Terbebas setelah 6 tahun, ini 5 fakta tentang buaya berkalung ban di Palu

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Buaya berkalung ban (Mohammad Taufan/AP Photo via nbc4i.com)

Enam tahun tersangkut ban bekas sepeda motor, situasi tersebut yang dialami seekor buaya di sungai kawasan Kota Palu, Sulawesi Tengah. Fenomena ini menjadi pusat perhatian tidak hanya bagi warga Palu, melainkan juga masyarakat di seluruh Indonesia bahkan dunia.

Tapi pada akhirnya, setelah melalui berbagai upaya pertolongan dari sejumlah pihak baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri, buaya tersebut berhasil terbebas dari sangkutan ban pada hari Senin (7/2/2022), berkat seorang pria sederhana bernama Tili, dengan peralatan yang sederhana pula.

Menjadi fenomena nahas yang tersorot secara global selama bertahun-tahun, berikut sejumlah fakta mengenai keberadan buaya berkalung ban di Palu.

1. Tili sang penyelamat

Bukan warga asli Palu, pria berusia 34 tahun yang banyak disorot karena dengan tulus menolong buaya berkalung ban diketahui berasal dari Sragen, Jawa Tengah.

Dalam melaksanakan niat mulianya, Tili menghabiskan waktu selama tiga minggu untuk mengamati perilaku hewan tersebut di sungai. Dirinya juga menggunakan dana pribadi mencapai Rp4 juta untuk pembelian tali kuat serta umpan berupa ayam dan merpati.

  Benarkah Berang-berang berperan dalam menekan perubahan iklim?

Dibantu oleh puluhan warga, pria penjual burung tersebut setiap sore selalu memasang umpan dan perangkap agar bisa menggiring buaya yang dimaksud ke darat untuk diberi pertolongan.

Sebelum berhasil, Tili diketahui sempat gagal sebanyak dua kali karena tali yang ia gunakan untuk umpan kurang kuat. Sampai pada hari Senin kemarin, Tili banyak mendapat apresiasi sebagai local hero karena berhasil menolong buaya yang telah menderita selama enam tahun lamanya.

2. Tersangkut ban sejak tahun 2016

Awal mula pemberitaan mengenai kejadian ini sebenarnya baru ramai diperbincangkan pada tahun 2018. Meski begitu, warga setempat mengungkap jika kemunculan buaya yang tersangkut ban mulai terlihat di sekitar sungai sejak tahun 2016.

Warga setempat diketahui sudah melakukan berbagai upaya untuk memberikan pertolongan, namun buaya tersebut seperti enggan dan sulit untuk ditangkap ke daratan.

Bukan tanpa alasan warga tetap memikirkan keselamatan buaya tersebut, karena ban motor yang melingkari bagian lehernya semakin lama kian menyempit seiring pertumbuhan bobot yang semakin besar. Kala itu, itu upaya pertolongan disebut tinggal berpacu dengan waktu sebelum hewan itu mati akibat tercekik dan kesulitan bernapas.

  Dijadikan simbol lelaki hidung belang, buaya ternyata hewan yang setia

3. Curi perhatian dunia

Kejadian ini tidak hanya menjadi pusat perhatian bagi masyarakat Indonesia, melainkan juga dimuat dalam berbagai pemberitaan media asing. Kebanyakan dari mereka menyoroti nasib malang buaya sebagai hewan ganas yang tak berdaya hanya karena sebuah ban.

Beruntung, kekhawatiran banyak pihak mengenai kematian buaya akibat tercekik tidak terjadi sampai saat ini. Namun di saat bersamaan, berbagai kejadian alam yang diharapkan bisa melepas sangkutan ban tersebut rupanya masih belum mampu membebaskannya.

Padahal di tahun 2018, kawasan Sulawesi Tengah sempat dilanda gempa bumi dan tsunami hebat yang juga meliputi kawasan sungai tempat buaya tersebut berada.

4. Gagal terbebas bahkan oleh pakar asal Australia dan AS

Salah satu petualang atau sosok yang dikenal dekat dengan hewan yakni Panji Petualang pernah mencoba menolong buaya berkalung ban di tahun 2018, namun upaya tersebut gagal.

Bahkan, pakar dan pemerhati hewan buas asal Australia, yakni Matt Wright datang ke lokasi pada tahun 2020. Ia berupaya melakukan penolongan dalam waktu 10 hari dengan peralatan yang dapat dibilang mumpuni, mulai dari perangkap baja hingga drone tombak, namun tetap tak membuahkan hasil.

  400 tahun tempe mendoan yang ditampilkan Google Doodle

Hal serupa juga pernah dilakukan pemerhati hewan asal AS yakni Forrest Galante, yang datang ke Palu bersama tim Discovery Channel, dan harus puas menerima hasil yang sama.

5. Jadi sayembara BKSDA Sulteng

Saking putus asa karena berbagai upaya penolongan tidak membuahkan hasil, Badan Konservasi Sumber Daya Alam Sulteng bahkan sampai mengadakan sayembara berhadiah.

Menurut pihak konservasi, tersangkutnya ban pada leher buaya tersebut diduga berawal dari upaya penangkapan memakai ban yang dilakukan pihak tertentu, dengan tujuan untuk menjadikannya sebagai hewan peliharaan.

Sampai pada akhirnya sayembara dihentikan, karena pihak konservasi khawatir hal tersebut justru akan membuat buaya berada pada risiko yang lebih besar, akibat banyak pihak menggunakan segala cara untuk memenangkan sayembara.

Meski begitu, Tili yang berhasil membebaskan sang buaya disebut tetap akan mendapat hadiah atas aksi mulia yang ia lakukan.

Foto:

  • Joshua Marunduh
  • Nanang/AFP Getty Images
  • Kompas.com

 

Artikel Terkait

Terbaru

Humanis

Lingkungan

Berdaya

Jelajah

Naradata