Jejak Dewi Sri yang berikan kesuburan di Magetan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Petirtaan Dewi Sri (Dolanmagetan/Instagram)

Di Dusun Simbatan Kulon, Desa Simbatan, Kecamatan Nguntoronadi, Magetan, Jawa Timur ditemukan situs peninggalan Mataram Kuno berupa petirtaan Dewi Sri dan miniatur lumbung yang tak jauh dengan situs Candi Simbatan.

Dewi Sri dalam mitologi masyarakat dianggap sebagai tokoh perempuan yang memberikan sumber penghidupan. Dari tahun ke tahun candi ini sudah mengalami perbaikan dan renovasi, namun tidak menghasilkan keaslian bangunannya.

Lalu bagaimana Candi Simbatan yang berada di Magetan? Dan apa makna miniatur lumbung padi bagi masyarakat? Berikut uraiannya:

1. Petirtaan Dewi Sri

Petirtaan Dewi Sri (dolanmagetan/Flickr)

Di Dusun Simbatan Kulon, Desa Simbatan, Kecamatan Nguntoronadi, Magetan, Jawa Timur ditemukan situs peninggalan Mataram Kuno berupa petirtaan Dewi Sri dan miniatur lumbung yang tak jauh dengan situs Candi Simbatan.

“Lokasi ini disebut petirtaan atau pemandian Dewi Sri. Karena dipercaya sebagai tempat mandi zaman kerajaan dahulu oleh tokoh wanita yang memberi kemakmuran yaitu Dewi Sri, jelas penjaga Petirtaan Dewi Sri, Sumiran yang dimuat Detik.

Dalam mitologi masyarakat Hindu-Jawa, Dewi Sri dianggap sebagai tokoh perempuan yang memberikan sumber kehidupan dan kemakmuran. Sosok pun disebut sebagai dewi padi bagi masyarakat agraris.

  Situs Kumitir dan jejak keberadaan istana utama Kerajaan Majapahit

Mitos ini berhubungan dengan pemujaan kesuburan, terutama pada masyarakat berbudaya agraris di seluruh dunia yang sudah sangat tua usianya. Padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting yang diperkirakan berasal dari Indochina sekitar 1500 SM.

Titi Surti Nastiti dalam Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dalam penelitiannya berjudul Dewi Sri dalam Kepercayaan Masyarakat Indonesia menyebut Dewi Sri di Indonesia dihubungkan dengan mitos tentang asal muasal tumbuhan terutama padi.

“Mitos ini berasal dari beberapa daerah Indonesia, dan ceritanya hampir sama, yaitu tentang tumbuhan yang berasal dari tubuh seorang wanita,” tulis Titi yang dimuat Solopos.

2. Bangunan pemujaan

Petirtaan Dewi Sri (dolanmagetan/Instagram)

Disebutkan situs ini merupakan jejak peninggalan Kerajaan Mataram Hindu atau Mataram Kuno. Hal ini terbukti dari tulisan yang ditemukan di atap miniatur salah satu artefak berbentuk rumah yang bertuliskan angka tahun 905 Saka atau 983 Masehi.

Tanda adanya Dewi Sri di pemandian itu berada di tengah area wisata, terdapat sebuah bilik utama di mana berdiri arca yang diyakini warga sebagai dewi kesuburan tersebut. Tetapi kolam ini terendam oleh air.

  Menjelajah Candi Songgoriti, jejak sejarah Mataram Kuno di Kota Batu

Disebutkan Sumiran, semua miniatur patung Dewi Sri berada di dalam kolam seluas 400 meter persegi dan tinggi 6 meter tersebut. Untuk turun ke bawah, hanya ada satu jalan berupa tangga selebar 1,5 meter di sebelah tengah sisi timur.

Dari 15 anak tangga yang ada itu pun hanya terlihat 3 anak tangga, sisanya tertutup air. Anak tangga ini terbuat dari tumpukan batu bara berukuran panjang 38 cm, lebar 22 cm dan tebal 8 cm.

“Sayang ini pemandangan yang paling indah untuk dinikmati justru tidak bisa dilihat, tertutup air. Hanya seperti melihat kolam air saja. Sayang sekali, seharusnya ini dibuatkan saluran pembuangan air,” ungkap Wahyu pengunjung asal Madiun.

Tidak hanya pemandian, obyek wisata yang menempati area seluas 1.400 meter persegi ini memiliki daya tarik seperti artefak berbahan batu bata berupa miniatur lumbung sebanyak tujuh buah, fragmen arca tujuh buah. miniatur rumah dua buah, dan sumber sumur kuno.

3. Tempat wisata

Petirtaan Dewi Sri (Dolanmagetan/Instagram)

Sumiran mengatakan Petirtaan Dewi Sri Magetan telah terdaftar sebagai situs yang dilestarikan oleh Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Jawa Timur yang dilakukan sejak tahun 1999.

  Dewi Sri, mitologi bagi tradisi kesuburan pertanian di Nusantara

Situs Petirtaan Dewi Sri tengah dipugar sebagai upaya pelestarian terhadap benda cagar budaya sesuai Undang-Undang Nomor 5 tahun 1992 tentang benda cagar budaya. Pemugaran itu dibiayai sepenuhnya oleh APBN.

Pemugaran pertama kali dilakukan pada tahun 2007 yang dilakukan selama lima bulan. Lalu pemugaran tahun 2008 dilakukan tiga bulan, tahun 2009 selama dua bulan, dan tahun 2010 rencananya pemugaran akan dilakukan selama lima bulan.

Guna mendukung situs ini menjadi kawasan obyek wisata budaya, Pemkab Magetan memperluas lahan sekitar situs menjadi satu hektare. Dari areal seluas itu dibangun sejumlah fasilitas pendukung, seperti lokasi parkir, tempat permainan anak, dan toilet.

“Situs Petirtaan Dewi Sri sudah terdaftar di BPCB Trowulan Mojokerto, sehingga banyak juga pelajar yang berkunjung karena mendapat tugas di sekolah,” ungkapnya.

Selain pelajar, lokasi situs Petirtaan Dewi Sri ini juga dibuka untuk umum, bahkan tanpa dipungut biaya alias gratis. Pengunjung bisa melihat sebagian benda purbakala yang terlepas dari tempat aslinya di sisi timur kolam, dekat pintu masuk lokasi.

 

Artikel Terkait