Pada Hari Bumi Sedunia yang jatuh setiap tanggal 22 April setiap tahunnya, kita tidak dapat menghindari untuk membicarakan tentang masalah pemanasan global atau peningkatan suhu bumi.
Pemanasan global adalah perubahan iklim yang terjadi akibat peningkatan suhu rata-rata permukaan Bumi akibat gas-gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan oleh aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi.
Menurut laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), suhu global Bumi terus meningkat dari tahun ke tahun.
Bahkan data NASA menunjukkan bahwa 2020 adalah tahun terpanas kedua dalam catatan sejarah, setelah 2016, dengan suhu rata-rata global mencapai 1,02 derajat Celsius di atas rata-rata era praindustri. Fenomena pemanasan global ini mengakibatkan perubahan yang signifikan pada lingkungan dan kehidupan manusia.
Bahkan pada tahun ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa hampir sebagian besar negara-negara di Asia Selatan terdampak gelombang panas atau heatwave sejak minggu ke-3 April 2023.
Heatwave merupakan periode cuaca atau suhu panas yang tidak biasa yang biasanya berlangsung selama lima hari berturut-turut atau lebih sesuai batasan Badan Meteorologi Dunia (WMO). lain itu, fenomena itu juga disertai kelembapan udara yang tinggi.
BMKG menilai, suatu lokasi harus mencatat suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik untuk dianggap statusnya sebagai gelombang panas.
Secara klimatologis, suhu panas bulan April di wilayah Asia terjadi karena pengaruh gerak semu matahari. Akan tetapi BMKG juga menyebut bahwa lonjakan panas di wilayah sub-kontinen Asia Selatan, kawasan Indocina dan Asia Timur pada 2023 termasuk yang paling signifikan karena beberapa kondisi.
Negara dengan suhu panas ekstrem pada April 2023

Berdasarkan data yang dihimpun BMKG dari layanan informasi cuaca Ogimet, berikut suhu terpanas di Asia pada periode 14-20 April 2023:
- Chauk, Myanmar (14 April 2023): 44,8 derajat celcius,
- Tak, Thailand (15 April 2023): 44,6 derajat celcius,
- Kumarkhali, Bangladesh (17 April 2023): 51,2 derajat celcius,
- Prayagraj/Ghoopur, India (17 April 2023): 44,6 derajat celcius,
- Prayagraj/Ghoopur, India (18 April 2023): 44,6 derajat celcius
- Bundi, India (18 April 2023): 45,2 derajat celcius,
- Chauk, Myanmar (18 April 2023): 45,3 derajat celcius,
- Chauk, Myanmar (19 April 2023): 45 derajat celcius,
- Nyaung-U, Myanmar (19 April 2023): 45 derajat celcius,
- Chauk, Myanmar (20 April 2023): 45,5 derajat celcius.
Sementara itu di Indonesia yang memiliki suhu terpanas pada periode tersebut adalah Ciputat, Tangerang Selatan. Wilayah itu tercatat memiliki suhu 37,2 derajat celcius pada 17 April 2023.
Meski demikian, menurut BMKG, Indonesia tidak termasuk daerah yang terkena gelombang panas Asia 2023. Alasannya, suhu panas di wilayah Indonesia tidak memenuhi definisi gelombang panas yang ditetapkan WMO.
Efek pemanasan global

Beberapa efek yang terjadi akibat pemanasan global antara lain peningkatan suhu udara, peningkatan suhu permukaan laut, naiknya permukaan laut, peningkatan intensitas cuaca ekstrem, dan peningkatan risiko kebakaran hutan.
Hal ini berdampak pada kesehatan manusia, lingkungan, dan keberlangsungan hidup makhluk atau ekosistem hidup lainnya di Bumi.
Peningkatan suhu global juga memicu terjadinya perubahan iklim. Perubahan iklim ini dapat mengakibatkan dampak negatif yang sangat besar pada lingkungan, seperti banjir, kekeringan, naiknya permukaan laut, dan bencana alam lainnya.
Oleh karena itu, Hari Bumi Sedunia dapat dijadikan momentum untuk meningkatkan kesadaran dan tindakan dalam mengurangi dampak negatif dari pemanasan global. Kita perlu mengambil tindakan nyata dalam mencegah kerusakan lingkungan dan menjaga keberlanjutan planet Bumi.
Dalam rangka menjaga keberlanjutan planet Bumi, kita perlu mengambil tindakan yang positif dan terukur untuk mengurangi dampak negatif kegiatan manusia pada lingkungan.
Upaya yang harus dilakukan

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak pemanasan global antara lain mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, meningkatkan efisiensi energi, memperbanyak penggunaan energi terbarukan seperti energi surya dan angin.
Lain itu harus ada upaya juga untuk mengurangi emisi GRK dari industri dan kendaraan, menghijaukan kota, dan memperbanyak penghijauan dan penanaman pohon.
Dalam rangka mengatasi masalah pemanasan global, seluruh komunitas global perlu bersatu dan bahu-membahu mengambil tindakan nyata dan terukur untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengurangi dampak negatif dari pemanasan global.
Pendek kata, kita perlu mengimplementasikan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam kegiatan sehari-hari, seperti memilih produk ramah lingkungan, mengurangi limbah plastik, mendukung pertanian berkelanjutan, dan menjaga keberagaman hayati.
Selain itu, pendidikan dan kesadaran masyarakat juga merupakan kunci dalam mengatasi masalah pemanasan global. Pendidikan lingkungan sejak dini di sekolah juga dapat meningkatkan kesadaran generasi muda tentang pentingnya menjaga keberlanjutan planet Bumi.
Pemerintah juga berperan penting dalam mengatasi masalah pemanasan global dengan mengambil tindakan untuk memperketat regulasi dan pengawasan terhadap industri yang menyebabkan emisi gas rumah kaca, serta memberikan insentif dan dukungan untuk memperbanyak penggunaan energi terbarukan, seperti energi surya dan angin.