Ancaman krisis iklim kian nyata, anak muda desak BNI stop danai batu bara

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Aksi Fossil Free BNI, Minggu (27/2/2020) | 360.org

Sudah bukan lagi menjadi topik baru di kalangan pegiat lingkungan, selama ini besar atau kecilnya kelangsungan bisnis batu bara yang menjadi musuh utama dalam upaya mengatasi situasi krisis iklim sejatinya didanai oleh perusahaan perbankan atau bank yang ada di tanah air.

Yang membuat geleng kepala, beberapa jajaran perusahaan perbankan yang dimaksud justru adalah mereka yang menyandang gelar sebagai badan usaha milik negara (BUMN).

Sebenarnya, berbagai upaya untuk mendorong sejumlah perusahaan terkait agar menghentikan pendanaan terhadap kelangsungan perusahaan batu bara sudah sejak lama dilakukan, namun hal tersebut tidak membuahkan hasil yang berarti.

Sampai akhirnya belum lama ini, Panel Lintas Pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) mengumumkan sebuah laporan yang menyebut jika beberapa ekosistem di bumi telah mendekati titik kritis akibat dampak dari krisis iklim.

Jeri Asmoro, Indonesia Digital Campaigner 350.org memaparkan apa inti yang dimuat dalam laporan tersebut.

“Krisis iklim telah membahayakan kehidupan bumi dan seluruh penghuninya,” jelasnya.

Anak muda gelar aksi pada BNI

Terkait dengan situasi dan laporan tersebut, beberapa komunitas anak muda yang terdiri dari Fossil Free (FF) Yogjakarta, mahasiswa dari Universitas Indonesia, kalangan Climate Rangers (CR) Jakarta, BEM UI, BEM FIA UI, dan Jeda untuk Iklim diketahui menggelar aksi Fossil Free BNI pada hari Minggu, 27 Februari 2022.

  Menilik wacana subsidi dan konversi untuk meningkatkan kendaraan listrik di Indonesia

Aksi tersebut dilakukan di sekitar gedung BNI Jakarta. BNI menjadi sasaran aksi karena dinilai menjadi salah satu bank papan atas Indonesia yang masih mendanai batu-bara, salah satu komoditas yang menjadi penyebab situasi krisis iklim.

“BNI harus segera menghantikan pendanaan ke industri energi fosil,” ujar Ginanjar Aryasuta, aktivis Climate Rangers (CR) Jakarta.

Menurut Ginanjar, bencana ekologi akibat krisis iklim sudah di depan mata.

“Jangan sampai BNI yang memiliki nasabah sebagian besar anak muda malah menghancurkan masa depan nasabahnya sendiri melalui industri energi fosil. BNI, we are watching you! Stop funding climate crisis!,” tegasnya.

Perjuangkan suhu bumi di bawah 1,5 derajat

Sementara itu tujuan dari apa yang selama ini diperjuangkan oleh banyak orang yang terlibat memang sudah cukup jelas, yaitu mengenai upaya mempertahankan kenaikan suhu bumi agar tetap berada di bawah angka 1,5 derajat celsius.

Hal itu juga ditegaskan oleh salah satu aktivis dari Jeda untuk Iklim, yakni Melissa Koswara yang ikut terlibat dalam aksi di atas.

  Longsor di wilayah Pasaman pasca gempa tak surutkan semangat guru relawan

“Sainsnya jelas, untuk mempertahankan dunia layak hidup dibawah 1,5 derajat sesuai dengan Perjanjian Paris, tidak boleh ada lagi proyek batu bara baru. Akan tetapi seperti tidak mengerti sains, Indonesia malah meningkatkan produksi dan pemanfaatan batu bara yang memperburuk situasi krisis iklim,” ujar Melissa.

Lain itu, Melissa juga menuturkan jika hal yang membuat miris adalah pemanfaatan massal batu bara tersebut menggunakan uang mereka (anak muda) sendiri, melalui lembaga keuangan negara. Dan hal tersebut menurutnya merupakan bentuk pengkhianatan negara terhadap kelangsungan hidup banyak orang.

Sementara itu selain BNI, diketahui ada 3 bank lainnya di Indonesia yang ikut terlibat dalam praktik pendanaan terhadap kelangsungan bisnis batu bara sebagai penghasil emisi gas rumah kaca, yang menyebabkan berbagai bencana iklim semakin memburuk.

Bank yang dimaksud yakni Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Central Asia (BCA).

Foto:

  • 360.org

Artikel Terkait

Berdaya