Selalu ada cerita menakjubkan dari para pelestari lingkungan yang mendedikasikan hidupnya untuk upaya pemulihan lingkungan. Bukan hanya di Indonesia, upaya tak kalah besar dan menyita perhatian juga kerap muncul dari sosok di sejumlah negara lain. Salah satunya adalah pasangan Sebastian Salgado dan Lélia Wanick Salgado, di Brasil.
Sebastian dan Lelia beberapa tahun terakhir berhasil mencuri perhatian dunia, karena keberhasilan mereka dalam memulihkan hutan gersang dan mati.
Berkat upayanya, mereka berhasil mengemablikan kehidupan flora dan fauna. Lebih detail, mereka disebutkan berhasil membawa kembali kehidupa 172 spesies burung, 33 mamalia, 15 amfibi, 15 reptil, dan 293 spesies tumbuhan.
Bagaimana hal tersebut bisa terjadi?
1. Mengenal Sebastian Salgado dan Lélia Wanick Salgado

Sebastian bukan orang biasa, ia sebenarnya adalah seorang seorang fotografer kelahiran tahun 1944, dan berkebangsaan Brasil dengan spesialisasi foto jurnalisme dan dokumentasi. Sementara itu Lélia Wanick Salgado adalah seorang penulis, produser, dan juga pemerhati lingkungan berkebangsaan Brasil.
Sebastian dan Leila diketahui menikah di tahun 1967. Selama hidup bersama, keduanya banyak menghasilkan karya yang menyorot bidang lingkungan. Bukan hanya itu, baik sebagai fotografer dan pemerhati lingkungan, keduanya juga menaruh perhatian besar terhadap kehidupan masyarakat adat.
Terlihat, melalui akun instagram @sebastiaosalgadooficial, fotografer tersebut banyak memuat foto-foto tentang kehidupan masyarakat adat dan alam.
Sepanjang kariernya, Sebastian diketahui banyak melakukan perjalanan dan eksplorasi ke berbagia belahan dunia. Namun pada satu waktu, ia dihadapi oleh sebuah pengalaman mengerikan, yakni kejahatan genosida yang terjadi di Rwanda, Afrika bagian Timur.
2. Kampung halaman dan hutan yang mati

Lelah dengan kehidupannya, ia bersama sang istri akhirnya memutuskan untuk kembali ke kampung halaman di Brasil pada tahun 1994.
Seperti yang diketahui, Brasil selama ini dikenal sebagai negara dengan area hutan terluas karena masuk dalam kawasan Amazon. Sehingga saat itu yang ada di pikiran Sebastian adalah, dia bisa menghabiskan masa-masa istirahatnya dengan menikmati kehidupan di kampung halaman yang asri dan hijau
Tapi tak disangka, mimpi tersebut harus pupus. Sebastian dibuat terkejut bukan main ketika kampung halamannya ternyata menjadi kering, gersang, dan mati. Saking rusaknya, bahkan bisa dibilang jika tidak ada kehidupan baik berupa tumbuhan atau hewan yang hidup di kawasan tersebut.
“Tanah itu sama sakitnya dengan kondisi saya, semuanya hancur, hanya sekitar 0,5% lahan yang ditumbuhi pepohonan” kata Salgado, mengutip The Guardian.
Namun tak lantas menyerah dan putus asa, sang istri yakni Lelia kemudian memberikan ide’gila’ untuk menghidupkan kembali lahan mati tersebut.
Salgado bersama Lelia dan keluarganya kemudian membangun sebuah gerakan yang saat ini dikenal sebagai yayasan non-profit Instituto Terra.
3. Menanam 2 juta pohon

AKhirnya mulai tahun 1998 setelah melakukan berbagai perancangan, Salgado dan Lelia memulai proses pemulihan. Mereka memiliki target utama merestorasi seluas 17 hektare lahan yang mati agar kembali hijau.
Dalam prosesnya, mereka juga mencari relawan dan donatur dari sejumlah pihak yang ingin mengulurkan bantuan. Selama puluhan tahun mereka melakukan upaya konservasi untuk mengembalikan pohon-pohon hijau.
Hingga akhirnya kini, lahan yang tadinya mati, rusak, dan tak ada kehidupan sudah kembali hijau. Sumber air jernis sudah kembali mengalir dengan deras karena sudah adanya sumber kehidupan.
Dalam waktu lebih dari 20 tahun, sudah ada lebih dari 2 juta pohon yang ditanam dan berhasil tumbuh. Lain itu, disebutkan bahwa secara keseluruhan mereka juga berhasil mengembalikan kehidupan dari sekitar 172 spesies burung, 33 spesies mamalia, 293 spesies tumbuhan, 15 spesies reptil, dan 15 spesies amfibi.
“Semua serangga, burung, dan ikan kembali, dan berkat pertumbuhan pohon ini saya juga terlahir kembali – ini adalah momen terpenting.” ujar Sebastian.