Harga gandum mahal, ekspor singkong Indonesia justru melejit 3 kali lipat

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Ilustrasi singkong (Ikhlasul Amal/Fickr)

Konflik Rusia-Ukraina menyebabkan harga gandum internasional meroket. Krisis itu pun dimanfaatkan Indonesia untuk mempromosikan komoditas singkong dan sorgum sebagai pengganti gandum.  Produk pangan substitusi gandum seperti singkong dan sorgum yang dihasilkan Indonesia diyakini bisa masuk ke pasar internasional.

Bahkan produk singkong beku menjadi salah satu yang sudah merambah pasar global. Singkong merupakan pangan lokal alternatif penghasil karbohidrat selain beras dan jagung, yang memiliki potensi sebagai bahan pangan yang dapat diolah menjadi berbagai macam jenis makanan.

Lalu bagaimana singkong bisa tembus pasar global? Dan bisakah singkong menjadi panganan favorit di dunia? Berikut uraiannya:

1. Pasar singkong melejit

Kebun singkong (Tejo Damai Santoso/Flickr)

Konflik Rusia-Ukraina menyebabkan harga gandum internasional meroket. Pasalnya, kedua negara tersebut merupakan penghasil gandum terbesar di dunia, akan tetapi perang telah membuat ekspor gandum terhambat sehingga menyebabkan kelangkaan.

Krisis ini pun dimanfaatkan Indonesia untuk mempromosikan komoditas singkong dan sorgum sebagai pengganti gandum. Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi bahkan menyebutkan ekspor singkong dan produk turunannya meningkat tiga kali lipat di kala harga gandum internasional melonjak.

  Harga muntahan paus bisa tembus miliaran rupiah, apa istimewanya?

Dimuat dari Sari Agri, Pihaknya mengatakan bahwa produk pangan subtitusi gandum seperti singkong dan sorgum yang dihasilkan di Indonesia bisa masuk ke pasar internasional dan diminati. Menurutnya ini terbukti dari ekspor singkong dan turunannya tahun 2022 naik hampir 300 persen dibanding 2020.

Ukraina merupakan salah satu negara produsen gandum terbesar di dunia. Dengan adanya konflik geopolitik dengan Rusia menyebabkan harga gandum melonjak, lantaran keterbatasan pasokan. Suwandi mengatakan Indonesia sendiri juga bergantung kepada impor gandum dari Ukraina.

Dia menjelaskan ancaman krisis pangan global dipicu oleh sejumlah faktor, selain konflik Ukraina dan Rusia. Beberapa yang menyebabkan adalah dampak pandemi Covid-19 yang sempat membuat keterbatasan pengiriman pasokan pangan, dan juga faktor cuaca ekstrem akibat perubahan iklim global.

2. Amankan akses ekspor singkong

Singkong (irvan fauzi/Flickr)

Pada 2021 silam, Indonesia dan Uni Eropa berhasil menyelesaikan modifikasi jadwal konsesi Uni Eropa untuk tariff rate quota (TRQ) country specific untuk produk singkong. Dengan kesepakatan baru ini. Indonesia dapat mengekspor singkong ke Uni Eropa dengan tarif 6 persen dengan volume 165.000 ton per tahun.

  72 persen tanah pertanian Indonesia sedang sakit, bagaimana solusinya?

“Perjanjian ini merupakan hasil negosiasi Pemerintah Indonesia di forum multilateral untuk memperbarui dan mempertahankan kuota ekspor komoditas ubi kayu/singkong dari Indonesia yang menjadi hak sepenuhnya negara mitra dagang Uni Eropa,” jelas Duta Besar RI untuk World Trade Organization (WTO), Syamsul Bahri Siregar yang diwartakan Bisnis.

Sedangkan Kementerian Perindustrian mengatakan produk singkong beku menjadi salah satu yang sudah merambah pasar global. Singkong tersebut kemudian diolah menjadi produk cemilan premium di berbagai negara seperti Amerika Serikat dan Eropa.

“Seperti yang kita ketahui, bahwa pasar global menginginkan produk berkualitas yakni singkong yang berwarna putih, rasanya enak, tidak pahit dan dengan kandungan sianida yang rendah, serta fresh pada saat diterima,” kata Plt Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Reni Yanita yang dimuat Katadata.

Reni menyebut, ekspor singkong beku dari Indonesia cukup menggembirakan. Pada tahun 2020 Indonesia telah mengekspor produk singkong beku sebanyak 16.529 ton dengan nilai 9,7 juta dolar (Rp137 miliar). Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 4.829 ton dengan nilai 4,1 juta dolar (Rp58 miliar).

  BNI, stop danai batu bara!

3. Mengolah produk lain

Olahan singkong (Wilson Santos/Flickr)

Lebih lanjut Reni mengungkapkan, terdapat produk lain yang dikembangkan Industri Kecil Menengah agar mampu meningkatkan produk berdaya saing. Kemenprin juga telah menginisiasi suatu program akselerasi bisnis melalui Program Indonesia Food Innovation (IFI).

Reni menyebut IKM sedang mengembangkan produk olahan singkong lain dan mampu menembus pasar internasional. Adapun produk olahan singkong tersebut di antaranya keripik singkong, pati ubi kayu, dan mocaf yang kini sedang diproduksi.

Tepung mocaf sendiri, kata Reni, direkomendasikan sebagai alternatif terigu. Berdasarkan karakteristiknya, tepung mocaf juga sesuai bagi konsumen yang mencari makanan bebas gluten. Dengan demikian, dia berharap IKM Indonesia dapat terus berinovasi, kreatif, serta mampu menangkap peluang agar dapat menguasai pasar global.

“Kami sangat mendukung berbagai inovasi produk pangan oleh IKM yang dapat mengoptimalkan pemberdayaan bahan baku lokal dan memiliki kebaruan manfaat untuk menghadapi tantangan pasar global,” tukasnya.

Artikel Terkait

Terbaru

Humanis

Lingkungan

Berdaya

Jelajah

Naradata