Fenomena alam tak biasa terjadi di pegunungan wilayah Mekkah Arab Saudi. Terlihat dari video yang beredar di mana tanah Arab yang biasanya kering dan gersang kini menjadi hijau subur setelah hujan lebat.
Sejumlah warganet mengaitkan fenomena alam itu dengan kiamat sudah dekat. Tetapi menurut beberapa penelitian, selain karena faktor hujan, para ahli juga menyebut tumbuhnya tanaman hijau ini karena dibantu modifikasi teknologi.
Lalu bagaimana sebenarnya fenomena ini? Dan benarkah ada penjelasan ilmiahnya? Berikut uraiannya:
1. Arab Saudi menghijau

Fenomena alam tak biasa terjadi di pegunungan wilayah Mekkah Arab Saudi. Terlihat dari video yang beredar di mana tanah Arab yang biasanya kering dan gersang kini menjadi hijau subur setelah hujan lebat.
Pemandangan pegunungan di Arab Saudi yang menghijau tersebut dibagikan oleh akun Twitter resmi wilayah Mekkah. Setelah melihat hal tersebut, postingan ini sudah mengumpulkan ratusan ribu penayangan di media sosial.
“Orang-orang Saudi menanggapi dengan gambar dan video mereka sendiri tentang tanaman hijau yang mengesankan, yang telah menyebar ke daerah lain, termasuk kegubernuran Laith, Taif, dan Jeddah,” tulis The New Arab yang dinukil dari Liputan6.
Fenomena tersebut pun disambut oleh masyarakat Arab Saudi dan dunia. Tidak sedikit dari mereka yang mengungkap kekaguman di media sosial. Selain itu, hal ini merupakan bentuk keajaiban dari alam.
“Sebuah lembah tanpa budidaya, dan terima kasih kepada Tuhan bumi dan langit, gunung-gunung di sekitarnya menjadi hijau dan gembira, segala puji bagi Tuhan kami,” tulis pengguna Twitter, Ahmad Al-Assaf.
Namun sejumlah warganet mengaitkan fenomena alam itu dengan kiamat sudah dekat. Hal ini seperti cuitan @fiqah_yasin yang menyebut fenomena ini sebagai pertanda baik untuk alam, tetapi pertanda buruk untuk umat Muslim.
“Makkah menjadi hijau indahnya Masya Allah saya tidak bohong, tapi juga bukan pertanda baik. Bagus untuk alam, tidak begitu bagus untuk Muslim yang beriman. Lakukanlah ibadah yang terbaik. Semoga Allah melindungi kita,” ujarnya.
2. Curah hujan tinggi

Menukil dari The Islamic Information yang dimuat Detik, fenomena ini terjadi karena aktivitas curah hujan tinggi di Arab Saudi sejak Desember 2022. Curah hujan itu terjadi dengan kecepatan yang sama dan hampir terus-menerus dalam durasi panjang.
“Karena itulah, beberapa daerah, terutama di wilayah barat Arab Saudi, tertutup tanaman hijau,” tulis laman tersebut.
Hal ini juga senada dengan blog lokal Saudi, Haramain Sharifain yang menyebut terjadinya fenomena pegunungan Mekkah yang menghijau diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi akibat adanya upper depression atau depresi lapisan atas pada sudut tak biasa.
“Depresi merupakan sistem tekanan rendah yang terjadi ketika cuaca didominasi kondisi tidak stabil,” paparnya.
Selain faktor hujan, para ahli juga menyebut tumbuhnya tanaman hijau di daerah gurun bisa dibantu modifikasi teknologi. Sebuah studi pada tahun 2018 menjelaskan adanya penggunaan PLTS dan PLTB dalam jumlah besar yang bisa membantu penghijauan gurun.
Para peneliti memanfaatkan efek PLTS dan PLTB yang dapat meningkatkan panas dan kelembapan di area wilayah Gurun Sahara yang mempengaruhi potensi tumbuhnya tanaman di sekitarnya.
“Peningkatan curah hujan ini, pada gilirannya mengarah pada peningkatan tutupan vegetasi, menciptakan siklus yang positif,” kata Yan Li, co lead peneliti studi yang juga seorang peneliti postdoctoral bidang sumber daya alam dan ilmu lingkungan di University of Illinois, yang dinukil Live Science.
3. Gurun menghijau tidak mustahil

Dilansir dari National Geographic, banyak tumbuhan gurun yang bersifat semusim. Benihnya kemungkinan tidak aktif selama bertahun-tahun selama musim kering yang panjang. Karena itu ketika hujan datang, benih itu bertunas dengan cepat.
“Ketika hujan akhirnya datang. Benih-benih itu bertunas dengan cepat. Tumbuhan tumbuh, mekar, menghasilkan benih baru, dan mati, seringkali dalam waktu singkat. Hujan deras dapat mengubah gurun menjadi negeri ajaib berbunga hampir dalam semalam,” papar dalam laman tersebut.
Sementara itu curah hujan yang meningkat di wilayah Saudi tersebut diakibatkan perubahan iklim. Beberapa waktu lalu, wilayah Saudi bahkan dilanda banjir karena hujan yang turun sangat deras.
Dalam studi berjudul Future temperature in southwest Asia projected to exceed a threshold for human adaptability yang diterbitkan di jurnal bergengsi Nature pada 2015 memproyeksikan temperatur tersebut untuk periode 2071 hingga 2100 karena perubahan iklim global.
“Kami memproyeksikan menggunakan simulasi model iklim regional beresolusi tinggi yang ekstrim bahwa suku wet-bulb di wilayah di sekitar Teluk Arab cenderung mendekati dan melebihi ambang kritis ini di bawah skenario konsentrasi gas rumah kaca standar di masa depan,” kata peneliti.
“Hasil studi kami mengungkap titik-titik panas regional tertentu bahwa perubahan iklim, dengan ketiadaan mitigasi yang signifikan, kemungkinan akan berdampak parah (terhadap layak huni atau tidaknya manusia di masa depan,” lanjutnya.