Umbi Gembili, makanan alternatif untuk masa depan dari Indonesia

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Umbi Gembili I Flickr.com
Umbi Gembili I Flickr.com

Gembili merupakan jenis tumbuhan yang berbuah di bawah tanah. Umbi gembili menyerupai ubi jalar dengan ukuran sebesar kepalan tangan orang dewasa, berwarna cokelat muda dan berkulit tipis. Gembili dapat menjadi pilihan sebagai makanan pokok masyarakat yang daerahnya bukan penghasil padi atau beras.

Kebudayaan masyarakat Papua dalam memanfaatkan gembili sebagai makanan pokok bisa menjadi pembelajaran bahwa tanaman umbi-umbian ini akan menjadi pangan alternatif Indonesia pada masa depan. Hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya penelitian tentang gembili di Papua dan tempat lainnya di Indonesia.

Lalu bagaimana peran gembili sebagai makanan pokok masyarakat Papua? Apakah ada nilai sejarah dan filosofinya sehingga dipertahankan hingga kini? Kemudian bisakah gembili menjadi pengganti nasi? Berikut uraiannya:

1. Gembili yang jadi andalan

Umbi gembili (bibit bunga)

Masyarakat Papua sudah terkenal memiliki beragam makanan pokok selain beras. Mulai dari sagu hingga beragam jenis umbi, salah satunya adalah gembili (Dioscorea esculenta). Makanan pokok yang memiliki nilai kultural dan spritual, khususnya bagi masyarakat adat Yanume, di kampung Yanggandur Kabupaten Merauke, serta masyarakat adat Kemtuk Gresi di Namblong, Sentani, Kabupaten Jayapura.

  Jelajah Pulau Rambut, memotret spesies burung air dari penjuru Asia dan Australia

Gembili merupakan jenis tumbuhan yang berbuah di bawah tanah. Jenis umbi ini tumbuh merambat dan dapat mencapai tinggi antara 3-5 meter dengan daun berwarna hijau dan batang berduri di sekitar umbi, juga memiliki duri berwarna hitam. Umbi gembili menyerupai ubi jalar dengan ukuran sebesar kepalan tangan orang dewasa, berwarna cokelat muda dan berkulit tipis.

Penelitian tentang gembili diterbitkan dalam Jurnal Pangan dan Agroindustri yang ditulis oleh Aditya Yoga Prabowo, Teti Estiasih dan Indra Purwantiningrum. Dalam jurnal itu dijelaskan bahwa kegunaan utama gembili adalah sebagai pangan yang tinggi karbohidrat dan biasa dikonsumsi di wilayah tropis.

Memiliki ukuran yang relatif kecil dan permukaan lunak, gembili dapat dikukus tanpa dikupas terlebih dahulu. Karena keunggulannya yang mudah dicerna ini, gembili bisa diolah menjadi produk tinggi karbohidrat lainnya, seperti keripik. Sementara bila ditepungkan, bisa menjadi produk seperti kue, roti dan cookies.

“Hal yang terpenting dalam pengembangan produk dioscorea adalah proses pengolahan yang dirancang harus mampu mempertahankan kandungan nutrisi yang berharga,” ungkap penelitian tersebut yang disadur dari Mongabay Indonesia.

2. Belum jadi makanan penting

Umbi Gembili (Commons Wikimedia)

Meskipun di negara lain telah memiliki peranan di bidang pangan dan obat, dioscorea belum menjadi produk pangan penting bagi masyarakat Indonesia. Hal ini karena pengolahannya yang masih monoton dan belum ada upaya untuk mengkombinasikan fungsi obat dan sumber energi.

  Wilayah adat di Indonesia akan terhubung dengan sebuah sistem informasi

“Perlu upaya pengembangan dan inovasi produk pengolahan umbi gembili dengan tujuan menghasilkan makanan fungsional berbasis dioscorea,” tulis Prabowo dalam penelitian yang berjudul Gembili, Bahan Pangan Mengandung Senyawa Bioaktif.

Umbi gembili memiliki kandungan gizi yang bervariasi sesuai dengan spesies dan varietasnya. Komponen terbesar adalah karbohidrat sebesar 27-37 persen. Bila ditinjau dari sifat fisiokimianya, gembili memiliki kadar protein tinggi dengan viskositas rendah sehingga baik dikembangkan sebagai tepung komposit untuk produk pangan.

Gembili juga bisa menurunkan total kolesterol, kadar trigliserida, kolesterol LDL, dan kenaikan kolesterol HDL secara siginifikan karena memiliki sifat hipolipidemik. Ekstrak etanol dari gembili memiliki aktivitas anti-kanker yang berpengaruh secara signifikan terhadap siklus perkembangan sel kanker payudara.

Penelitian pre-klinik pada objek diabetes menujukan bahwa pemberian tepung gembili dapat menurunkan kadar glukosa darah atau dengan kata lain memiliki efek anti hiperglikemi.

3. Makanan masa depan

Umbi gembili (satu harapan)

Pada Buletin Plasama Nutfah terbit sebuah penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Sabda dan kolega yang menyebutkan bahwa gembili memiliki kandungan karbohidrat yang hampir sama atau lebih dari kandungan padi atau nasi.

  Salak, buah yang bisa dinikmati dari kulit sampai ke biji

Bila nasi mengandung karbohidrat sekitar 28 persen, umbi gembili mengandung 22,5 persen. Artinya, ketika nasi dijadikan sebagai makanan pokok karena mengandung unsur kaborhidrat sebagai sumber energi, Gembili yang juga mengandung unsur karbohidrat bisa menjadi pilihan atau alternatif makanan pokok.

“Untuk masa depan, ketergantungan terhadap nasi diharapkan dapat dikurangi karena kandungan karbohidrat keduanya hampir sama. Potensi gembili sebagai pangan alternatif perlu lebih disosialisasikan dan dibudayakan oleh masyarakat Indonesia, khususnya di Papua yang bukan merupakan penghasil padi,” tulis para peneliti.

Kegiatan promosi dan sosialisasi harus menjadi prioritas sehingga menjadikan Provinsi Papua berdaulat secara pangan dengan umbi-umbian lokal, khususnya gembili yang bisa menjadi primadona makanan pokok. Pangan lokal pun diharapkan bisa menjadi tumpuan atau penyangga ketahanan pangan di tingkat regional maupun nasional.

Foto:

  • Flickr
  • Bibit Bunga
  • Commons Wikimedia
  • Satu harapan

Artikel Terkait