Keindahan Pulau Derawan yang terancam hilang akibat abrasi

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Keindahan perairan Pulau derawan (Elvian Barus/Flickr)

Bukan hanya Bali atau Lombok yang memiliki keindahan panorama alam dan menjadi destinasi wisata laut favorit. Di wilayah Kalimantan tepatnya Kalimantan Timur, terdapat satu lokasi yang memiliki destinasi wisata bahari tak kalah indah, yakni Pulau Derawan.

Berada di Kabupaten Berau, Derawan menjadi lokasi taman laut yang diminati wisatawan mancanegara, terutama para penyelam kelas dunia. Secara spesifik, sebenarnya Derawan sendiri merupakan salah satu pulau yang membentuk gugus Kepulauan Derawan.

Masih ada tiga pulau lain yang tak kalah memukau di Kepulauan Derawan, yakni Pulau Maratua, Sangalaki, dan Kakaban. Pulau-pulau ini terkenal sebagai tempat ditemuinya satwa laut langka penyu hijau dan penyu sisik.

Sayangnya terlepas dari keunggulan yang dimiliki, keindahan Pulau Derawan terancam hilang dan tenggelam. Apa penyebabnya?

1. Ancaman abrasi

abrasi Pulau Derawan (Syaifuddin Zuhrie/Liputan6.com)

Memiliki keindahan pasir putih dan pemandangan bawah laut, nyatanya abrasi di Pulau Derawan telah terjadi selama dua dekade terakhir. Mengutip pemberitaan iNews Kaltim, tercatat jika dalam kurun waktu tersebut, setidaknya 5 hektare luas pantai Derawan telah hilang tersapu abrasi.

  3 potret sungai terbersih yang ada di Indonesia

Berdasarkan data konservasi Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Berau, pada tahun 2010 Pulau Derawan memiliki lahan sekitar 38 hektare. Namun kini, luasnya berkurang menjadi 34 hektare.

Kenyataan pahit tersebut kian terbukti, dengan lenyapnya sejumlah fasilitas publik yang pernah ada di masa kejayaan dan diandalkan. Fasilitas yang dimaksud terdiri dari lima resort, pendopo milik Pemkab Berau, bahkan venue olahraga voli PON Kaltim pada tahun 2008.

Jika dibiarkan, tidak menutup kemungkinan lima tahun mendatang Pulau Derawan sudah tidak memiliki pantai indah lagi. Sementara itu di masa depan, bukan tidak mungkin pulau ini akan tenggelam lebih luas.

2. Bangunan yang menyalahi aturan

Bangunan di atas laut pulau derawan (Tamas Brunner/Flickr)

Disebutkan jika sejak tahun 2000, garis pantai Pulau Derawan sudah mundur lebih dari 15 meter. Maka jika diasumsikan, rata-rata pulau tersebut kehilangan pantai kurang lebih satu meter setiap tahunnya.

Sementara itu di saat bersamaan, fasilitas wisata berupa penginapan di atas air laut sejak beberapa tahun terakhir memang cukup populer. Sayangnya, hotel dan penginapan yang dibangun melewati batas pantai justru diyakini mengakibatkan abrasi semakin meluas.

  Pembangunan IKN dicemaskan rusak kantong sebaran orangutan, ini jawaban KLHK

Mapasikra selaku Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Berau menegaskan, bangunan yang berada di atas laut sebenarnya menyalahi aturan dan dapat merusak ekosistem bawah laut. Apalagi, bangunan hotel dan penginapan belum mengantongi izin sehingga dikategorikan sebagai bangunan liar.

“Abrasi bisa menjadi penyebab rusaknya ekosistem dan keindahan laut Pulau Derawan. Sirkulasi ombak dan pasir pantai tidak normal akibat bangunan di atas laut.” jelas Mapasikra, mengutip Media Indonesia.

Sementara itu berdasarkan pengematan yang dilakukan oleh enam peneliti asal ITS, rupanya ada hal lain yang menyebabkan abrasi kian cepat terjadi. Kurangnya penataan permukiman dan sistem pengelolaan lingkungan diyakini jadi salah dua alasan lain garis pantai pulau tersebut terus terkikis tiap tahunnya.

3. Penanganan yang terhambat

abrasi di Pulau Derawan (Paco Alfonso/Flickr)

Melihat kondisi yang ada, sejumlah pihak baik para pemerhati lingkungan termasuk Pemkab Berau sendiri disebut sedang merancang upaya mitigasi. Untuk jangka waktu pendek dan dilakukan dengan segera, Pemkab disebut akan menjalankan penertiban kawasan objek wisata dari bangunan liar.

Dalam kesempatan berbeda, Wakil Bupati Berau yakni Gamalis mengaku tak bisa berbuat banyak akan abrasi yang menimpa kawasan tersebut. Pasalnya, kewenangan penanganan abrasi berada di Balai Wilayah Sungai V Kalimantan Utara (Kaltara).

  awah jaring laba-laba yang jaga kedaulatan petani

“Mereka menyarankan ke Balai Wilayah Sungai V di Kaltara. Di situ lah nanti yang merealisasikan terkait rencana ini. Awalnya ini kan mau ngeblok sungai karena arus di situ deras. Itu belum sempat terealisasi karena beberapa hal,” ujarnya.

Di lain sisi, sebenarnya pemerintah setempat juga sudah merancang dan telah mengajukan pembangunan pembatas pengaman pantai. Namun entah mengapa pengajuan tersebut belum menjadi prioritas utama Kementerian PU, sehingga hanya masuk dalam stok program.

Padahal, ancaman terkikisnya garis pantai Pulau Derawan tidak dapat dikategorikan sebagai program estetika semata. Melainkan sebagai upaya pencegahan bencana yang harus disegerakan.

Artikel Terkait

Terbaru

Humanis

Lingkungan

Berdaya

Jelajah

Naradata