Manfaat daun gatal, mutiara terpendam dari Papua untuk penghilang lelah

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
daun gatal (Andres Hernandez S/Flickr)

Mungkin masih banyak yang tidak mengenal atau kurang familiar dengan tanaman daun gatal. Tanaman ini memang berasal dari timur Indonesia, tepatnya di Papua dan Maluku. Daun gatal sendiri termasuk dalam keluarga tanaman perdu (Uriticaceaey) dan termasuk dalam spesies laportea decumana.

Sudah sejak lama, daun gatal dikenal dan digunakan oleh masyarakat Maluku dan juga Papua. Tanaman ini digunakan dalam menjaga kebugaran tubuh dan mengobati rasa sakit yang diderita. Dinamakan daun gatal karena baik sengaja atau tidak, bila daun ini terkena pada tubuh, akan menimbulkan efek rasa gatal.

Lalu mengapa masyarakat Papua sering menggunakan tanaman ini? Dan apa khasiatnya? Berikut uraiannya:

1. Daun Gatal

Daun gatal (Andres Hernandez S/Flickr)

Papua bukan saja terkenal karena keragaman 259 suku dan bahasannya. Wilayah yang terletak paling timur Indonesia ini juga menyimpan obat-obatan tradisional berupa daun gatal (Laportea ducumana) yang dalam bahasa warga lokal Biak disebut daun raprap.

Daun gatal merupakan salah satu mutiara terpendam dari Tanah Papua yang sudah terbukti khasiatnya sebagai obat alternatif bagi kesehatan masyarakat lokal. Daun gatal yang merupakan tumbuhan alam hutan asli Papua dari famili Urticaceae ini memiliki bulu atau duri halus di permukaan daun.

  Jadi spesies terbesar di dunia, mengapa bunga ini dijuluki anggrek macan?

Tanaman daun gatal, tumbuh bebas di hutan Papua. Secara fisik panjang daun sekitar 20 cm dan lebarnya 15 cm. Ujung daun meruncing dan bagian pangkalnya membulat. Warna daun hijau tua. Pada bagian tengah terdapat pola warna daun yang lebih muda.

Permukaan daun bagian atas dan bawah tidak rata dan berbulu-bulu kecil. Bulu-bulu ini seperti jarum kecil yang akan menempel pada kulit, itu yang terkenal dari daun ini. Hal lain yang terkenal adalah daun gatal digunakan sebagai obat oleh masyarakat Papua.

Tanaman daun gatal sebagai produk asli hutan alam Papua, sudah dapat dibudidayakan oleh sebagian warga asli Papua sebagai bahan obat alternatif, untuk mencegah sakit, rematik dan pegal-pegal. Daun gatal juga dapat dikembangkan sebagai bahan pengawet alami makanan.

2. Khasiat daun gatal

daun gatal (Andres Hernandez S/Flickr)

Dimuat di Beritagar, walau di Indonesia, masyarakat belum terlalu populer dengan daun gatal, akan tetapi bagi masyarakat Papua, daun gatal adalah yang nomor satu. Tanaman ini dipercaya sebagai obat mujarab yang dapat menyembuhkan beberapa gangguan kesehatan, seperti kurang enak badan, nyeri, dan masih banyak lagi.

  Kisah gemilang salak pondoh yang kini namanya meredup

Tanaman ini dikenal sebagai daun gatal, karena ketika digosokkan akan menimbulkan gatal-gatal pada kulit, akan tetapi setelah setelah digunakan pada badan, maka lelah akan langsung hilang dan badan akan kembali segar. Hal inilah yang menyebabkan tanaman ini digemari.

Daun gatal sudah dikenal masyarakat Papua karena telah menjadi terapi, yakni sebagai penghilang rasa capai atau sakit. Ketika daun gatal dioleskan pada tempat yang capai atau sakit, maka rasanya sangat panas dan memunculkan rasa gatal-gatal.

Selain itu, akan muncul benjolan kecil di kulit sebagai reaksi nyata daun tersebut pada tempat yang digosok. Namun, panas yang ditimbulkan dari gosokan daun gatal tidak berlangsung lama, karena setelah rasa gatal muncul pada bagian tubuh yang diurut daun gatal akan berganti menjadi segar.

3. Mulai dibudidayakan

Daun gatal (Andres Hernandez S/Flickr)

Tokoh adat Biak Ham Wambrauw mengakui banyak khasiat yang dirasakan dari daun gatal oleh masyarakat lokal Papua. Masyarakat tradisional di berbagai kampung di wilayah Provinsi Papua sudah banyak mengetahui khasiat dari daun gatal.

  Mengenal pohon kenari yang jadi peneduh jalan di Bogor selama ratusan tahun

Wambrauw menyebutkan, karena manfaat daun gatal sebagai obat alternatif makan saat ini sudah banyak dibudidayakan warga asli Papua di halaman atau pekarangan rumah masing-masing. Pada sejumlah masyarakat kampung di Pulau Numfor dan Biak daratan, daun gatal sudah menjadi obat alternatif.

Budayawan Papua, Septinus Rumaseb mengharapkan kekayaan hutan alam Papua harus tetap dijaga dan tidak boleh dirusak, karena memberikan manfaat secara ekonomi, sosial, budaya, dan adat istiadat. Karena itu perlu ada pembudidayaan atas tanaman ini.

Secara medis, daun gatal memang dapat mengatasi hal-hal tersebut. Secara ilmiah tumbuhan famili Uriticaceae umumnya, mereka memiliki kandungan kimiawi, seperti monoridin, tryptophan, histidine, alkaloid, flavonoid, asam formiat, dan authraguinones.

Artikel Terkait

Terbaru

Humanis

Lingkungan

Berdaya

Jelajah

Naradata