Mengenal 7 falsafah kehidupan masyarakat adat Kasepuhan Cisitu

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Kasepuhan Cisitu (MyLord)

Kasepuhan Cisitu adalah dusun yang didiami oleh masyarakat adat yang ada di Kampung Sukatani, Desa Situmulya, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Kasepuhan dengan udara sejuk itu terletak di wilayah Taman Nasional Gunung Salak Halimun (TNGHS) yang berada pada ketinggian 1.500 mdpl.

Sejatinya, kasepuhan yang telah ada sejak tahun 1621 itu memiliki falsafah hidup yang mereka pegang teguh sebagai peninggalan nenek moyang. Berikut 7 falsafah hidup yang menjadi panutan masyarakat Kasepuha Cisitu:

1. Tiga pantangan serupa

Falsafah yang pertama adalah “Tilu sapamali dua sakarupa nu hiji eta-eta keneh” yang bermakna tiga pantangan dua serupa dan yang satu itu-itu juga dan merupakan manifestasi dari tiga hukum, yakni hukum adat, hukum agama, dan hukum negara.

Ketiga hukum itu harus selalu harmonis karena satu dengan yang lainnya memiliki kepentingan yang sama. Jika salah satu diabaikan, akan terjadi ketidakseimbangan.

Selama ketiganya harmonis maka sebuah negara akan sejahtera, rukun, dan damai. Kalau tidak harmonis di antara ketiganya, bahkan ketiganya tidak berwibawa maka akan kacaulah sebuah negara, seperti bunyi ungkapan:

  • Dukun kurang pangaruh, yang artinya adat istiadat hanya dijadikan kedok, dukun sebagai simbol hukum adat.
  • Pamarentah kurang komara, dengan pengertian artinya pemerintah kurang dihormati, pemerintah sebagai simbol hukum negara.
  • Ulama kurang wibawa, yang bermaksud para ulama sebagai simbol hukum agama kurang berwibawa.
  Mengenal makna dan filosofis 'Leuit Si Jimat' bagi masyarakat kasepuhan adat

2. Faktor penting perilaku manusia

Faktor perilaku manusia menjadi sangat penting dan akan berjalan saling menguatkan. Hal itu dimaksudkan bahwa niat yang baik akan menghasilkan perkataan dan perilaku yang baik, begitu sebaliknya. Tiga faktor berikut adalah:

  • Tekad (niat/itikad),
  • Ucap (perkataan),
  • Lampah (perilaku).

3. Aspek penting dalam bidang pertanian

Pada dasarnya, pertanian bagi masyarakat adar kasepuhan menjadi mata pencaharian utama. Hal tersebut memang merupakan hukum turun temurun–yang menjadi landasan acara Seren taun–yang bertujuan akan tercukupi soal kesejahteraan untuk masa depan keturunan mereka. Aspek penting pertanian itu adalah:

  • Areg (kenyang/sejahtera)
  • Aras (sehat),
  • Acis (pendidikan).

4. Gambaran lingkungan

Keadaan masyarakat atau lingkungan digambarkan dengan hilangnya rasa hormat pada aturan adat dan para pemimpin adat, serta masyarakat yang sudah menghilangkan budaya malu hingga melunturkan nilai-nilai luhur kasepuhan adat.

Keadaan masyarakat atau digambarkan dalam tigal hal, yakni:

  • Alam ngaca (kejadian alam dijadikan sebagai cermin),
  • Alam ngaco (keadaan perilaku masyarakat yang sudah kacau balau),
  • Alam ngaci (keadaan alam yang sae/baik).
  Makna hutan bagi masyarakat kasepuhan adat Banten Kidul

5. Jimat paripih

Dalam aturan atau hukum adat di Kasepuhan Cisitu, dikenal jargon 5N (aksara berakhiran N) yang dipandang sebagai jimat paripih, yakni:

  • Pangeran sembaheun (Tuhan untuk disembah),
  • Nabi tuladaneun (Nabi menjadi suri teladan),
  • Karuhun turuteun (Leluhur untuk diikuti),
  • Makhluk binaeun (manusia untuk dididik),
  • Nagara olaheun (negara harus diurus/diolah).

6. Pengaturan ungkapan leluhur

Keseharian kehidupan masyarakat adat Kasepuhan Cisitu sejatinya telah diatur dalam sebuah ungkapan leluhur, yakni:

  • Mipit kudu amit, ngala kudu menta, nganggo kudu suci, dahar kudu halal, ngucap kudu bener, yang bermakna, kalau mau berbuat harus minta izin terlebih dahulu adan apabila akan mengambil sesuatu harus terlebih dahulu meminta kepada pemiliknya;
  • Nganggo kudu suci, yang artinya menggunakan sesuatu seperti pakaian atau barang-barang harus bersih agar terhindar dari penyakit,
  • Dahar kudu halal, yang bermakna, apabila makan hendaklah memakan makanan yang halal, baik barangnya maupun caranya,
  • Ngucap kudu bener, yang mengantung arti, jika berkata harus selalu benar. Jadi manusia itu harus selalu jujur, benar, cakap, berwibawa, dan dapat dipercaya.
  Upacara adat Seren Taun di kasepuhan sebagai perwujudan rasa syukur

7. Ungkapan penjaga keharmonisan

Guna selalu menjaga lingkungan yang harmonis serta terhindar dari gesekan-gesekan yang akan menimbulkan perselisihan dan perpecahan dalam bermasyarakat, maka sebagai kesemua itu dijaga dengan aturan leluhur, yakni:

  • Samemeh ngampar kasur, kedah ngampar samak, samemeh ngoreksi batur, koreksi heula diri sorangan, yang artinya sebelum menggelar kasur, harus menggelar tikar, sebelum mengoreksi orang lain, koreksi dulu diri sendiri.

Artikel Terkait