Di berbagai daerah Indonesia, peristiwa serangan angin puting beliung belakangan ini sering dijumpai. Disampaikan oleh Greenpeace Indonesia, meningkatnya frekuensi angin kencang ini disebut terkait dengan ancaman krisis yang tengah mengintai.
Menurut data mereka, badai yang kerap terjadi saat ini tidak bisa lepas dari krisis iklim. Secara teknis, mengutip Forest Digest, ketidakseimbangan gaya-gaya di atmosfer yang saling berinteraksi menyebabkan angin terbentuk.
Untuk mengkompensasi gaya-gaya ini, udara perlu bergerak menuju kesetimbangan kembali. Pergerakan inilah yang menimbulkan angin.
Gaya ini timbul akibat perbedaan tekanan yang disebabkan oleh perbedaan suhu. Terjadinya hal ini diakibatkan oleh perbedaan ekosistem tiap permukaan bumi (lautan dan daratan) yang menerima energi radiasi dengan laju pemanasan berbeda antara satu tempat dengan tempat lain.
Pola angin konvergensi itu juga didukung oleh kondisi atmosfer yang masuk dalam kategori labilitas kuat. Akibatnya, pemanasan pada pagi menjelang siang akan memicu terbentuknya awan konvektif seperti kumulonimbus. Kecepatan awan yang matang sehingga sangat potensial menyebabkan hujan es dan angin kencang pada siang hari.
Intensitas yang cukup tinggi
Sementara Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), juga menyebutkan bahwa badai dan angin puting beliung yang belakangan memiliki intensitas tinggi di Indonesia, meningkat hingga 3,5 kali lipat dalam 10 tahun terakhir.
Kenaikan suhu bumi diperkirakan menjadi penyebab peningkatan frekuensi angin puting beliung. Sementara itu penghangatan suhu bumi akan memudahkan pembentukan siklon tropis, tornado, atau pusaran udara skala kecil atau puting beliung.
Ayo Indonesia mencatat, angin puting beliung pada tahun 2011 terjadi sebanyak 441 kali, jumlah ini meningkat tajam pada 2021, di mana fenomena alam ini terjadi hingga 1.577 kali. Diketahui, angin puting beliung pertama kali terjadi pada tahun 1997. Semenjak itu bencana sering terjadi.
Lantas seperti apa intensitas pemberitaan media dan ranah media sosial mengabarkan soal fenomena angin puting beliung ini, terutama sepanjang sepekan atau sebulan terakhir? Berikut gambarannya.
Puting beliung dalam sebaran pemberitaan
Menarik rentang sebulan terakhir (10 Februari-11 Maret 2022), penyebaran kata kunci Puting Beliung di Indonesia mendadak melonjak sepanjang 10 hari terakhir, yang penyebutan (mention) tertingginya terjadi di tanggal 9 Maret 2022 dengan catatan sebanyak 136 mention.
Sementara pesebaran (reach) di ranah pemberitaan (non-sosial) sebanyak 1,3 juta terjadi pada Sabtu (5/3), dan sebaran media sosial tertinggi terjadi pada bulan sebelumnya (21/2) dengan membukukan angka 917.794.
Secara umum, penyebutan kata kunci puting beliung pada periode itu mendulang angka sebanyak 759 mention dengan persebaran total yang menjangkau angka 9,9 juta, baik di ranah pemberitaan maupun media sosial.
Jika dilihat dari sentimennya, maka kata kunci puting beliung di rentang itu didominasi oleh sentimen negatif (117 mention) dengan catatan tertingginya terjadi pada 9 Maret dengan 21 mention. Sementara untuk sentimen positifnya total mendapatkan angka 10 mention yang tertingginya terjadi pada 6 Maret (3 mention).
Terkait analisis kata kunci puting beliung, ada dalam tabel infografik berikut.

Dalam infografik di atas terlihat sebutan kata kunci puting beliung angka tertingginya terjadi pada 3 Maret 2022, dibarengi dengan dominasi sentimen negatif.
Pemberitaan media online, platform video, dan ranah forum, masing-masing menyumbangkan angka sebaran sebanyak 53,6 persen, 22,9 persen, dan 0,7 persen.
Pemberitaan media
Untuk pemberitaan media terkait kata kunci puting beliung, didominasi oleh pemberitaan online. Dari 20 besar media yang memberitakan terkait puting beliung di periode itu, tercatat kata kunci paling banyak digunakan oleh Tvonenews.com (56 mention), Kompas.tv (9 mention), Daerah.sindonews.com (8 mention), Megapolitan.antaranews.com (7 mention), dan Regional.kompas.com (5 mention).