Cerita penulis kali ini berkisah soal perjalanan hidup sepasang sahabat yang sudah lama mengharapkan momongan. 15 tahun sudah biduk rumah tangga diarunginya, namun sang istri belum menunjukan tanda kehamilan.
Oh, iya..! Sebelum melanjutkan ceritanya, izinkan penulis memperkenalkan sepasangan sahabat ini. Sang suami Idrus, sedangkan istrinya bernama Markonah.
Rumah tangga mereka tetap mesra dan harmonis. Idrus yang sabar, setia dan sayang terhadap Markonah yang memiliki sifat berbeda dengan suaminya. Tetapi mengenai pekerjaan, kedua sahabat ini luar biasa melejit–tajir kariernya. Penghasilan Idrus dan Markonah bila dikumpulkan selama 4 bulan, pulau kecil bisa dibeli oleh mereka.
Idrus dan Markonah bekerja di perusahaan asing dan tidak satu perusahan. Idrus bekerja di PT. X, sementara Markonah memiliki jabatan penting di PT C. Keduanya menjadi orang istimewa diperusahaan tersebut.
Walhasil menjadi orang istimewa di perusahaan, membuat Markonah dan Idrus sibuknya luar biasa. Bahkan Idrus pernah ditugaskan selama 3 tahun di Beijing dan tentunya lengkap dengan fasilitas serta akomodasi selama di Negeri Tirai bambu tersebut.
Begitupula dengan Markonah yang merupakan seorang insinyur teknik. Waktu serta pemikirannya dicurahkan di perusahaan tempat dia bekerja. Semua proyek pembangunan yang ada di Indonesia mulai jembatan hingga tata pembangunan kota, membuat Markonah jarang pulang juga.
Sujud syukur dan dzikir
Satu pagi di negara yang berbeda, kala itu Sinar Matahari enggan menghangatkan daratan tirai bambu. Sudah beberapa pekan ini hujan tiada berkesudahan, terus saja turun membasahi Kota Beijing dan sekitarnya.
Entah mengapa kantor pusat tempat Idrus bekerja, mendadak menegaskan Ia harus segera pulang ke Indonesia saat itu juga. Padahal kesepakatan kerja selama di China ternota sejak 2019-2023. Lagi pula baru 2 bulan lalu dia cuti pulang ke Indonesia. Bathin Idrus bertanya-tanya, pikirannya berkecamuk tak menentu.
Driver perusahaan pun mengantar Idrus, dan memacu kendaraannya membelah jalan yang mulai basah tergenang air, menuju Bandara Udara Internasional Daxing. Hujan semakin lebat saja mengguyur, seakan ditumpahkan dari langit.
Sesampainya di Jakarta di hari yang sama, Sang Mentari seakan menyambut Idrus, sinarnya terasa menyengat. Namun Idrus tidak langsung pulang ke rumahnya Ia harus menjalani Karantina selama 2 minggu, di tempat yang sudah ditentukan Pemerintah Indonesia.
Hari ketiga saat menjalani Karantina, Idrus mendapatkan kabar bahwa daerah perbatasan Beijing lumpuh terendam banjir besar yang memporak porandakan seluruh kehidupan bisnis dan industri di China.
Mendengar kabar berita di salah satu stasiun televisi ternama Idrus terkejut, sontak terpekur kaku duduk diatas springbed. Pandangannya kosong, pikirannya melayang pada waktu Ia mendapat instruksi harus pulang ke Indonesia.
Seandainya intruksi tersebut ditolaknya, kemungkinan besar Ia menjadi bagian tenaga kerja asing yang hilang digerus bencana banjir.
Lamunan Idrus buyar lantaran dikejutkan oleh bunyi selular yang berada tidak jauh dari jangkauannya, dilihat layar selularnya istri tercinta meneleponnya. Dijawabnya telpon tersebut, hingga terjadilah percakapan mesra di antara keduanya.
Setelah menutup telepon. Idrus mengambil sajadah yang masih tersimpan rapih di dalam kopernya. Lalu sajadah tersebut digelarnya. Iapun menuju wastafel untuk melakukan wudhu. Kemudian Ia kembali ketempat sajadah yang digelarnya, untuk menunaikan shalat maghrib dan sholat sunah.
Terjadilah komunikasi spiritual yang khusuk dilakukan Idrus kepada Sang Maha Kasih, sebagai ucapan rasa syukur atas semua karunia yang ada.
Keluar dari zona nyaman
Masa karantina Idrus berakhir, Ia dinyatakan sehat. Aktifitas kerja Idrus di perusahaan China yang ada di Indonesia pun dilakukan secara daring (WFH). Begitu pula yang dialami Markonah, tidak ada aktifitas bekerja di luar rumah.
Walhasil mereka lebih sering berkumpul. Mulai dari shalat berjamaah, nonton tv, saling suap-menyuapi makanan, sampai bobo siang dan bobo malam pun mereka lakukan bersama. Pokoknya banyak waktu buat Idrus dan Markonah untuk saling melepas rindu dan lebih terbuka komunikasi batinnya.
Keterbukaan mereka pun diutarakan satu sama lain, termasuk tindakan khilaf yang pernah dilakukan Markonah ketika menjalin affair dengan tenaga kerja asing, yang menjadi rekan kerjanya.
Namun kemarahan Idrus tidak sampai merusak hatinya, mendengar nada penyesalan dari wanita yang sangat dicintainya tersebut, dan tidak mengulangi lagi, Idrus pun dengan lemah lembut memaafkan istrinya, didekapnya Markonah sambil berkata.
“Aku yang minta maaf padamu sayang, karena aku lalai sebagai seorang suami. Waktuku selama ini aku habiskan dengan pekerjaan. Besok kita resign dari kantor, apa kmu setuju dengan ajakanku ini?” tanyanya.
Tanpa berkata-kata, Markonah hanya menatap mesra wajah suaminya, lalu mengangguk setuju.
Sepekan kemudian proses resign disetujui, atas jasa dan loyalitas selama bekerja Idrus dan Markonah mendapat piagam penghargaan beserta uang bonus selama 3 bulan gaji dari perusahaan mereka masing-masing.
Mereka pun merencanakan menghabiskan sisa tahun 2021 mulai dari April hingga Desember di Bali, dan membeli sebidang tanah untuk rumah tinggal dan usaha cafe shop serta rental sepeda gowes di daerah Kuta. Sedangkan asetnya di Jakarta, berupa rumah beserta perabotannya dijual, hasilnya mereka depositokan.
“Alhamdulillah, cak, selama tinggal di Bali, Saya dan Markonah merasa tentram, usaha yang kami jalani selama 4 bulan ini terus berjalan dan mampu merekrut beberapa tenaga kerja buat warga setempat. Gusti Allah benar-benar melimpahkan nikmat rejeki kepada kami berdua. Bantu doa ya, cak..!” kenang Idrus.
Sang penyemangat hati
Di kamar persalinan VVIP disebuah rumah sakit ternama di Denpasar-Bali, penulis masih menemani Idrus yang saat itu sedang membaca Quran digital surat ke 2 (Albaqarah) ayat 222 dan surat ke-22 (Al hajj) ayat ke-22.
Tidak lama kemudian terdengar tangisan bayi disusul tangisan bayi kedua memecah kekhusukan kami yang sedang bertafakur sembari menyebut asma Allah di setiap detak nadi kami saat itu. Idrus langsung berdiri menghampiri istri dan anaknya.
“Alhamdulillah mereka selamat, 15 tahun Idrus menantikan kehadiran seorang anak. Kini Sang Maha Pencipta mempercayakan anak lelaki kembar sekaligus. Kedua anak itu lahir di hari Selasa yang penuh berkah buat Idrus dan Markonah. Tanggal, bulan dan tahun dengan angka istimewa pula. 22/2/22.”
Semoga keselamatan mereka terpancar pula untuk kami dan seisi alam. Terlebih lagi beberapa waktu belakangan ini, Bumi ini seperti sedang melakukan sileksi di berbagai tempat yang dikehendakinya. Subhanallah.
Seusai bermunajat, penulis bangkit dari tempatnya bersimpuh dan menghampiri kedua sahabat yang tengah berbahagia sembari menyalami dan memeluk Idrus, sebagai ungkapan rasa syukur.
Bayi kembar yang mungil dan sehat walaupun mereka memiliki kulit yang berbeda, tetapi mereka dilahirkan dirahim yang sama. Bayi yang satu berkulit coklat, kembarannya berkulit putih kemerah-merahan seperti bayi orang China, keduanya terlihat sangat menggemaskan dan lucu.
“Semoga kalian kelak tumbuh cerdas seperti kedua orang tuamu dan menjadi orang yang penuh keberuntungan dan penolong untuk semua umat,” pesan penulis.
Para Orang Tua beserta semua umat dan seisi bumi agar mendapatkan hidayah dan diberikan kesehatan serta keselamatan, amin.