Ragam keunggulan sukun sebagai alternatif pangan potensial di masa depan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

Siapa yang tidak mengenal sukun, buah yang memiliki nama ilmiah Artocarpus altilis ini terbilang unik karena untuk menikmatinya sangat jarang atau bahkan hampir tidak bisa dimakan langsung secara mentah.

Biasanya, buah sukun baru bisa dinikmati setelah diolah dengan berbagai cara seperti dipanggang, direbus, atau bahkan digoreng. Berbentuk bulat atau cenderung lonjong, bagian kulit luarnya berwarna hijau terang dan berubah kuning kecokelatan ketika matang, denagn daging buah berwarna agak keputihan. Tapi untuk beberapa varietas, kadang ditemukan sukun dengan warna daging buah oranye kemerahan sewaktu matang.

Sukun sendiri diketahui merupakan salah satu tanaman yang dapat tumbuh dengan sangat baik di wilayah dataran rendah dengan iklim tropis, buah ini dapat tumbuh subur pada lahan dengan ketinggian 0-650 meter di atas permukaan laut. Sebaliknya, jika ditanam di dataran tinggi atau lebih dari 1.500 mdpl, pohonnya cenderung akan sulit berbuah.

Sukun memiliki kayu tubuh yang bersifat lunak dengan warna batang hijau kecokelatan dan mengandung getah di seluruh bagiannya. Umumnya, pohon sukun dapat tumbuh mencapai ketinggian 30 meter, namun kebanyakan pada tanaman hasil budidaya rata-rata tumbuh dengan ketinggian 8 hingga 15 meter.

  Google donasi Rp19,3 miliar untuk dukung ketahanan pangan di tanah air

1. Lebih dari sekadar teman ngopi

Selama ini, kebanyakan masyarakat Indonesia masih sebatas menganggap sukun sebagai makanan sampingan atau camilan yang biasa dinikmati dengan secangkir kopi. Biasanya, banyak juga dijumpai pedagang yang menjajakan sukun sebagai gorengan di pinggir-pinggir jalan.

Padahal, sukun memiliki potensi dan telah lama dilirik sebagai sumber pangan alternatif yang berperan dalam membentuk ketahanan pangan global saat dihadapi dengan situasi krisis iklim. Bagaimana bisa?

Faktanya di beberapa negara terutama wilayah Eropa, buah sukun sendiri telah dijadikan salah satu jenis makanan pokok. Orang Eropa lebih mengenal buah sukun dengan sebutan breadfruit atau ‘buah roti’ karena teksturnya yang dianggap menyerupai roti setelah dimasak.

Sedangkan menurut jurnal yang dipublikasi oleh Kementerian Pertanian, salah satu produk turunannya dalam bentuk tepung (tepung sukun), sangat potensial untuk menjadi alternatif pangan pengganti beras.

Bukan tanpa alasan, hal tersebut terbukti karena sukun mengandung mineral serta vitamin yang lebih banyak dan lengkap, serta kandungan serat yang lebih tinggi. Meski begitu, tingkat kalori dalam sukun diketahui lebih rendah, sehingga membuatnya cocok dijadikan sebagai makanan diet.

  Inovasi berkelanjutan dalam upaya menjaga ketahanan pangan

2. Melindungi jantung dengan daun sukun

Tidak hanya memiliki potensi sebagai sumber pangan atau makanan pokok, bagian lain dari buah sukun yakni daunnya ternyata juga memiliki potensi unggul untuk dikembangkan menjadi obat pencegah penyakit jantung.

Secara tradisional, daun sukun telah dipakai untuk mengobati penyakit hati, inflamasi, jantung, dan ginjal. Sementara itu LIPI sendiri diketahui telah melakukan penelitian dan pengembangan sukun sebagai obat sejak lama, dan pada tahun 2004 buah satu ini mulai dilirik untuk obat pencegah penyakit kardiovaskular.

Dari hasil penelitian yang diperoleh, disimpulkan jika ekstrak daun sukun mengandung flavonoid dan sitosterol yang berkhasiat untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah. Khasiat tersebut didapat berkat kemampuan kandungan daun sukun dalam menghambat akumulasi kolestrol pada dinding pembuluh darah.

3. Sanggup bertahan dari ancaman iklim

Di lain sisi, faktor yang membuat sukun diunggulkan sebagai sumber pangan alternatif pengganti beras di masa depan, adalah karena penemuan dari para peneliti yang mengungkap bahwa pohon dari buah satu ini jadi salah satu jenis tanaman yang sanggup bertahan di tengah ancaman perubahan iklim, berupa suhu bumi yang diprediksi akan semakin memanas.

  Dampak El Nino, beberapa distrik di Papua alami kedaruratan pangan

Mengutip New Scientist, beberapa ilmuwan di Chicago Botanic Garden disebut telah melakukan model prediksi iklim dalam beberapa dekade ke depan. Hasilnya, dari prediksi perubahan iklim yang ada disimpulkan kalau tanaman atau pohon sukun terlihat masih akan tumbuh dengan baik sampai dengan tahun 2060-2080.

Menurut mereka, pohon sukun tidak akan terpengaruh dengan situasi alam yang mengalami perubahan. Hal tersebut penting karena berdasarkan sejumlah penelitan, beberapa tanaman pokok seperti padi/beras diprediksi akan sangat terpukul bahkan terancam keberadaannya akibat kenaikan suhu dan perubahan cuaca yang ekstrem.

Masih menurut sumber yang sama, disebutkan bahwa sukun sebenarnya merupakan satu dari sekian banyak tanaman pangan yang sekarang masih minim dikenal sebagai komoditas unggul, buah satu ini masih terabaikan dan kurang dimanfaatkan dengan baik. Padahal, sukun dan tanaman serupa lainnya memiliki potensi untuk mempertahankan ketahanan pangan global di masa depan.

Foto:

  • Flickr (ariff kajang, mk.carrol, The Greenscape Group, Palmtreefreak)

Artikel Terkait

Terbaru

Humanis

Lingkungan

Berdaya

Jelajah

Naradata