Hari Pangan Sedunia dan soal kedaulatan ketahanan pangan Nasional

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Ilustrasi petani (Maude Bardet/Flickr)

Sebagai negara agraria, sejatinya Indonesia tak perlu risau dengan isu ketahanan pangan domestik, karena begitu banyaknya sumber daya pangan di negeri ini yang bisa dikelola secara baik guna memenuhi kedaulatan ketahanan pangan nasional.

Dalam memeringati Hari Pangan Sedunia yang jatuh tiap tanggal 16 Oktober, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan dan mengingatkan ada banyak negara di dunia yang rakyatnya terancam menghadapi kerawanan pangan akut.

“Hampir tiga tahun pandemi, lalu konflik dan perang di Ukraina, telah membawa dampak krisis ekonomi, energi, dan pangan ke seluruh dunia,” tulis Jokowi melalui akun media sosialnya, Minggu (16/10/2022).

 

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Joko Widodo (@jokowi)

Karenanya, ia menegaskan, dalam situasi ini mau tidak mau, Indonesia harus menghadapinya dengan meningkatkan ketahanan pangan.

Salah satunya adalah dengan membangun infrastruktur di bidang pertanian. Mulai dari bendungan, embung, hingga jaringan irigasi yang mendukung produksi pertanian nasional.

Belajar ketahanan pangan dari masyarakat adat

Deretan leuit di Kasepuhan Gelar Alam (dok. bahadur)

Tapi bagi masyarakat adat kasepuhan, ketahanan pangan sudah jadi bagian kehidupan. Tanpa ketahanan pangan maka keseimbangan hidup akan bermasalah. Bagi mereka, beras tidak hanya makanan untuk memberi energi sehari-hari, tapi juga bagian dari kehidupan yang perlu dijaga.

  Lebih jauh mengenal jajaran 'baris kolot' di Kasepuhan Adat Banten Kidul

Masyarakat adat kasepuhan pun melarang secara tegas untuk memperjual-belikan beras, meski dalam situasi panen besar sekalipun. Beras yang dihasilkan dari sektor pertanian desa adat kasepuhan, sejatinya hanya digunakan untuk konsumsi masyarakat adat setempat.

Lain itu, bagi masyarakat kampung adat kasepuhan, padi sangat dihormati, karena dalam bahasa masyarakat adat kasepuhan disebut dipusti, namun tidak berarti mempertuhankannya.  Mereka tetap meyakini keberkahan diturunkan dari Tuhan lewat padi sebagai kebutuhan pokoknya.

Meyakini hal tersebut, setiap keluarga diwajibkan memiliki leuit untuk menyimpan hasil panen di dalam leuit yang merupakan lumbung untuk menyimpan stok beras bagi masyarakat adat kasepuhan. Karenanya tak mengherankan jika leuit menjadi salah satu ornamen yang berjajar indah di setiap pekarangan rumah masyarakat adat kasepuhan.

Membangun generasi petani

Ilustrasi petani (Maude Bardet/Flickr)

Tantangan yang cukup berat saat ini yang dialami oleh masyarakat desa pada umumnya adalah menciptakan generasi petani. Teknologi dan modernitas yang telah masuk ke dusun, desa, dan kampung adat, membuat pada pemangku kebijakan otonom (ketua adat) perlu membuat siasat khusus.

  Mengenal makna dan filosofis 'Leuit Si Jimat' bagi masyarakat kasepuhan adat

Sebagai salah satu komponen yang memengaruhi ketahanan pangan, peningkatan produktivitas pertanian akan sangat mendorong ketersediaan pasokan pangan dalam negeri.

Sayangnya, seringkali petani menemukan berbagai tantangan untuk meningkatkan produktivitas, di antaranya terkait skala usaha, luas lahan garapan dan proses menanam yang belum ekonomis; situasi cuaca yang semakin tidak menentu; hingga harga jual hasil panen yang fluktuatif akibat permintaan pasar yang menurun.

Berdasarkan salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan petani dilihat dari angka nilai tukar petani (NTP), terjadi penurunan dalam satu tahun terakhir. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, meski berfluktuasi, NTP cenderung turun dari 104,16 (Januari 2020) menjadi 103,26 (Januari 2021).

Untuk menghadapi tantangan global, pengelolaan pertanian yang adaptif dan inovatif menjadi sangat penting dilakukan agar ketahanan pangan menjadi lebih baik dan tangguh. Apalagi di masa pandemi ini petani wajib dilindungi secara memadai.

Hari Pangan Sedunia dalam wilayah daring

Statistik lini masa Hari Pangan Sedunia.

Kata kunci terkait Hari Pangan Sedunia atau World Food Day, cukup mendapatkan atensi pada pekan terakhir, utamanya di ranah pemberitaan media daring.

  Kasepuhan Cisungsang dan upayanya menjaga dampak modernisasi

Dari total 1.367 penyebutan (mention), tertingginya terjadi pada, Sabtu (15/10) dengan mendulang 501 mention dengan sebaran (reach) sebanyak 7,3 juta. 

Pada tanggal yang sama, sentimen positif pun menyeruak dengan catatan 75 mention, dan cukup mendominasi ketimbang sentimen negatif yang membukukan 14 mention.

Catatan sentimen terkait Hari Pangan Sedunia berada pada kisaran 243 mention (sentimen positif) dan 38 mention (sentimen negatif). Hal tersebut menunjukkan ada atensi atau harapan tinggi terkait ketahanan pangan domestik.

Secara umum, laman pemberitaan terkait Hari Pangan Sedunia masih didominasi oleh pemberitaan daring sebesar 40 persen (547 mention), kemudian dari laman resmi institusi atau para pelaku industri dengan 24,7 persen (337 mention), dan terakhir didulang oleh laman platform video dengan 18,1 persen (247 mention).

Artikel Terkait