Melihat ayam yang lebih dari sekadar hewan ternak di Bali

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Ayam (Tai Lung Aik/Flickr)
Ayam (Tai Lung Aik/Flickr)

Puluhan jenis ayam dengan ciri khusus dipamerkan dalam eksebisi pelestarian ayam bali. Satwa domestik ini menjadi bagian penting kehidupan orang Bali, dari ritual sampai komodofikasi. Karena itulah ayam sangat penting bagi masyarakat Bali.

Agar menjaga kelestarian ayam, warga pecinta dan pelestari ayam membuat pameran dan diskusi agar warga mempelajari dan terlibat melestarikan ayam-ayam untuk upacara adat dan agama. Tiap ritual memerlukan jenis dan ciri khusus sesuai jenis upacara dan maknanya.

Lalu mengapa ayam sangat penting bagi masyarakat Bali? Dan bagaimana pelestarian ayam di Pulau Dewata? Berikut uraiannya:

1 . Ayam di Bali

ayam (Zim Zum/Flickr)

Di sebuah halaman pura di Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali terdapat puluhan ekor ayam jantan yang dipamerkan. Puluhan orang pembudidaya ayam dan jaringannya berkumpul menunjukkan ayam-ayam kesayangannya. 

Pameran Pelestarian Ayam Bali ini dihelat pertama kalinya oleh Putu Gede Paramadipa Medjana yang kerap disapa Apung. Dirinya telah menekuni pelestarian ayam sejak tahun 1993. Dia juga menjadi salah satu pria yang paling dicari warga yang hendak menghelat ritual adat dan agama Hindu.

  Mengenal monyet mungil berambut emas yang hampir punah

“Bagi masyarakat Hindu, ayam adalah representasi dari tiga eksistensi manusia: etis, estetis dan religius. Karenanya ayam lazim digunakan dalam upacara keagamaan sebagai bentuk dari harmonisasi hubungan vertikal manusia dengan Sang Hyang Widhi Wasa,” dikutip dari Bale Bengong, Jumat (16/6/2022).

Dalam setiap upacara, ayam yang digunakan memang berbeda, begitu pula daerah penyelenggaraannya. Dia penasaran, dan mempelajari sejumlah buku dan lontar terkait keberadaan ayam dalam kehidupan ritual di Bali, seperto Lontar Pengayam-ayam dan Wraspati Kalpa.

Di buku-buku itu hanya dijelaskan ciri-cirinya, tidak ada gambar jadi Apung mencoba menvisualisasikan dengan upaya pembiakan. Caranya dengan menyilangkan. Setelah bertelur, anaknya disilangkan lagi, prosesnya lama, sampai menemukan ciri yang dicari.

“Saat mengawinkan ayam, jika anakan pertamanya langsung presentasinya besar, itu mendekati ras murni,” jelas Apung.

2. Ayam untuk ritual

Ayam (Amir Hamzah/Flickr)

Ida Ratu Perananda Ishana Manuba, seorang pendeta yang hadir dalam festival tersebut menjelaskan tentang fungsi ayam dalam ritual keagamaan Hindu di Bali. Disebutkan, fungsi ayam banyak digunakan dalam caru atau yadnya caru bhuta yadnya.

Dia menjelaskan caru berasal dari kata car yang artinya harmonis. Dengan ritual itu, manusia mengharmoniskan energi mikrokosmos yang ada dalam diri dengan energi alam semesta yaitu makrokosmos melalui sarana ayam yang disebut dengan caru.

“Kenapa pakai ayam? Karena ayam punya energi, kreatifitas dan etos kerja yang baik,” paparnya.

  3 hewan ini dipercaya mampu mendeteksi keberadaan makhluk halus

Sementara itu Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Ananda mengungkapkan kaitan antara ayam dengan sistem religi bagi umat Hindu di Bali. Menurutnya dalam klasifikasi tentang karakter dari binatang ada tiga pembagian: klaster wise (kebijaksanaan), kreatif dan enerjik.

“Kehadiran ayam dalam bentuk ritual di Bali itu adalah bagaimana membangun kreatifitas dan dinamisasi. Karena ayam itu kreatif,” jelasnya.

3. Dedikasi para pelestari ayam

Ayam (Zim Zum/Flickr)

Ayam bali merupakan hewan yang keramat. Disebutkan dalam literatur kuni yang fungsinya sama pentingnya dengan sarana-sarana persembahan lain yang mengantarkan pada satu tujuan mulia. Namun populasi ayam bali terus berkurang, padahal masih terus dibutuhkan untuk upacara.

Hal inilah yang mendorong Apung untuk membuat eksebisi Pelestarian Ayam Bali dengan tajuk Apung Thanks To Bali. Dirinya mencontohkan ada tiga jenis ayam yang diperlukan di ritual tertentu, yakni sekedas sangkur sandeh, sudamala, dan sliwah, namun banyak belum banyak warga mengetahui jenis ini.

Karena itu dengan acara ini, dirinya mengajak pembiak lain dari 8 Kabupaten di Bali dan warga yang dirinya titipkan ayam untuk dibudidayakan, Sarjana Pertanian ini juga mengajak warga memiliki sejumlah kebun untuk menjaga lahan yang dimiliki.

  Meski menjadi surga, ada bahaya mengintai paus di Laut Sawu

Karena pengalamanya, dia kerap diundang untuk mendiskusikan soal ayam terutama kepada orang asing. Dirinya kerap mendapat pertanyaan, mengapa ayam diperlakukan tidak baik, misalnya jadi caru (korban upacara agama). Dirinya hanya menjawab, ayam untuk keperluan upacara hanya sedikit dibanding jadi francise.

Dia mengungkapkan ayam juga menjadi simbol sembilan mata angin, dicirikan dari warna bulunya. Misal ada ayam selatan, ayam klawu di timur berwarna abu-abu, dan lainnya. Manusia Bali, tegasnya, sejak lahir sampai meninggal dipastikan memerlukan ayam dalam setiap kehidupannya.

“Tetapi banyak orang Bali tidak tahu maknanya. Ayam energinya besar, baru bangun sudah cari makan,” tutur Apung.

Artikel Terkait

Terbaru

Humanis

Lingkungan

Berdaya

Jelajah

Naradata