Kawasan hutan lebat Gunung Batukaru di Kabupaten Tabanan adalah habitat sejumlah satwa dan tumbuhan liar di Bali karena masih dilindungi dan disakralkan masyarakat setempat. Berkah lainnya adalah sumber air panas di hulu yang dimanfaatkan warga setiap hari dan menjadi tempat tujuan wisata, selain kawasan Jatiluwih.
Air panas Belulang dan Angseri adalah dua area pemandian untuk publik yang dikelola warga setempat, airnya nyaris tak pernah surut. Gunung ini merupakan tertinggi kedua seelah Gunung Agung dan menjadi lokasi pelepasliaran sejumlah binatang yang dilindungi.
Lalu bagaimana nilai kesakralan Gunung Batukaru? Dan berkah apa saja yang didapatkan oleh masyarakat setempat? Berikut uraiannya:
1. Gunung Batukaru

Komunitas pendaki gunung, Merbabu.com, mencatat Gunung Batukaru merupakan rute perjalanan batuan vulkanik yang mencakup lima gunung di Bali, tiga di antaranya tingginya lebih dari 2.000 meter. Kebanyakan tertutup oleh hutan belantara.
Gunung-gunung ini disebut mempunyai tiga danau kawah, dan beberapa sumber air panas. Puncak Gunung tertingginya adalah Gunung Batukaru. Gunung ini memiliki ketinggian 2.276 Mdpl dan sudah tidak aktif, sehingga tidak akan terjadi erupsi.
Gunung ini adalah gunung tertinggi ke dua di Bali setelah Gunung Agung. Bedanya dengan Gunung Agung, Batukaru masih terjaga kelebatan hutannya. Karena itu menjadi lokasi untuk pelepasliaran sejumlah binatang yang dilindungi dari hasil sitaan atau pasca rehabilitasi.
Pura Luhur Batukaru ada di sebelah selatan lereng gunung pada ketinggian 1.300 mdpl. Pendakian ke puncak Batukaru bisa dimulai dari pura dan membutuhkan waktu sekitar 5-6 jam. Pendaki sering bermalam di dekat puncak gunung, sementara kelebatan hutan bisa membuat jalan setapak tak terlihat.
“Karena lokasinya yang susah dijangkau, pura ini jarang dikunjungi wisatawan. Dampaknya, lingkungan sekitar terjaga dan disakralkan,” tulis Luh De Suriyani dalam Menikmati Berkah Air Panas dan Eksotisnya Hutan Gunung Batukaru yang dimuat Mongabay Indonesia.
2. Berkah air panas

Seorang anak memapah ayahnya usai menikmati Air Panas Belulang di Desa Mangesta, Penebel, Tabanan. Dirinya mengaku ayahnya rutin datang ke tempat tersebut untuk mengurangi sakit. Karena kondisi lantai cukup licin, pengunjung meski hati-hati saat menuju ruang ganti.
Air panas ini bersumber dari dalam Pura Batu Panas yang persis di atas pancuran. Warga menyakini sumber air panas itu ada di halaman pura itu yang mendapatkan berkah dari aliran air panas bumi Gunung Batukaru. Pancuran ini terus menjatuhkan air tanpa henti.
“Suhu panasnya stabil, cukup panas ketika mengenai kulit untuk pertama kali sampai beberapa menit kemudian suhu tubuh sudah beradaptasi,” jelas Luh merasakan sensasi mandi air panas.
Selain pemandian air panas, pengunjung juga akan diberikan pemandangan indah sawah. Akan terlihat sekelompok petani sedang nigtig – cara tradisional memanen padi – menghentakkan padi ke sebuah kayu agar bulir-bulir lepas dari tangkainya.
Selain itu, perjalanan menuju Belulang bisa dinikmati. Sepanjang perjalanan adalah pemandangan sawah hingga tiba di lokasi air panas. Karena berada satu area dengan pura, Areal parkir cukup luas dengan akses logistik yang mudah. Ditambah banyak warung-warung yang menjual aneka hasil Kelompok Tani Wanita.
3. Air panas Angseri

Sekitar 16 km ke arah utara dari air panas Belulang juga terdapat air panas Angseri. Menurut Luh, Angseri memberikan pengalaman lebih lengkap dalam menikmati air panas. Selain kolam dan pancuran, pengelolanya juga menyediakan kolam-kolam kecil dalam ruang tertutup.
Kolamnya berlantai semen, dan perlu biaya tambahan jika hendak memanfaatkannya. Sekitar Rp30.000/jam. Sementara kolam umum lainnya gratis, hanya membayar tiket masuk Rp15.000/orang. Kolam privat ini cukup banyak dipesan karena berendam tanpa dilihat orang lain.
Luh menjelaskan suasana sekitar air panas Angseri dibiarkan alami dengan tutupan rimbun bambu, pepohonan buah, palem, dan lainnya. Perjalanan menuju lokasi, ungkapnya sangat menyenangkan. Hal ini karena akan melewati perkampungan di kaki gunung.
“Ketika tiba di parkiran, disambut patung manusia sedang berbincang dengan monyet. Patung perlambang tokoh spritual ini menunjuk ke arah gunung,” terangnya.