Potensi dan tantangan pengelolaan sumber daya laut di Arafura

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Laut Arafura
Laut Arafura (Geoff Whalan/Flickr)

Laut Aru atau Arafura merupakan salah satu kawasan yang jadi saksi bisu dari persitiwa perjuangan Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Tapi di samping itu, kalau dilihat dari segi potensi alam, Arafura punya potensi sumber daya perairan sangat besar dibanding wilayah perairan lainnya.

Sebesar apa potensi yang ada di laut Arafura? Berikut detailnya:

1. Karakteristik Laut Arafura

(Istimewa via kkp.go.id)

Sebelum membahas mengenai potensi, tak ada salahnya untuk lebih dulu mengenal lebih dalam tentang karakteristik laut Arafura. Kawasan ini menjadi wilayah dengan potensi perikanan paling besar dibanding wilayah Indonesia lain. Kekayaan sumber daya perikanannya mencapai 2.110.053 ton.

Terletak di bagian timur Indonesia dan memiliki tingkat keunikan tinggi, lokasinya berbatasan langsung dengan Laut Banda. Lain itu sebagai lokasi bermuaranya sejumlah sungai besar di Australia dan Papua, membuat kesuburan perairan di kawasan ini juga cukup tinggi.

Memiliki luas sekitar 650 ribu kilometer persegi dan kedalaman maksimal mencapai 3,68 kilometer. Publikasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebut jika laut ini memiliki karakteristk lingkungan yang sangat beragam.

  Ancaman longsor mengintai 10 titik kecamatan di Jakarta

Salah satu hal menarik untuk disorot dari kawasan ini adalah mengenai ekosistem pesisirnya. Terlepas dari kedalaman maksimal, untuk bagian pesisir wilayah Arafura memiliki kedalaman tidak kurang dari 100 meter. Ekosistemnya juga dipengaruhi oleh struktur dan massa jenis air laut serta perairan sekitarnya.

Salah satu jenis sumber daya perikanan yang diunggulkan dari kawasan ini adalah udang berjenis penaeid. Lain itu ada juga ikan demersal–hidup dan makan di dasar laut dan danau–yang memiliki nilai ekonomis penting.

2. Pemanfaatan sumber daya laut

Ilustrasi tangkapan ikan (Dok. KKP)

Masih menurut sumber yang sama, dijelaskan kalau aktivitas penangkapan udang di Arafura sebenarnya sudah berlangsung sejak tahun 1970. Tingkat produksi tangkapan udangnya sendiri pernah berlangsung pada tahun 1984.

Sebagai bukti besarnya potensi yang dimiliki, hasil tangkap perikanan Arafura disebut telah berkonstribusi sekitar 30 persen dari total ekspor Indonesia setiap tahunnya.

Selain udang, kekayaan sumber daya laut lain juga dimiliki dalam bentuk tuna atau cakalang. Lain itu ada pula cumi-cumi, ikan karang, ikan demersal, dan krustasea lain seperti kepiting. Komoditas tersebut yang nyatanya kerap dijadikan sasaran utama nelayan tradisional dan pengusaha perikanan skala menengah ke atas.

  5 sungai paling tercemar di dunia, salah satunya dikenal sebagai tempat lahirnya peradaban

Membahas lebih detail mengenai besaran dan jenis spesies sumber daya perikanan yang dimiliki, di Arafura setidaknya telah ditemukan sebanyak 228 spesies satwa air yang masuk kelompok sumber daya. Jenis tersebut juga di tambah dengan ikan hiu, pari, dan berbagai jenis kerang.

Dari segi persentase, kelompok ikan demersal jadi hasil tangkapan paling banyak, yakni lebih dari separuh persentase tangkapan atau sekitar 58,89 persen. Kemudian diikuti tangkapan ikan pelagis sekitar 11,36 persen, kepiting 9,88 persen, udang 7,80 persen. Sedangkan sisanya kemudian diisi oleh jenis sumber daya perikanan lain.

3. Masalah overfishing dan solusi yang dihadirkan

Meski menjadi wilayah dengan sumber daya perikanan yang melimpah, rupanya persoalan eksploitasi berlebih juga tak lepas dari kawasan Arafura. Tak heran jika masalah juga muncul berupa menipisnya sumber daya atau produksi tangkapan perikanan dari tahun ke tahun.

Ada berbagai hal yang diyakini mendorong terjadinya kondisi di atas. Salah satunya fenomena over-fishing akibat jumlah armada atau nelayan yang semakin banyak. Lain itu alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti pukat harimau, dan akibat pencemaran baik di laut secara langsung maupun di darat.

  Melacak Saranjana, kota gaib yang pernah tertulis dalam peta Belanda

Melihat situasi yang ada, sejumlah upaya pengelolaan baik di kawasan pesisir hingga laut kerap dilakukan. Upaya yang dimaksud di antaranya melakukan pendataan sistem penangkapan ikan. Pendataan tersebut dilakukan mulai dari jalur dan musim penangkapan, jumlah armada, serta kapasitas penangkapan yang dibatasi.

Selain itu, saat ini juga berlaku pengetatan untuk perizinan usaha tangkap ikan bagi perusahaan perikanan skala besar selain nelayan lokal.

 

Artikel Terkait

Terbaru

Humanis

Lingkungan

Berdaya

Jelajah

Naradata