Jumat 25 Februari 2022 pukul 08.39 WIB, gempa kuat mengguncang wilayah Kabupaten Pasaman dan Pasaman Barat, Provinsi Sumatra Barat, disertai dengan datangnya “Galodo” (banjir bandang).
Galodo ini menghanyutkan 6 orang warga yang sedang berada di palak (kebun), dam 4 dari 6 korban Galodo ini belum ditemukan sampai sekarang. Dan, galodo ini menyebabkan beberapa anak-anak di bawah umur kehilangan orang-orang tercinta.
Nur Nadia Zahra kehilangan ayah dan ibu, serta Nur Alisa Sofia kehilangan ayah pasca galodo. Pada waktu kejadian, orang tua mereka sudah berangkat ke Palak Jaguang untuk berkebun. Tiba-tiba datang gempa disusul oleh galodo yang menghanyutkan mereka.
Kedua gadih ketek renceh dari kampuang Guguang Jorong 1 Siparayo Nagari Malampah Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman ini sekarang tinggal bersama keluarga.
Anak seusia mereka sangat membutuhkan perhatian serta kasih sayang kedua orang tua. Mereka yang belum paham arti sebuah kehilangan hanya bisa tertawa dan berlari kesana kemari. Mereka akan tumbuh besar tanpa kedua orang tua.

“Tarimomkasih Kakak Relawan alah mambao Caca ka Jam gadang pai mamboli baju Rayo. Caca pai barayo bisuak di kampuang, pakai baju Rayo kambang rancak nak poi Jo Amai. Ka mari bisuak Rayo ka ya, main ka rumah caca”, kata mulut kecil selepas membeli baju lebaran ke Kota Bukittinggi bersama beberapa temen-temen penyintas lainnya di temani oleh kakak Relawan Sekolah Alam dan SalamAid.
Teman-teman yang baik, yuk kita berbagi dengan Nadia dan Alisa serta anak-anak penyintas Gempa Pasaman lainnya. Derita mereka adalah derita kita, musibah mereka adalah musibah kita.
”Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh mengaduh kesakitan, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakannya, yaitu dengan tidak bisa tidur & merasa demam.” (HR Bukhari dan Muslim).