Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan masyarakat akan ancaman gempa bumi dan tsunami di sepanjang selatan Pulau Jawa, salah satunya di Cilacap. Dalam sejarahnya, Cilacap pernah menjadi daerah yang disapu tsunami pada 17 Juli 2016.
BMKG kemudian menyelenggarakan Sekolah Lapang Gempabumi (SLG) untuk menyiapkan masyarakat rawan bencana gempa dan tsunami untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan. Upaya mitigasi lain adalah dengan melakukan penghijauan di kawasan pesisir pantai Cilacap dengan pohon yang jadi pelindung tsunami.
Lalu bagaimana ancaman gempa dan tsunami di Cilacap? Dan apa mitigasi yang dilakukan? Berikut uraiannya:
1. Gempa dan tsunami di Cilacap

BMKG menyatakan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah berpotensi mengalami gempa berkekuatan 8,7 skala magnitudo (M) yang kemudian disusul tsunami dengan ketinggian air lebih dari 10 meter. Walau begitu, BMKG meminta masyarakat tidak khawatir dengan adanya prediksi tersebut.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut potensi itu merupakan pemodelan tsunami dengan skenario terburuk. Hal ini mengingat Cilacap merupakan daerah yang berada di garis Pantai Selatan Jawa dan menghadap langsung dengan zona tumbukan lempeng, antara lempeng Samudra Hindia dengan lempeng Eurasia.
“Dari hasil pemodelan tsunami dengan skenario terburuk, dikhawatirkan berpotensi terjadi tsunami dengan ketinggian lebih dari 10 meter di pantai Cilacap, sebagai akibat dari gempa bumi dengan kekuatan M=8,7 pada zona megathrust dalam tumbukan lempeng tersebut,” kata Dwikorita dalam situs resmi BMKG, Kamis (4/8/2022).
Dwikorita yang melihat potensi bencana itu pun lantas meminta pemerintah daerah dan masyarakat agar segera bersiap menghadapi skenario terburuk. Dirinya mewanti-wanti, perkiraan skenario terburuk bukanlah ramalan, tetapi hasil dari kajian para ahli.
2. Menjadi upaya mitigasi

Dwikorita menyatakan pihaknya belum bisa memastikan kapan waktu bencana ini akan terjadi. Dirinya menyebut hal ini karena belum ada satupun teknologi yang mampu memprediksi kapan terjadinya gempa. Karena itulah, perhitungan skenario terburuk merupakan acuan untuk mempersiapkan langkah-langkah mitigasi.
Sehingga katanya, bila terjadi gempa bumi dan tsunami, pemerintah dan masyarakat sudah mengetahui apa yang harus dilakukan. Termasuk jelasnya, kapan dan kemana mereka harus berlari untuk menyelamatkan diri secara mandiri atau berkelompok.
Menurutnya masyarakat perlu memahami apa yang harus dilakukan dan dipersiapkan ketika bencana telah datang. Sehingga bisa melakukan penyelamatan, mengenali jalur evakuasi, dan penyiapan tempat yang aman. Sehingga proses evakuasi jauh lebih mudah.
Dirinya juga meminta dukungan dari pihak swasta dan industri agar mau membantu dan terlibat dalam upaya mitigasi bencana di wilayah Cilacap. Upaya ini menurutnya bisa menjadi bagian dari sinergi penthelix dalam penanganan bencana.
“Tanpa sistem mitigasi dan peringatan dini yang andal, dampak ikutan dari gempa dan tsunami di kawasan industri berpotensi memperparah intensitas kerusakan yang diakibatkan,” lanjutnya.
3. Sekolah bencana

Dwikorita menyampaikan bahwa BMKG kini sedang bekerja sama dengan pemerintah daerah BNPB/BNPD dan multi pihak terkait, rutin menggelar Sekolah Lapangan Gempa Bumi (SLG) di titik-titik rawan gempa bumi dan tsunami di wilayah pesisir selatan Jawa.
Menurutnya hal ini penting untuk memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat dan pemangku kepentingan di daerah, dalam mengelola risiko dan bencana. Dirinya pun mengharapkan adanya dukungan dari pihak swasta.
Dalam kesempatan yang sama, Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji juga mengapresiasi dan memberi ucapan terima kasih kepada BMKG yang sudah mengadakan SLG untuk masyarakat pesisir Cilacap. SLG ini sendiri berlangsung selama 27-28 Juli 2022 dan diikuti lembaga terkait.
“Gempa dan tsunami tidak ada yang bisa memprediksi, semuanya dari Tuhan, dari Allah. Jadi mau tidak mau, suka tidak suka harus siap. Kesiapan ini harus disertai dengan edukasi melalui SLG ini,” ujar Tatto.
Pemkab Cilacap bersama BNPB, BUMN, serta institusi lainnya juga melakukan penghijauan di kawasan pesisir pantai untuk upaya mitigasi. Total ada 3,313 pohon dari berbagai jenis yang ditanam. Ada pohon seperti Palakka yang didatangkan khusus dan juga pohon cemara laut.
“Cemara laut merupakan pohon yang cocok sebagai upaya mitigasi bencana di pesisir, di antaranya adalah abrasi dan tsunami. Karena pohon tersebut memiliki cengkraman yang kuat ke tanah,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Cilacap Sri Murniyati.