3 negara ini punya tradisi tanam pohon untuk menyambut kelahiran bayi

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Ilustrasi tanam pohon (Akil Mazumder/Pexels)

Kelahiran bayi tentu merupakan salah satu momen istimewa sekaligus membahagiakan bagi sebagian besar orang, terutama para orang tua. Bukan hanya sebatas meneruskan garis keturunan, setiap bayi yang lahir juga menandakan hadirnya kehidupan baru yang diharapkan dapat memberi pengaruh positif bagi berbagai hal di sekitarnya, termasuk lingkungan.

Bicara soal lingkungan, filosofi atau pandangan tersebut sebenarnya bisa dibilang hampir sama dengan kehadiran setiap satu bibit pohon baru yang hadir di bumi ini, di mana pohon juga dianggap sebagai simbol akan awal dari kehidupan baru.

Menariknya, di beberapa negara pandangan tersebut ternyata diimplementasikan secara beriringan. Maksudnya, ada sejumlah wilayah di beberapa negara yang memiliki tradisi untuk melakukan penanaman pohon setiap ada kelahiran seorang bayi tertentu.

Pelasanaan, ketentuan, dan maknanya pun beragam, ada yang ditanam dengan plasenta atau ari-ari bayi, pemilihan pohon sesuai dengan karakteristik yang diharapkan, bahkan ketentuan jumlah pohon yang ditanam untuk setiap kelahiran bayi dengan jenis kelamin tertentu.

Negara mana saja yang punya tradisi unik tersebut? Berikut di antaranya.

  Pekalongan Raya yang terancam tenggelam pada 2023, apa yang perlu dilakukan?

1. Seorang bayi sama dengan 111 pohon

Tradisi tanam pohon untuk anak perempuan di India ( McKay Savage/Wikimedia Commons)

Salah satu tradisi yang paling disorot dari contoh penanaman pohon setiap lahirnya seorang bayi berasal dari India, tepatnya di sebuah desa kecil bernama Piplantri, yang berada di distrik Rajsamand, Negara Bagian Rajasthan.

Desa ini punya tradisi yang mewajibkan penduduknya untuk menanam pohon saat seorang bayi perempuan lahir. Tak tanggung-tanggung, jumlah pohon yang ditanam bukan cuma 1 melainkan 111 bibit pohon, hal itu dilakukan sebagai bentuk rasa syukur mereka karena penduduk desa tersebut bertambah.

Tentu tradisi tersebut memberikan dampak yang sangat berarti bagi lingkungan, tapi bagaimana awal mula kebiasaan ini hadir dan bisa terus dilakukan oleh penduduk sekitar sampai saat ini?

Mengutip The Guardian, tradisi tersebut pertama kali digagas oleh Shyam Sundar Paliwal selaku mantan Kepala Desa Piplantri, awalnya putri Paliwal diketahui meninggal meninggal di usia 16 tahun, ia lalu menanam sebuah pohon untuk menghormati putrinya sebagai simbol duka cita yang mendalam.

Sejak saat itu, tradisi menanam 111 pohon dilakukan untuk menyambut setiap bayi perempuan yang baru lahir. Akibat tradisi itu, Desa Piplantri memiliki hutan luas karena setiap tahunnya lebih dari 50 bayi perempuan pasti lahir. Padahal dulunya desa tersebut bisa dibilang merupakan wilayah yang gersang.

  Relawan Jawa Timur tanam 500 pohon cemara di lereng Gunung Pananggungan

2. Jenis pohon sesuai karakter anak di Rusia

Anak yang merawat pohon di Rusia (Urban Forestry/Flickr)

Lain India, lain halnya dengan tradisi yang diketahui berlaku di Rusia. Di negara yang dijuluki Beruang Putih tersebut, saat ada kelahiran satu bayi maka pada hari yang sama ayah dan kakeknya akan langsung melakukan perayaan dengan menanam pohon.

Bukan sembarangan pohon, tapi mereka harus memilih jenis pohon yang sesuai dan melambangkan karakter yang diharapkan bisa tumbuh di anak tersebut. Misal, jika mereka menginginkan anak (bayi) yang memiliki karakter cerah, biasanya mereka akan menanam pohon lemon.

Menurut kepercayaan mereka, tradisi ini tidak dilakukan begitu saja melainkan mengandung nilai-nilai yang menakjubkan, karena pohon yang ditanam dipercaya akan menjadi lambang pertumbuhan dan kekuatan si bayi.

3. Pohon, ari-ari, dan tanggung jawab masa depan di Jamaika

Ilustrasi pohon yang ditanam bersama ari-ari (Greg Alder/gregalder.com)

Satu hal yang menurut banyak orang termasuk di Indonesia sendiri ‘penting’ dari setiap kelahiran seorang bayi adalah bagian plasenta atau tali pusar dan ari-ari. Di Indonesia sendiri, pada beberapa daerah bagian ini kerap mendapat perlakuan khusus misalnya ditanam pada area depan rumah atau sesuai dengan adat dan budaya masing-masing.

  Populasi makin berkurang, benarkah masyarakat di 5 negara ini terancam punah?

Di Jamaika hal serupa nyatanya juga berlaku. Namun sedikit berbeda, karena bukan hanya ditanam sendiri, plasenta atau ari-ari bayi ditanam beserta sebuah bibit pohon. Bukan cuma itu, lokasi dari penanaman plasenta juga tidak bisa di sembarang tempat, melainkan harus ditanam pada lokasi khusus yang telah dipilih oleh keluarga.

Nantinya, pihak kerabat atau saudara akan menjadi pihak yang membawa bibit pohon. Tidak berhenti sampai di situ, sang anak pemilik plasenta diketahui juga wajib merawat pohon tersebut saat dirinya sudah besar kelak.

Hal itu dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab yang diberikan kepada mereka untuk merawat bumi.

Artikel Terkait