Menelisik Leuser, rumah besar bagi kawanan hewan dan tumbuhan di Aceh

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Kawasan Leuser (Brett Burch/Flickr)

Kawasan ekosistem Leuser, mungkin saja, inilah sepotong surga yang diciptakan Tuhan di tanah Aceh. Kawasan ini menyimpan kekayaan alam, satwa, dan pemandangan yang indah bagi para wisatawan.

Leuser menjadi rumah besar bagi satwa langka seperti gajah, harimau, siamang, badak, dan beragam jenis burung. Di hutan ini juga terdapat beragam jenis tumbuh-tumbuhan, sehingga Leuser juga disebut cagar biosfer.

Lalu bagaimana kawasan Leuser ini memiliki keindahan alam yang begitu mengagumkan? Dan bagaimana pengelolaannya saat ini? Berikut uraiannya:

1. Sepotong surga dari Aceh

Kawasan Leuser (Brett Burch/Flickr)

Kawasan ekosistem Leuser, mungkin saja, inilah sepotong surga yang diciptakan Tuhan di tanah Aceh. Kawasan ini menyimpan kekayaan alam, satwa, dan pemandangan yang indah bagi para wisatawan.

Ziva Justinek, perempuan lulusan University of Ljubljana menceritakan pengalamannya mendampingi seorang dosen yang sedang meneliti perilaku siamang di hutan Leuser. Dirinya saat itu berada tiga bulan merekam aktivitas siamang.

“Kami ingin mengetahui apakah ada perubahan sikap dan suara pada siamang yang kami perdengarkan musik,” katanya yang dimuat Kompas.

Leuser merupakan hutan tropis terbesar di Indonesia. Luas hutan ini 2,6 juta hektare serta berada di 13 kabupaten di Provinsi Aceh dan 3 kabupaten di Sumatra Utara. Selain penyedia air dan oksigen bagi manusia.

  Memperingati Hari Bahari dan Maritim Nasional, serta potensi perikanan di Indonesia

Leuser menjadi rumah besar bagi satwa langka seperti gajah, harimau, siamang, badak, dan beragam jenis burung. Di hutan ini juga terdapat beragam jenis tumbuh-tumbuhan, sehingga Leuser juga disebut cagar biosfer.

Selama sebulan berada di Kedah, Justinek sangat menikmati keindahan hutan Lueser. Hutan yang alami membuatnya betah tinggal di sana. Setiap hari dia keluar masuk hutan merekam suara siamang.

“Saya mengunjungi banyak hutan di dunia, tetapi Leuser paling indah. Saya berharap Leuser terus dipertahankan karena ini adalah paru-paru dunia,” ujar Justinek.

2. Gerbang pendakian

Monyet di kawasan Leuser (Brett Burch/Flickr)

Dusun Kedah berada di kaki Gunung Leuser. Meski tidak masuk dalam kawasan lindung, desa ini gerbang menuju ke puncak Gunung Leuser. Dari Kedah wisatawan bisa menyaksikan Gunung Leuser yang setinggi 3.403 meter di atas permukaan laut.

Pada pagi hari pemandangan khas pedesaan akan tersaji. Para petani pergi ke ladang, sawah terbentang hijau meneduhkan pandangan. Ketika petang menjelang, anak-anak akan bermain di pematang sawah.

Zulkarnaini dalam Leuser yang Meneduhkan menyatakan setiap tahun, lebih dari 1.000 wisatawan Nusantara dan asing berkunjung ke Kedah. Sebagian besar melakukan pendakian ke puncak Leuser.

  Tak banyak yang tahu, di lokasi ini sumur minyak bumi pertama Indonesia dibangun

“Ada juga yang ingin mengamati satwa liar. Dari Kedah membutuhkan waktu sekitar 13 hari pergi pulang menuju puncak Leuser,” jelasnya.

Rajali Jemali, pemilik pondok penginapan Rainforest Lodge mengatakan banyak turis asing yang kembali lagi ke Kedah setelah mereka mendaki. Puncak Leuser memang bukan puncak tertinggi di Indonesia, tetapi merupakan yang paling ekstrem.

Selain mengelola pondok penginapan, dirinya juga rutin memandu wisata melakukan pendakian ke puncak Leuser. Hingga kini hutan di Kedah pun masih terjaga, tidak ada penebangan liar.

3. Pengelolaan pariwisata

Kawasan Leuser (Brett Burch/Flickr)

Zulkarnaini menceritakan pengalamannya melakukan perjalanan dari Bener Meriah perlu menempuh jalan yang berkelok dan naik-turun gunung. Meski kepalanya sedikit pusing, pemandangan yang tersaji di kiri kanan jalan sangat menentramkan.

“Hutan lebat nan hijau yang disalup awan sangat menawan. Jika berkabut, seolah kita menggapai awan,” paparnya.

Walau begitu, menurutnya jalan menuju ke Gayo Leus, mayoritas wilayahnya rawan longsor. Ekstremnya perjalan darat menjadi salah satu penghambat wisata di Gayo Lues. Sementara penerbangan ke sana hanya dilayani pesawat perintis yang memuat penumpang 11 orang.

  Pulau Misool dan keindahan danau cinta Karawapop yang menawan

Kepala Dinas Pariwisata Gayo Lues Syafruddin mengatakan anggaran pemerintah daerah untuk pengembangan wisata berbasis alam Leuser terbatas. Pengelolaan diserahkan kepada warga agar manfaat langsung dirasakan oleh warga.

Sejumlah kegiatan besar tiap tahun digelar untuk menarik kunjungan turis. Salah satu yang menarik adalah tari saman kolosal melibatkan 12.000 penari pada Agustus 2017. Saman menjadi ciri khas atraksi wisata setempat karena tari itu lahir di Gayo Lues.

“Kalau ada bandara yang bagus, wisata Gayo Lues lebih cepat berkembang. Banyak orang mau ke sini, tetapi terkendala transportasi,” katanya.

Artikel Terkait