Sri Woro Harijono, ahli meteorologi perempuan pertama di Indonesia

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Sri Woro B. Harijono (via detik.com)

Sudah lebih dari dua dekade, setiap tanggal 23 Maret diperingati sebagai Hari Meteorologi Sedunia (World Meteorological Day). Sedikit membahas mengenai pendefinisian, meteorologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi dan gejala-gejalanya.

Adapun gejala yang dimaksud berkaitan dengan komponen berupa gas atau udara, di mana cakupannya juga meliputi beberapa hal tertentu. Lebih lanjut, hal yang dimaksud meliputi temperatur, cahaya matahari, kelembapan, kecepatan angin, dll.

Deretan komponen tersebut yang selanjutnya akan memberi gambaran mengenai kondisi dan perubahan cuaca dari waktu ke waktu. Karenanya tak heran, jika meteorologi kerap disebut juga dengan istilah ilmu prakiraan cuaca.

Setiap negara pasti memiliki badan meteorologi nasional, yang bertanggung jawab mebaca kondisi gejala di masing-masing negara wilayahnya. Di Indonesia sendiri, bagian tersebut dinaungi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Keberadaan BMKG di Indonesia sangat penting. Karena para ahli, ilmuwan, atau peneliti di dalamnya memegang tanggung jawab untuk menjaga kelangsungan hidup masyarakat, dari segala macam potensi bencana yang mungkin terjadi.

  Opini: Yang beruntung dan yang selamat

Bicara soal peneliti, Indonesia pernah memiliki ahli meteorologi yang pada masanya berhasil menciptakan beberapa rekor dan pencapaian membanggakan untuk pertama kalinya. Sosok yang dimaksud adalah Sri Woro Budiati Harijono.

Ahli meteorologi perempuan pertama Indonesia

Sri Woro B. Harijono (Widodo S. Jusuf/Antara)

Sri Woro merupakan sosok perempuan kelahiran 5 Agustus 1951 yang berasal dari Magelang, Jawa Tengah. Dirinya banyak dikenal karena pada tahun 2008, Sri Woro tercatat sebagai perempuan Indonesia pertama yang berhasil lulus menjadi Sarjana Meteorologi.

Di saat bersamaan, pencapaian tersebut juga dicatat oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai perempuan pertama yang menjabat sebagai Kepala BMKG di Indonesia. Sebelumnya posisi tersebut memang hanya diduduki oleh kalangan pria.

Karier Sri Woro dalam bidang meteorologi berawal saat ia menghadiri lokakarya di Jakarta, dan membuatnya ingin mendalami pendidikan di bidang ini secara lebih serius. Pada tahun 1996, ia lulus menempuh pendidikan di bidang Meteorologi dari Institut Pertanian Bogor (IPB).

Yang menarik, kala itu usianya sudah menginjak 45 tahun. Namun Sri Woro dinilai telah membuktikan jika tidak pernah ada kata terlambat untuk mengejar mimpi.

  Tim SalamAid merespons bencana tanah longsor di Cijeruk, Kabupaten Bogor

Sementara itu sebelum benar-benar terjun ke bidang Meteorologi, Sri Woro sendiri diketahui telah menggeluti bidang Mekanisasi Pertanian selama 24 tahun di Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Saat dirinya memutuskan untuk mencoba haluan baru di meteorologi, kemampuannya dalam memimpin BMKG semenjak ditunjuk sebagai ketua pada tahun 2008 rupanya memiliki kinerja yang memuaskan.

Presiden WMO Asia-Pasifik Barat

Sri Woro B. Harijono dan delegasi meteorologi Iklim asal Jerman (via novinite.com)

Memiliki kinerja baik dalam mempin BMKG, Sri Woro rupanya dilirik oleh Organisasi Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organization (WMO). Pada tahun 2010 dirinya ditunjuk menjadi Presiden wilayah, untuk memimpin WMO di kawasan Asia dan Pasifik Barat Daya untuk periode 2010-2014.

Pencapaian akan jabatan tersebut cukup prestisius. Pasalnya kala itu keanggotaan WMO terbagi dalam 6 kawasan, di mana kepemimpinan Sri Woro di kawasan V (Asia dan Pasifik Barat Daya) meliputi cakupan atas 22 negara.

Adapun 22 negara yang dimaksud terdiri dari Australia, Brunei Darussalam, Kepulauan Cook, Fiji, French Polynesia, Indonesia, Kiribati, Malaysia, Micronesia, Kaledonia Baru, Selandia Baru, Niue, Papua New Guinea, Filipina, Samoa, Singapura, Kepulauan Solomon, Timor-Leste, Tonga, Inggris, Amerika Serikat, dan Vanuatu.

  Peringatan BMKG tentang potensi gempa 8,9 SR dan tsunami 15 meter di Bengkulu

Selama menjabat posisi tersebut, Sri Woro dikenal berhasil dalam melakukan koordinasi antar ke-22 negara. Koordinasi yang dilakukan juga meliputi berbagai isu dan perkembangan di bidang meteorologi, klimatologi, dan hidrologi bagi lingkungan.

Artikel Terkait

Berdaya