelelawar tersebut pergi dan tak kembali, masyarakat menganggap bencana akan datang.

  Insiden pria ditarik orangutan, setara 8 kali kekuatan manusia dewasa

Tetapi bila ribuan kelelawar tersebut terus berada di Kota Soppeng, hal itu dianggap sebagai kabar baik karena Kabupaten Soppeng bakal terjaga dari segala marabahaya. Karena itulah masyarakat percaya kalong adalah penjaga kota.

“Jadi, kelelawar di sini diyakini sebagai penjaga kota Soppeng dari marabahaya yang sewaktu-waktu bisa terjadi,” katanya.

Selain itu banyak masyarakat yang percaya bahwa kelelawar ini telah berjanji pada ratusan tahun lalu, kepada raja untuk tidak mengganggu masyarakat termasuk memakan buah-buahan milik warga.

“Kalong ini udah dari raja Soppeng pertama, Raja Latemmamala, ratusan tahun lalu. Dari sebelumnya konon sudah memenuhi kota, pas ada raja, keluarlah perjanjian antara raja dan kalong,” ujar Bupati Soppeng Andi Kaswari Razak ketika itu dimuat Kompas.

Dalam perjanjian tersebut, mereka tidak boleh mengambil buah-buahan di sekitar atau milik rakyat. Kedua mereka boleh berdiam di kota, tetapi hanya ada di pohon asam. Terakhir bila ada bencana, kelelawar ini harus segera memberi tanda-tanda.

“Jadi, jika kelelawar tersebut tidak kembali ke pohonnya selama 1 x 24 jam, masyarakat harus siap siaga,” ujarnya.

  Burung yang menjadi inspirasi terciptanya seni tari yang unik di Indonesia

3. Membawa berkah

Kelelawar (Anwar siak/Flickr)

Ternyata para wisatawan yang datang ke tempat tersebut tidak hanya ingin melihat penampakan hewan tersebut, Namun juga mencari berkah dari hewan yang dipercaya keramat tersebut.

Misalnya para pendatang atau wisatawan bila terkena kotoran kelelawar ketika berada di sekitar pohon asam dipercaya akan mendapatkan jodoh. Tetapi belum ada wisatawan yang terkena kotoran kelelawar karena sangat jarang terjadi.

“Katanya jika mereka berjalan keliling Kota Soppeng dan kemudian terkena kotoran kelelawar itu, mereka yakini bakal dapat jodoh atau mendekat ini rezekinya akan datang,” tutur Alim.

Hingga kini, perjanjian tersebut masih terjaga dan populasi kelelawar pun masih sangat banyak di tengah kota. Wisatawan dapat menikmati indahnya pemandangan Kota Kalong di sepanjang jalan-jalan protokol kota yang terdapat pohon asam besar.

Melihat kunjungan wisata yang besar, pada 2018 silam, Kaswadi meresmikan taman kalong Soppeng yang tepat berada di tengah lingkaran pohon asam tempat kalong bermukim, kini menjadi tempat bermain anak-anak pada sore hari.

Di tengah-tengah taman kalong ini terdapat air mancur menari yang dinyalakan setiap sore. Keceriaan anak-anak selalu meramaikan taman ini. Beberapa anak bahkan mandi-mandi di air mancur, di sana juga dihadirkan arena bermain anak gratis.

Artikel Terkait