Inilah kodok tebu raksasa, sang peneror lingkungan di Australia

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Kodok tebu raksasa (HF Show/Flickr)

Australia dikejutkan dengan teror kodok. Tetapi ini bukan kodok sembarang, pasalnya ukurannya raksasa. Beratnya saja mencapai 2,7 kilogram. Kemungkinan ini hewan paling jumbo yang pernah tercatat pada spesiesnya.

Tetapi menimbang beberapa hal, penjaga hutan memilih menyunting mati kodok itu sesuai prosedur yang ada, hal ini terutama karena kerusakan lingkungan yang mereka timbulkan, salah satunya karena hewan ini memakan apa saja.

Lalu bagaimana fenomena kodok raksasa ini? Dan mengapa hewan ini cukup berbahaya bagi lingkungan? Berikut uraiannya:

1. Kodok raksasa teror Australia

Kodok tebu (GC Gan/Flickr)

Australia dikejutkan dengan teror kodok. Tetapi ini bukan kodok sembaran, pasalnya ukurannya raksasa. Beratnya saja mencapai 2,7 kilogram. Kemungkinan ini hewan paling jumbo yang pernah tercatat pada spesiesnya.

Dimuat dari Detik, hewan tersebut bernama kodok tebu, nama ilmiahnya Rhinella Marina. Karena hewan ini memiliki ukuran yang besar sehingga para peneliti menjulukinya dengan nama Toadzilla.

Kodok raksasa itu ditemukan oleh para polisi hutan di Taman Nasional Conway, Queensland, Australia. Berdasarkan informasi dari Twitter, pihak keamanan Australia ini mengaku terkejut.

  Upaya masyarakat adat menjaga alam dengan tradisi keramat

Hal ini karena mereka mendapati katak tebu ini layaknya monster karena beratnya kira-kira sama dengan ayam jantan. Banyak orang awalnya tidak mempercayai adanya hewan tersebut di lingkungannya.

“Sejujurnya saya tidak percaya, saya belum pernah melihat sesuatu sebesar ini,” kata Kylee Gray seorang penjaga hutan yang dinukil dari CBS.

2. Mengenal kodok raksasa

Kodok tebu raksasa (HF Show/Flickr)

Gray menjelaskan tentang temuan itu sebagai kodok tebu besar berkutil buruk rupa di tanah. Dirinya dan rekan-rekannya menduga kodok raksasa itu betina karena kodok tebu betina tumbuh lebih besar daripada yang jantan.

Dipaparkan Mongabay Indonesia, Departemen Lingkungan dan Sains menyebutkan kodok tersebut telah dikirim ke Museum Queensland untuk analisa lebih lanjut. Apalagi kodok ini diyakini terbesar di dunia.

Rekor dunia Guinnes mencatat kodok terbesar ditetapkan pada 1991, yakni kodok bernama Prisen di Swedia yang beratnya mencapai 2,65 kg. Sementara itu hingga kini, kodok tebu memang diakui sebagai kodok terbesar di dunia.

Kodok tebu merupakan hewan asli Amerika Selatan dan Tengah. Kodok ini dianggap sebagai salah satu spesies invasif terburuk di dunia. Mereka dibawa dan dibiakkan di banyak negara dengan harapan dapat membantu mengendalikan hama pertanian.

  Miris, di beberapa tempat kambing terbiasa memakan sampah plastik

Namun, kodok ini gagal mengendalikan serangga, tetapi malah berhasil bereproduksi secara masif dan menyebarkan diri ke manapun. Selain Australia, kodok tebu menyebar di Florida, Hawaii, Guam, Filipina, Kepulauan Karibia, Papua Nugini dan lain-lain.

3. Langsung dibasmi

Kodok raksasa (Salamanderdance/Flickr)

Pihak penjaga hutan akhirnya memilih untuk menyuntik mati kodok itu sesuai prosedur yang ada, terutama karena kerusakan lingkungan yang mereka timbulkan. Disebutkan oleh Gray, hewan itu memakan apa saja yang bisa masuk ke mulut.

Diketahui pada 1935, atas permintaan para pemilik perkebunan tebu, pemerintah setempat melepaskan sekitar 2.400 kodok tebu di Queensland Utara, untuk membantu mengendalikan kumbang tebu yang memakan akar tebu dan merusak panen.

Tetapi karena tidak memiliki predator alami, kodok ini bereproduksi dengan cepat dan menyebar luas. Kodok tebu di Australia sekarang berjumlah jutaan dan wilayah jelajahnya terus meluas, mencakup ribuan kilometer persegi di timur laut Australia.

Tetapi kodok ini membunuh hewan peliharaan dan spesies asli saat menggigit, menjilat atau memakannya. Mereka mengalahkan spesies asli untuk mendapatkan sumber daya seperti makanan dan habitat berkembang biak.

  Heyna, predator yang jadi hewan peliharaan orang Nigeria

Kodok tebu mengeluarkan racun seperti susu dari kelenjar parotoid di belakang bahunya. Baik telur maupun kecebong juga beracun. Mereka juga sangat mudah beradaptasi, dapat ditemukan di daerah perkotaan, pertanian, bukit pasir, dan rawa bakau.

Artikel Terkait

Terbaru

Humanis

Lingkungan

Berdaya

Jelajah

Naradata