Berikut 5 sebab, kenapa wilayah ini dinamakan Pondok Kopi

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Ilustrasi kebun kopi | @alexan888 (shutterstock)

Sejak 1000 SM, kopi mulai dikenal dan digunakan oleh manusia. Tercatat penyebaran kopi sudah mulai sejak 1400 M yang diperkenalkan oleh bangsa Arab.

Pada tahun 1658 M, bangsa Eropa termasuk Belanda baru memperkenalkan kopi sebagai bisnis. Mereka salah satunya membawa tanaman ini ke Hindia Belanda sebagai tanah jajahan pada abad 17 M.

Kopi sebenarnya telah dikenal oleh umat Islam di Nusantara sebelum dibawa oleh Belanda. Biasanya umat Islam membawanya sebagai bingkisan ketika pulang dari ibadah haji. Tetapi, Belanda dengan nafsu keuntungan finansial membuat kopi jadi primadona di tanah air.

Berikut fakta tentang Pondok Kopi yang harus kamu tahu.

1. Perkebunan kopi pertama di Hindia Belanda

Tanama Kopi Arabika (Wikipedia)

Pada tahun 1696, Gubernur Jenderal Adrian Van Ommen mendapatkan biji kopi dari mertuanya yang bertugas di Malabar, India. Saat ditanam di kebun miliknya di sekitar Batavia dan Cirebon ternyata kopi yang dihasilkan sangat baik.

Pondok Kopi menjadi tempat pertama biji kopi dari Malabar tersebut ditanam. Memang tidak banyak yang mengetahui, karena tempat ini sekarang sudah tidak ada lagi perkebunan kopi.

Kawasan Pondok Kopi di Jakarta Timur telah menjadi kawasan modern yang dipenuhi pemukiman. Padahal jika menengok sejarahnya, nama Pondok Kopi disematkan karena di sini dijadikan perkebunan kopi.

  Potensi Kopi Gunung Puntang, mengulang kejayaan Java Preanger zaman Belanda

Gubernur Jenderal VOC Willem van Outhoorn yang pertama kali mencoba menanam bibit ini di lahan pribadinya di Pondok Kopi. Bibit kopi ini kemudian tumbuh subur dan menghasilkan buah yang bisa dipanen. Biji kopi dari hasil panen pertama kebun ini kemudian dibawa ke Hortus Botanicus Amsterdam.

Namun, penanaman kopi di kawasan Pondok Kopi ternyata tidak berjalan mulus, akibat adanya banjir yang merusak tanaman. Karena itu, pada tahun 1699, penanaman bibit ini kembali dilakukan tetapi diperluas ke wilayah Jawa Barat (Jabar).

2. Penampung kopi berkualitas dari Jawa

Pengolahan kopi (Wikipedia)

Hasil penelitian para biolog di Hortus Botanicus Amsterdam dibuat kagum dengan kualitas kopi Jawa. Karena itu
pasca uji coba, perkebunan kopi semakin meluas dan menjelajah ke banyak daerah di Indonesia.

Kopi Jawa disebut memiliki kualitas dan cita rasa yang unik sehingga berbeda dengan rasa kopi yang pernah mereka rasakan. Karena itulah, para ilmuan mulai mengirim contoh kopi Jawa ke berbagai kebun raya yang ada di Eropa.

  Kenikmatan kopi Flores yang bawa kesejahteraan petani Manggarai

“Seiring berjalannya waktu, istilah a Cup of Java muncul di dunia barat, hal ini mengesankan kopi Indonesia identik dengan Kopi Jawa, meskipun masih terdapat kopi nikmat lainnya seperti kopi Sumatera dan kopi Sulawesi. Kopi yang ditanam di Pulau Jawa pada umumnya adalah kopi Arabika,” tulis akun twitter @penangkar_benih.

Sejarah berkembang perkebunan kopi di Hindia Belanda memang karena tanahnya subur. Karena itulah, di Hindia Belanda semua kopi yang ditanam di dataran tinggi tumbuh dengan subur.

Segera setelah merasakan bagusnya hasil kopi di Jawa, Belanda segera memberlakukan kebijakan yang memaksa untuk menanam kopi. Para petani dipaksa menanam kopi dan hasilnya harus dijual kepada V.O.C. dengan harga yang sangat rendah.

Pada era tanam paksa ini, membuat Belanda bisa mendapatkan keuntungan dan menguasai perdagangan kopi selama lebih dari dua abad. Tetapi hal ini memberikan dampak kepada para petani yang hanya mendapatkan pahitnya tanaman kopi.

3. Gambaran penderitaan kolonialisme

Petani kopi (Wikipedia)

Komoditas pertanian, salah satunya kopi layaknya telur emas bagi kolonialisme Belanda. Tanpa adanya faktor kesuburan tanah di Hindia Belanda, mereka tentu akan sulit menandingi dominasi spanyol di Eropa.

  Ini dia 5 Provinsi penghasil kopi terbesar di Indonesia

Hal sebaliknya, tanpa adanya penjajahan Belanda, tak mungkin kita merasakan tanam paksa (cultuurstelsel) yang merombak pondasi sosial masyarakat. Begitulah kopi hadir, tapi kental dengan cerita dan pahit seperti ingatan tanam paksa. Para petani di Priangan begitu menderita.

Mereka bukan saja dipaksa menanam kopi, tetapi juga mengantar hasil panennya ke gudang-gudang VOC dan menerima berapa pun harga yang ditentukan oleh VOC.

“Seorang pemilik kebun kopi swasta mengatakan bahwa ketika panen, semua orang dikerahkan untuk memetik panen kopi. Perempuan, anak-anak bahkan orang lanjut usia dikerahkan untuk memetik hasil panen,” ucap Beggy Rizkiansyah, Penulis Sejarah dan Akitvis Jejak Islam untuk Bangsa (JIB) mengutip Republika.

Menurut catatan, pada tahun 1721 sekitar 90 persen kopi yang didagangkan di Amsterdam berasal dari Mocha, Yaman. Namun lima tahun kemudian, Jawa telah menjadi produsen utama kopi bagi Belanda.

“Sebanyak 90 persen berasal kopi yang didagangkan VOC berasal dari Jawa. Begitu terkenalnya kopi dari Jawa sehingga ‘Jawa’ menjadi istilah pengganti kata kopi. (Steven Topik: 2004) “A Cup of Java.” Begitu istilah yang dikenal saat itu,” jelasnya.

Foto:

  • Dari berbagai sumber

Artikel Terkait

Terbaru

Humanis

Lingkungan

Berdaya

Jelajah

Naradata