Badak sumatra, salah satu spesies hewan endemik Indonesia yang mengalami ancaman kepunahan baru-baru ini membawa kabar bahagia. Individu badak yang berada di TN Way Kambas (TNWK) baru saja melahirkan seekor anak berjenis kelamin betina pada hari Kamis (24/3/2022).
Secara spesifik, badak yang tinggal di Suaka Rhino Sumatra (SRS) TNWK ini melahirkan anak hasil perkawinan dengan pejantan bernama Andatu. Kelahiran anak tersebut menambah penghuni SRS TNWK yang sebelumnya ditinggali oleh sebanyak tujuh individu badak sumatra.
Lebih detail, kelima badak lain yang dimaksud terdiri dari Bina (betina), Ratu (betina), Andalas (jantan), Harapan (jantan), dan Delilah (betina). Bagaimana proses kelahiran badak kali ini terjadi?
1. Kelahiran selama 3 jam

Mengutip pengumuman resmi di laman KHLK, drh. Zulfi Arsan selaku Ketua Tim Dokter Hewan SRS TNWK menjelaskan, jika induk Rosa telah menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan sekitar pukul 09.00 WIB.
Setelah melalui hampir tiga jam proses kelahiran, anak badak tersebut akhirnya berhasil keluar pada pukul 11:44 WIB. Sebagai hewan langka terancam punah yang telah menjadi pusat perhatian konservasi dunia, proses kelahiran anak badak tersebut nyatanya melibatkan berbagai pihak ahli tidak hanya dari dalam melainkan juga luar negeri.
Beberapa pihak yang terlibat terdiri dari Pakar Reproduksi Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB, serta tim Dokter Hewan Taman Safari Indonesia. Selain itu, hadir pula tim dokter dan perawat senior asal Amerika Serikat.
2. Keguguran 8 kali

Melalui proses panjang, rupanya ada cerita perjuangan besar di balik kelahiran anak badak yang terjadi kali ini. Sang induk yakni Rosa, diketahui telah lebih dulu mengalami masa hamil dan keguguran yang berulang sebanyak delapan kali sepanjang tahun 2017-2020.
Rosa sendiri merupakan individu badak yang ditranslokasi dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan ke SRS TNWK pada tahun 2015. Rosa rupanya memiliki karakteristik yang tidak takut bahkan cenderung lebih nyaman berada di dekat manusia.
Hal tersebut nyatanya membuat mamalia itu jarang berhubungan dengan spesiesnya dan mengurangi intensitas perkawinan. Karena tak kunjung hamil, Rosa memiliki fibroid rahim atau myom pada kandungannya. Hal tersebut yang diyakini menyebabkan Rosa kerap mengalami keguguran.
Bulan Desember 2020, Rosa hamil untuk yang kesembilan kalinya, dan berhasil bertahan selama 476 hari sampai melahirkan di tahun ini. Selama hamil pula, disebutkan bahwa Rosa kerap diberi obat penguat janin untuk mempertahankan calon anaknya.
Berbeda dengan Rosa, sang pejantan yang menghamilinya yakni Andatu tercatat sebagai individu yang memang terlahir di penangkaran. Andatu lahir dari pasangan badak Andalas dan Ratu pada tahun 2012, sekaligus menjadi badak sumatra pertama di Asia yang lahir di penangkaran dalam 124 tahun terakhir.
3. Populasi kurang dari 100

Kabar kelahiran ini jelas membawa angin segar dengan adanya individu baru bagi populasi badak sumatra yang sedang mengalami ancaman kepunahan. Mengutip keterangan Yayasan Badak Indonesia (YABI), ancaman populasi badak sumatra sudah dimulai sejak tahun 1974.
Kala itu, total individu yang ada berkisar di antara 400-700 individu dan terus mengalami penurunan yang drastis di tahun 1980-1990 akibat perburuan. Perburuan bahkan membuat populasi badak sumatra di TN Kerinci Seblat dinyatakan punah sejak akhir 2001.
Sementara itu pada tahun 1993, populasi badak sumatra di Pulau Sumatra berkisar antara 215-319 individu. Keadaan semakin diperburuk dengan tekanan perburuan liar yang telah mengurangi populasi badak sumatra menjadi berada di kisaran 145-200 individu. Adapun populasi tersebut disinyalir tersebar di kawasan TNGL (60-80), TN Bukit Barisan Selatan (60-80) dan TNWK (15-25).
Keterangan terbaru disampaikan oleh Wiratno selaku Direktur Jenderal KSDAE KLHK pada tahun 2020. Mengutip pemberitaan Antara, disebutkan jika populasi badak sumatra di Indonesia kala itu diperkirakan tak lebih dari 100 individu.
Adapun secara detail, sebaran individu badak sumatra yang terdeteksi setidaknya terdiri dari 30 individu yang berada di TNGL, 40-42 individu di TNWK, 15 individu di TNBBS, dan satu individu di Kalimantan Timur.
Berangkat dari kondisi tersebut, kelahiran individu baru kali ini menjadi harapan akan bertambahnya populasi badak sumatra di Indonesia.
“Dengan kelahiran anak badak Rosa di SRS TNWK ini, kita menaruh harapan untuk dapat terus mendapat kabar bahagia dari kelahiran-kelahiran badak sumatra lainnya di masa depan.” harap Wiratno.